Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Manfaatkan Kayu Hasil Penertiban, Pengrajin di Pangkalpinang Produksi Perabotan Rumah

Produksi yang telah berjalan sejak 2021, terkendala persyaratan izin ekspor.

"Saat ini dibuat untuk kebutuhan lokal dengan dipasok ke toko-toko. Ada yang jual putus, ada yang sistem titip," kata Koordinator Pengrajin Panel Kreatif Bangkayu, Faizal Amir kepada Kompas.com, Jumat (16/6/2023).

Barang-barang yang telah dihasilkan komunitas Bangkayu ini seperti jam meja, kotak tisu, asbak, sendok, piring dan mangkok.

Berbagai peralatan rumahan tersebut dibuat menggunakan kayu mahoni. Kayu tersebut merupakan kayu hibah dari hasil penertiban atau pemangkasan pohon di pinggir jalan kota.

"Pasokan kayu dari pemerintah, ada beberapa jenis kayu. Paling bagus yang rekomendasi dari jenis mahoni," ujar Faizal yang biasa disapa Ical.

Kerajinan yang dihasilkan itu memiliki ciri khas berupa kulit kayu yang masih menempel. Selain itu, pengerjaan menggunakan mesin bubut dibuat rapi sehingga tekstur barang yang dihasilkan terlihat alami dan halus.

Harga yang ditawarkan untuk setiap kerajinan terbilang murah. Yakni berkisar Rp 20.000 sampai Rp 40.000. Harga paling mahal yakni jam meja yang dibanderol Rp 200.000 per item.

Terkait harga jual, kata Ical, pembeli dari Tiongkok sempat merasa kaget. Sebab harganya terbilang murah, berbeda jauh dengan harga di pasaran luar negeri.

"Jam meja katanya memang murah. Di pasaran luar negeri bisa Rp 700.000 per item. Jadi mereka ingin datang langsung ke workshop kami di Jalan Balai," ujar Ical.

Pertemuan dengan pembeli luar negeri, kata Ical, terjadi saat Komunitas Bangkayu hadir dalam gelaran G20 di Belitung.

Ical berharap, ada investor yang tertarik untuk membantu penjualan hingga ke pasar luar negeri.

"Harus ada izin asal kayu, sertifikasi SDM hingga lokasi pembuatan," tambah dia.

Menurut Ical, pasar luar negeri menjadi harapan karena daya beli dan animo masyarakat lokal untuk menggunakan peralatan dari kayu belum begitu tinggi.

Bahkan produk yang dihasilkan, lebih banyak difungsikan sebagai suvenir ketimbang digunakan sebagai peralatan sehari-hari.

"Untuk pasar lokal, kami rencana pembuatan 1.000 pcs asbak untuk disuplai ke toko-toko," ucap Ical.

Saat ini Komunitas Bangkayu masih bisa bertahan karena sering diikutkan dalam pameran yang diadakan pemerintah maupun BUMN.

Ical berharap, kerajinan pecah belah berbahan kayu bisa memiliki pasar yang lebih luas hingga luar negeri.

Sehingga usaha kreatif tersebut bisa menghidupi para anggota secara layak.

"Sekarang banyak yang tidak percaya, termasuk dari keluarga dekat mengapa harus membuat ini, karena penghasilannya tidak jelas," pungkas Ical.

https://www.kompas.com/properti/read/2023/06/17/100000421/manfaatkan-kayu-hasil-penertiban-pengrajin-di-pangkalpinang-produksi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke