Badan Penjara Ekuador, SNAI, mengatakan bahwa setidaknya 125 orang sandera merupakan sipir penjara, sementara 14 lainnya adalah staf administrasi. Dilaporkan pada Selasa (9/1/2024), sekitar 11 orang sandera telah dibebaskan.
Baca juga: Ekuador Giliran Umumkan Kondisi Konflik Bersenjata Internal, Apa yang Terjadi?
Meskipun Noboa saat ini bertindak melalui dekrit presiden, para anggota parlemen Ekuador pada Selasa (9/1/2024) tetap menyatakan dukungan mereka terhadap upaya yang tengah dilakukan Noboa dan pasukan bersenjata di negara itu.
Noboa memimpin koalisi mayoritas di kongres setelah partainya resmi bersekutu dengan sayap kiri mantan Presiden Rafael Correa dan Partai Kristen.
Meski begitu, Noboa mengatakan bahwa dekrit tersebut tetap dibutuhkan: "Saya tidak membutuhkan persetujuan mereka saat ini untuk apa yang kami lakukan, tapi saya telah meminta dukungan mereka."
Sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi populasi dan pengeluaran anggaran penjara, Noboa telah mengumumkan bahwa Ekuador juga akan mulai mendeportasi para tahanan asing.
Jumlah tahanan Kolombia, Peru, dan Venezuela telah mencapai 90% dari total para tahanan asing yang dipenjara di negara tersebut.
Bahkan, ada sekitar 1.500 warga Kolombia yang dipenjara di Ekuador, menurut Noboa. "Kami lebih banyak berinvestasi untuk 1.500 orang tersebut daripada untuk sarapan pagi bagi anak-anak kami,” tambahnya.
Namun, Menteri Kehakiman Kolombia Nestor Osuna mengatakan kepada para wartawan bahwa hukuman Ekuador hanya akan diakui di Kolombia jika para tahanan tiba melalui pemulangan resmi, yang juga disetujui oleh pihak berwenang Kolombia.
Jika tahanan Kolombia itu diusir begitu saja, mereka hanya akan dipenjara jika mereka memiliki dakwaan yang masih tertunda di negara asalnya.
"Jika memang ada pengusiran, kami akan memantau berapa banyak orang yang jika mereka tiba di perbatasan, akan benar-benar ditahan oleh pihak berwenang Kolombia," kata Osuna, seraya mengedepankan "rasa solidaritasnya" yang tulus untuk rakyat Ekuador.
Kolombia mengatakan pada Rabu (10/1/2024) bahwa pihaknya akan terus meningkatkan pengawasan dan penguasaan militernya di sepanjang perbatasannya dengan Ekuador yang seluas hampir 600 kilometer itu.
Baca juga: Ekuador Perang dengan Kartel Narkoba, Ratusan Tentara Turun ke Jalan
Presiden Ekuador Noboa juga telah menerima dukungan dari Amerika Serikat (AS), setelah bertemu dengan Duta Besar AS pada Selasa (9/1/2024) sore, dengan sejumlah persenjataan AS senilai 200 juta dollar AS (setara Rp 3,1 triliun) yang akan menjadi bagian dari rencana anggaran keamanan senilai 800 juta dollar AS (setara Rp 12,4 triliun).
"Kami mengecam keras serangan kriminal baru-baru ini oleh kelompok-kelompok bersenjata di Ekuador terhadap institusi swasta, publik, dan pemerintah," ujar penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan dalam unggahannya di platform media sosial X/Twitter.
Sullivan juga menambahkan bahwa Washington akan terus bekerja sama dengan para mitranya untuk menyeret para pelaku ke meja hijau.
Secara terpisah, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada para wartawan bahwa AS terus memantau situasi dan "bersedia untuk mengambil langkah pasti untuk meningkatkan kerja sama kami" dengan Pemerintah Ekuador dalam menangani kekerasan dan dampaknya terhadap masyarakat.
Kirby menambahkan bahwa pemerintahan Biden belum melakukan pembicaraan khusus dengan Noboa atau pemerintahnya, tetapi akan sangat bersedia untuk membicarakan apa yang dibutuhkan oleh Ekuador, termasuk bantuan investigasi.
Hingga kini belum ada rencana bagi militer AS untuk mengirim pasukannya, jelas Kirby.
Baca juga: Kerusuhan Ekuador: Apa yang Terjadi, Siapa Adolfo Macias yang Kabur dari Penjara?
Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Presiden Ekuador Nyatakan 'Perang' Lawan Kartel Narkoba.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.