Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/12/2022, 13:30 WIB
Nabilla Ramadhian,
Esra Dopita Maret

Tim Redaksi

Saat itu, dekorasi pohon Natal ditambahkan dengan mainan dan kado-kado kecil, lilin, permen, untaian popcorn, serta keik mewah yang digantung dengan pita dan rantai kertas. 

Pasangan kerajaan tersebut dikatakan sebagai orang yang mempopulerkan kegiatan mendekorasi pohon Natal. Walhasil, banyak orang mengira bahwa tradisi tersebut berasal dari Inggris.

Baca juga: 6 Cara Menjauhkan Kucing Peliharaan dari Pohon Natal agar Tak Merusak

Ilustrasi pohon Natal.Shutterstock/Alena Gan Ilustrasi pohon Natal.

Sebelumnya, orang-orang menaruh pohon-pohon kecil di atas meja. Namun saat pohon berukuran besar dari Norwegia bisa dimasukkan ke rumah dan menaruhnya di lantai.

Sejak 1947, Norwegia kerap mendonasikan pohon Natal ke London sebagai tanda terima kasih karena telah membantu mereka selama Perang Dunia II.

Adapun, pohon yang dikirim melalui jalur laut dipajang di Trafalgar Square dan didekorasi dengan gaya khas Norwegia—untaian lampu dipasang menjuntai ke bawah dan tidak saling menyilang. 

Baca juga: 5 Tanaman Hias Terbaik untuk Dekorasi Natal

Tiba di Amerika lebih dulu

Meski tradisi pohon Natal dipopulerkan oRatu Victoria di Inggris pada pertengahan abad ke-19, tradisi tersebut tiba lebih dulu di Amerika Utara pada abad ke-17 melalui para pemukim Jerman.

Kendati demikian, kepopuleran tersebut baru mencapai puncaknya pada abad ke-19. Selain Amerika dan Inggris, tradisi pohon Natal juga populer di Austria, Swiss, Polandia, dan Belanda.

Di Tiongkok dan Jepang, pohon Natal diperkenalkan para misionaris Barat pada abad ke-19 dan ke-20. Dekorasinya pun menggunakan desain kertas yang rumit.

Kendati pohon Natal modern bermula dari Jerman, penggunaan pohon cemara, karangan bunga (wreath), dan rangkaian bunga (garland) yang melambangkan kehidupan kekal merupakan kebiasaan orang Mesir kuno, Tiongkok, dan Ibrani dulu kala.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com