Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menakar Risiko Transaksi Tol Nir-sentuh Tanpa Setop MLFF

Pembayaran nir-sentuh tanpa setop ini menjadikan pelayanan jalan tol akan lebih baik karena tidak terhalang barrier berupa gerbang tol (GT) sehingga menihilkan kemacetan.

Dapat dipastikan tahun depan, semua ruas jalan tol mulai memberlakukan kebijakan sistem pembayaran tol yang dikenal dengan Multi Lane Free Flow (MLFF).

MLFF yang dipilih berbasis Global Navigation Satelite System (GNSS). Dalam konteks ini, perusahaan asal Hungaria, Roatex, memenangi tender yang digelar Pemerintah untuk menjalankan kebijakan MLFF.

Negara-negara di Eropa sudah menggunakan sistem GNSS, di antaranya Slovakia, Jerman, Ceko, Rusia, dan Belgia, tapi hanya untuk kendaraan truk atau logistik.

Sementara Indonesia, diklaim Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) akan menjadi negara pertama di dunia yang menerapkan sistem pembayaran MLFF berbasis GNSS untuk semua jenis kendaraan baik penumpang atau barang.

Tidak ada salahnya boleh berbangga dengan kenyataaan ini kalau Indonesia akan menjadi pelopor pembayaran jalan tol dengan metoda MLFF berbasis GNSS.

Untuk lebih jelasnya mengenai MLFF berbasis GNSS, kita dapat bandingkan metode pembayaran jalan Tol yang telah digunakan di dunia:

1. Pay cash

Pembayaran dengan uang tunai di gardu tol atau loket dengan petugas jalan tol. Di Indonesia metoda ini digunakan sejak ada jalan tol pertama kali, yakni Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) 9 Maret 1978.

2. Electronic card

Pembayaran dengan teknik tap-in kartu bank (uang elektronik). Di Indonesia, metode ini mulai diberlakukan sejak tanggal 31 Oktober 2017. Seluruh pembayaran jalan tol menggunakan tap-in card pada dispenser tanpa petugas loket.

3. Single lane free flow (SLFF)

Single lane Free Flow adalah sistem pembayaran tanpa setop nir-sentuh dalam setiap lajur transaksi, namun perlu menurunkan kecepatan kendaraan bila masuk di ruang sensor SLFF.

PT Jasa Marga (Persero) Tbk telah melakukan uji coba SLFF berbasis Radio Frequency Identification (RFID) di GT Cengkareng dan Kapuk.

Sementara PT Marga Mandala Sakti selaku operator Tol Tangerang-Merak telah menerapkan teknologi SLFF menggunakan sistem Dedicated Short Range Communication (DSRC) pada Maret 2019.

Teknologi ini memungkinkan penyimpanan data atau identitas kendaraan dalam sebuah alat yang diletakkan di kendaraan atau On Board Unit (OBU).

4. Multi Lane Free Flow (MLFF)

Metode ini merupakan bentuk dari electronic toll collection (ETC) yang terbilang baru dalam pembayaran tol, karena kendaraan tidak perlu berhenti dan nir-sentuh.

Akurasi data menggunakan IT server secara seluler. Jadi pengguna tol ketika melakukan transaksi tidak perlu menurunkan kecepatan kendaraan karena data terekam secara real time.

Sedangkan teknologi MLFF yang digunakan, menurut olah data Jurnal keselamatan Transportasi Jalan 2019, adalah sebagai berikut:

1. Automatic Number Plate Recognition (ANPR)

ANPR adalah salah satu metode yang diandalkan untuk identifikasi kendaraan pada era modern seperti sekarang ini.

Metode yang digunakan, bertindak sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan karakter optik pada gambar dengan membaca plat nomor kendaraan.

Pengenalan plat nomor menggunakan closed circuit television (CCTV).

2. Dedicated Short Range Communication (DSRC)

DSRC adalah saluran komunikasi nirkabel satu arah atau dua arah jarak pendek sampai jarak menengah yang dirancang khusus untuk penggunaan otomotif yang memungkinkan transmisi data yang sangat tinggi.

Ada dua jenis DSRC yaitu vehicle-to-vehicle dan vehicle-to-infrastructure. Keduanya membutuhkan konstanta wireless interface yang terlindungi dalam penundaan waktu yang singkat dan kondisi cuaca yang ekstrem, yang semuanya diaktifkan oleh DSRC.

Teknologi DSRC membutuhkan OBU sebagai penyimpan identitas dari pengguna jalan dan informasi lainnya.

3. Radio Frequency Identification (RFID)

RFID adalah sistem identifikasi berbasis wireless yang memungkinkan pengambilan data tanpa harus bersentuhan seperti barcode atau magnetic card.

Alat ini menggunakan sistem radiasi elektromagnetik untuk mengirimkan kode. RFID menggunakan sistem identifikasi dengan gelombang radio, dan membutuhkan minimal dua buah perangkat, agar alat ini dapat berfungsi.

Adapun perangkat yang dibutuhkan disebut tag dan reader. Tag RFID adalah alat yang melekat pada obyek yang akan diidentifikasi oleh RFID Reader.

4. Global Navigation Satelite System (GNSS)

Teknologi ini adalah konstelasi satelit GNSS yang menyediakan sinyal dari ruang angkasa yang mentrasmisikan data penentuan posisi dan waktu ke penerimanya. Penerima kemudian menggunakan data ini untuk menentukan lokasi mereka.

Aplikasinya MLFF berbasis GNSS untuk kendaraan angkutan umum dapat menggunakan OBU yang dipasang pada kendaraan.

Sedangkan kendaraan pribadi yang mobilnya dipakai setiap hari dapat menggunakan aplikasi (e-OBU) yang terinstal pada ponsel pintar.

Saat GNSS diberlakukan dalam sistem MLFF, berbagai fitur bisa dijadikan satu dalam sebuah aplikasi. Misalnya pembayaran tol lintas mitra, integrasi e-wallet, hingga seluruh proses bisa dijalankan secara online.

Sebaiknya aplikasi e-OBU dapat diunduh ringan dan mudah pada sistem operasi iOS, Android dan windows mobile. Aplikasi yang ringan dapat dioperasikan dengan RAM terkecil sekalipun  pada ponsel pintar.

Kita semua harus merencanakan untuk kenyamanan dan keamanan pengguna jalan tol sebagai konsumen secara adil dan bijaksana.

Bagaimana sanksi yang logis dan rasional jika terdapat kekurangan saldo ketika transaksi dalam GNSS. Perlu kiranya teknologi pembayaran pasca-bayar seperti halnya kartu kredit.

Risiko yang mungkin dianggap berat oleh pengguna jalan tol yakni ponsel pintar harus selalu aktif dan data internet selalu ada.

Bila data internet selalu ada dapat dianggap merugikan konsumen karena memerlukan biaya sendiri diluar tarif tol.

Kita dapat ketahui, apabila Global Positioning System (GPS) selalu aktif tentunya akan memakan data internet dan baterai cepat habis.

Sama halnya dengan GNSS yang juga akan memakai data internet. Dengan demikian diperlukan ketersediaan data dan stabilitas jaringan internet yang kuat sepanjang jalan tol.

Menentukan kebijakan lebih baik melalui service level agreement (SLA) dan sosialisasi MLFF baiknya melibatkan semua stakeholder terkait antara lain pemerintah sebagai regulator, operator jalan tol, operator IT, operator telekomunikasi, operator keuangan, konsumen sebagai pengguna jalan tol, organisasi, komunitas, dan insan pers.

https://www.kompas.com/properti/read/2022/06/01/053000221/menakar-risiko-transaksi-tol-nir-sentuh-tanpa-setop-mlff

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke