JAKARTA, KOMPAS.com - Kucing bisa mengalami berbagai permasalahan kulit, termasuk pruritus. Pruritus adalah istilah yang digunakan dokter hewan untuk penyakit gatal pada hewan peliharaan.
Pruritus juga menjadi salah satu permasalahan kulit yang paling sering dialami kucing. Tentu saja, rasa gatal ini tidak nyaman dan membuat kucing terus-menerus menggaruk.
Baca juga: 5 Penyebab Kucing Mendengkur Saat Tidur, Perlukah Khawatir?
Sayangnya, pilihan metode mengatasi gatal pada kucing sedikit lebih terbatas dibanding anjing. Fokus pengobatan untuk pruritus adalah menghilangkan penyebab yang mendasarinya.
Kulit gatal pada kucing dapat berhasil diatasi dalam banyak kasus setelah penyebab utama gatal diidentifikasi dan sahabat bulu akan merasa jauh lebih nyaman setelah perawatan.
Nah, dilansir dari PetMD, Rabu (29/11/2023), berikut sejumlah penyebab kulit gatal pada kucing.
Pemeriksaan infeksi kulit yang paling umum adalah salah satu langkah diagnosa pertama dalam pemeriksaan. Berikut sejumlah infeksi yang menjadi penyebab kulit gatal pada kucing.
Baca juga: Bisakah Kucing Memakan Makanan Anjing?
Dermatofitosis adalah istilah medis untuk infeksi kurap dan merupakan salah satu penyebab infeksi paling umum dari ras gatal pada kucing.
Dermatofitosis dapat menular ke manusia sehingga pengujian kurap, baik dengan kultur jamur maupun tes laboratorium yang lebih modern yang disebut PCR, merupakan langkah penting yang harus dilakuan.
Secara umum, infeksi parasit (kadang-kadang disebut sebagai infestasi parasit) dapat menjadi penyebab kulit gatal pada kucing.
Parasit yang hidup di kulit disebut ektoparasit, sebuah istilah yang mencakup kutu, caplak, tungau, dan organisme lainnya.
Pemberian obat pembasmi kutu jauh lebih jarang dilakukan pada kucing peliharaan dibanding anjing. Hal ini karena pemilik kucing memiliki persepsi yang salah bahwa kucing di dalam ruangan tidak dapat tertular infeksi parasit.
Baca juga: 7 Buah yang Aman Dikonsumsi Kucing Peliharaan
Biasanya, kucing mengalami gatal di bagian belakang tubuh, terutama di dekat pangkal ekor. Dokter hewan akan memeriksa kulit dan bulu secara visual menggunakan sisir kutu untuk memeriksanya.
Selain itu, kerokan kulit biasanya dilakukan untuk memeriksa keberadaan tungau, seperti demodex.
Namun, karena obat pencegah kutu dan tungau sangat efektif membunuh kutu dan berbagai jenis tungau, beberapa dokter hewan akan mengobati kucing yang gatal dengan produk ini terlebih dahulu, kemudian melanjutkan pemeriksaan hanya jika rasa gatal masih berlanjut.
Baca juga: Penyebab Kucing Memakan Kotoran dan Cara Menghentikannya
Ketika kucing peliharaan menghirup, menelan, atau bersentuhan dengan alergen, sistem kekebalan tubuhnya dapat bereaksi secara berlebihan sehingga mengakibatkan peradangan kulit serta gatal-gatal.
Berbagai jenis alergi merupakan penyebab inflamasi yang dapat menyebabkan rasa gatal pada kucing. Alergi penyebab gatal paling umum pada kucing adalah alergi makanan, alergi lingkungan, dan hipersensitivitas terhadap gigitan kutu
Meski jarang terjadi, gatal-gatal inflamasi juga dapat disebabkan alergi kontak.
Baca juga: Jangan Abai, Ini Ragam Tanda Kucing Hamil
Pada kucing, alergi makanan biasanya disebabkan protein, seperti ayam atau ikan. Meski umum diketahui, alergi biji-bijian sangat jarang terjadi.
Orang sering kali mengganti makanan kucing mereka dengan makanan bebas biji-bijian, makanan dengan bahan terbatas, atau makanan lain karena mengira makanan tersebut dapat mengurangi rasa gatal pada kucing.
Menurut dokter kulit hewan, uji coba makanan adalah salah satu cara terbaik dan paling hemat biaya untuk mengevaluasi apakah alergi makanan berkontribusi terhadap gatal pada kucing.
Baca juga: Penyebab Kucing Menjilati Tubuhnya Berlebihan dan Cara Menghentikannya
Selama uji coba makanan, kucing tidak diberi makan apa pun, kecuali makanan terhidrolisis. Makanan terhidrolisis adalah makanan hewan peliharaan yang diresepkan yang tidak dapat menimbulkan respons alergi.
Sebab, protein dalam makanan telah dipecah menjadi potongan-potongan kecil (asam amino) sehingga sistem kekebalan tubuh tidak dapat mengenalinya sebagai protein asing dan tidak memicu reaksi alergi.
Uji coba makanan biasanya berlangsung selama delapan minggu dan tingkat gatal kucing akan dinilai kembali.
Alergi ini dapat diduga kuat berdasarkan faktor-faktor, seperti musim dan wilayah, tetapi diagnosis pasti melibatkan tes alergi intradermal.
Baca juga: Jangan Abai, Ini 8 Tips Merawat Gigi Kucing yang Perlu Diterapkan
Hipersensitivitas gigitan kutu, yang juga dikenal sebagai dermatitis alergi kutu (FAD), adalah penyebab nomor satu penyakit kulit pada anjing dan kucing.
FAD adalah alergi terhadap air liur kutu, yang mengakibatkan respons imun yang tidak proporsional dan rasa gatal parah, bahkan setelah gigitan kutu dalam jumlah kecil. Rasa gatal di bagian belakang tubuh kucing adalah presentasi klinis klasik dari FAD.
Gigitan serangga lainnya, seperti gigitan nyamuk, dapat menyebabkan reaksi kulit yang serupa, tapi lebih ringan dan gatal.
Baca juga: 8 Penyebab Kucing Mati Mendadak yang Perlu Diwaspadai
Meski jarang terjadi, alergi kontak dapat menjadi penyebab gatal pada kucing. Reaksi terhadap kotoran kucing adalah salah satu contoh yang umum terjadi, tetapi kain, pewarna, bahan pembersih, plastik, dan tanaman tertentu juga dapat menyebabkan alergi kontak.
Berbeda dengan alergi lingkungan, alergi kontak mudah dihindari setelah agen penyebabnya teridentifikasi sehingga terapi jangka panjang biasanya difokuskan untuk menghilangkan alergen daripada mengobati hewan secara langsung.
Baca juga: Alasan Anjing Memakan Kotoran Kucing, Berbahayakah?
Seperti yang telah disebutkan di atas, ada banyak penyebab kulit gatal pada kucing. Jika gatal-gatal pada hewan peliharaan tidak disebabkan salah satu penyebab di atas, daftar penyebabnya masih cukup panjang.
Dokter hewan akan merekomendasikan rujukan ke dokter kulit hewan. Pengujian lebih lanjut, terutama biopsi kulit, juga dapat dilakukan sendiri.
Jika pengujian lebih lanjut atau rujukan ke dokter spesialis tidak memungkinkan karena alasan biaya, mengobati gejala saja terkadang dapat dilakukan meski kurang ideal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.