Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menilik Visi Firman Herwanto, Bakal Calon Ketua IAI Jakarta

Melansir unggahan akun Instagram IAI Jakarta, bakal Calon Ketua IAI Jakarta periode 2021-2024 terdapat lima sosok.

Mereka adalah, Theresia Asri W Purnomo, Firman Herwanto, Aswin Griksa, Rachmad Widodo, dan Doti Windajani.

Sebagai tahap pengenalan, salah satu bakal calon ketua IAI Jakarta yakni Firman Setia Herwanto, berkesempatan berbincang dengan Kompas.com.

Sejatinya Firman bukanlah sosok baru dalam kepengurusan IAI Jakarta. Dia sudah bergabung dengan asosiasi sejak 2002.

Kemudian pada periode 2009-2012, dia menduduki posisi sebagai Wakil Presiden yang bertanggung jawab dalam hal komunikasi internal dan pengembangan.

Lulusan arsitektur dari Universitas Indonesia (UI) ini mengatakan bahwa alasannya mencalonkan diri sebagai calon ketua IAI Jakarta cukup sederhana.

"Saya melihat semenjak dulu join di kepengurusan itu, kami punya semangat yang sama yakni membenahi sistem," katanya kepada Kompas.com, Sabtu (02/10/2021).

Firman banyak berkutat di dalam internal asosiasi. Dengan pendekatan membenahi semua sistem internal asosias,i agar anggota lebih mudah dalam berpraktik dan pengurus mudah mengelola organisasi.

Semenjak tidak lagi menjadi pengurus pada 2012, dia melihat sistem yang dibangun itu sudah berevolusi semakin baik.

Namun, Firman merasa tetap perlu ada pengembangan. Jikalau pembenahan sistem sudah dilakukan, berarti perlu bergeser ke aspek lain.

"Sistem sudah, nah kebetulan momennya ketika Undang-undang (UU) Nomor 6 Tahun 2017 tentang Arsitek keluar. Ini momen penting buat arsitek untuk lebih terlibat dalam semua pembangunan infrastruktur negeri, baik itu skala besar maupun kecil," terangnya.

Pria berkacamata yang juga Principal PT Pavilion Sembilanlima, Jakarta, ini juga melihat ada momentum bahwa masyarakat kota harusnya punya kesempatan yang sama untuk menggunakan jasa arsitek.

"Nah arsitek harusnya juga begitu, jadi tidak ada lagi arsitek yang susah mendapat pekerjaan," cetus dia.

Seiring telah terbitnya UU Arsitek, Firman memandang, sebagai momentum yang tepat untuk merealisasikan milestone para arsitek.

Para arsitek juga harus bisa melayani semua orang dari beragam lapisan, dan sebaliknya masyarakat pun mudah untuk mendekati arsitek.

"Begitu momen UU Arsitek keluar, harusnya kita bisa memperbaiki diri. Tapi kemudian ada kondisi pandemi dengan aspek ekonomi semua terdampak," imbuhnya.

Akan tetapi, meski para arsitek yang berpraktik juga terdampak, adanya UU Arsitek seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.

Sebab, dia melihat ada kecenderungan pada dua tahun terakhir ini, bahwa Jakarta punya kesempatan. Masyarakatnya punya semacam harapan buat kotanya harus semakin maju.

Artinya ada keinginan agar fasilitas dan infrastruktur publik semakin cantik, masyarakat mudah berpindah, transportasi makin bagus, serta banyak ruang publik baru.

"Berarti infrastruktur pengembangan ruang kota ini jadi kesempatan baru buat semua, apalagi Pemda punya anggaran buat itu, jadi arsitek harusnya bisa melihat peluang ini," tuturnya.

Pentingnya Kolaborasi

Pria yang kini menjabat sebagai dosen Studio Riset Arsitektur Universitas Pelita Harapan ini juga melihat Pemprov DKI Jakarta mempunyai visi pengembangan ke arah yang sama.

"Jadi harusnya ini ketemu sama asosiasi (IAI Jakarta). Kami bisa berkolaborasi," ujarnya.

Di sisi lain, Firman juga hendak membuat program yang memudahkan warga Jakarta, baik kelas menengah atau menengah ke bawah bisa memiliki dan menikmati desain yang pantas.

Modul-modul desain ini bisa ditawarkan kepada masyarakat melalui asosiasi. Jadi anggota berperan aktif dan semuanya didukung oleh asosiasi.

"Intinya, harusnya (visi) ini ketemu dengan Pemprov yang memberi kemudahan dalam pengurusan IMB, warga juga gak perlu merasa bahwa mempekerjakan arsitek itu mahal," katanya.

Menurut dia, adanya kolaborasi antara IAI Jakarta dengan Pemprov pada pembangunan infrastruktur dan fasilitas publik akan memberi kesan tersendiri bagi arsitek.

Karena dia merasa, sedikit hal yang dilakukan di ruang publik dan memberi manfaat bagi masyarakat, dampaknya sangat luar biasa.

Adapun pembenahan berikutnya yang akan dilakukan Firman yakni mendekatkan para arsitek dengan masyarakat. Baik itu secara digital maupun konvensional.

Firman menyampaikan, kepengurusan saat ini sedang mengembangkan sistem yang sifatnya menjembatani para arsitek dengan masyarakat luas.

Dimungkinkan pula terintegrasi dengan aplikasi milik Pemprov yakni Jakarta Kini (Jaki).

Sehingga memudahkan masyarakat sebagai user ataupun apara arsitek anggota untuk mulai proses perizinan hingga lisensi, nantinya bisa terfasilitasi.

Sementara untuk pihak swasta nantinya akan mengikuti. Maksudnya, seiring infrastruktur rampung serta kota nya sudah lebih siap merespons kebutuhan masyarakat.

"Swasta akan mengikuti sendiri. Saya percaya itu," ucap arsitek yang meraih penghargaan Best Public Facility IAI Jakarta Awards 2020 dengan proyek JPO Sudirman 1.

Kemudian, dia juga akan mendorong percepatan seiring adanya peraturan baru bahwa arsitek wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Arsitek (STRA). Dan saat ini dari 7.000 anggota IAI Jakarta belum semuanya memiliki STRA.

"STRA sekarang masuk lingkup Dewan Arsitek Indonesia (DAI), tapi kami akan mendorong dan memperjuangkannya," ucapnya.

Termasuk mempercepat konversi para arsitek yang sudah memiliki Sertifikasi Keahlian (SKA) dan STRA.

Akan tetapi, Firman merasa tantangannya justru dari para arsitek yang belum memiliki SKA. Sehingga perlu sosialiasi lebih gencar lagi.

"Mereka harus tahu, bahwa UU Arsitek ini tidak main-main, ini merupakan perangkat hukum yang sangat kuat, baik itu melindungi arsitek maupun masyarakat," tuturnya.

https://www.kompas.com/properti/read/2021/10/04/070000121/menilik-visi-firman-herwanto-bakal-calon-ketua-iai-jakarta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke