Benih disemai dalam alur atau larikan sedalam 0,5 cm, jarak antar alur 10 hingga 20 cm. Bibit dipindahkan saat berumur satu bulan atau memiliki tiga sampai empat daun.
Pemindahan sebaiknya dilakukan pada sore hari, dan selesai pemindahan harus dilakukan penyiraman.
Penanaman dilakukan dengan dua cara, yaitu tanam bibit yang telah disiapkan dan tebar benih secara langsung. Tanam bibit dilakukan dengan menanam satu bibit per lubang tanam dengan jarak 25x30 cm.
Baca juga: Cara Menanam Buah Naga di Pot agar Cepat Berbuah
Adapun tebar benih dilakukan dengan menaburkan benih pada bedengan-bedengan yang telah dipersiapkan, dibutuhkan 200 hingga 250 gram benih per hektar lahan. Benih ditabur tipis memanjang mengikuti aluran sedalam 0,5 cm.
Benih yang telah ditabur kemudian ditutup dengan alang-alang atau jerami. Penutupan dimaksudkan agar benih tidak hanyut bila terkena hujan, tidak kekeringan dan tetap lembap.
Benih tumbuh setelah dua hingga tiga minggu sejak penaburan. Setelah benih tumbuh, alang-alang atau jerami yang digunakan untuk penutup disingkirkan.
Penyulaman yang dilakukan tidak lebih dari 7 sampai 15 hari setelah tanam, yaitu dengan mencabut tanaman yang mati, kemudian diganti bibit yang baru.
Baca juga: 5 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Menanam Tomat di Pot
Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali, yang terdiri dari satu kali pemupukan dasar dan dua kali pemupukan alternatif.
Pemberian pupuk dasar dilakukan saat tanam pada alur di dekat bedengan, dengan dosis 249 kg per hektar pupuk Urea, 311 kg per hektar, SP-36, dan 112 kg per hektar pupuk KCl.
Pemberian pupuk alternatif dilakukan pada minggu kedua setelah tanam dan minggu keempat setelah tanam dengan dosis 124 kg per hektar Urea dan 56 kg per hektar KCl.