QUITO, KOMPAS.com - Ekuador menangkap enam warga negara Kolombia yang terkait dengan penembakan calon presiden Ekuador Fernando Villavicencio.
Polisi Ekuador mengatakan pada Kamis (10/8/2023) bahwa pemerintah sedang mengejar aktor intelektual pembunuhan tersebut.
Penembakan fatal itu terjadi pada Rabu (9/8/2023) malam, kurang dari dua minggu sebelum pemilu.
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Capres Ekuador Tewas Ditembak | Pemenang Lotre Rp 23,99 Triliun
Hal ini telah mengirim gelombang kejutan ke seluruh negara Amerika Selatan, membuat beberapa saingan menangguhkan kampanye dan membawa isu kekerasan yang meningkat ke permukaan.
Villavicencio, seorang pengkritik vokal terhadap korupsi dan kejahatan terorganisir, dibunuh saat meninggalkan sebuah acara kampanye malam di sebuah fasilitas pendidikan di Quito utara.
Total ada sembilan orang yang dilaporkan terluka dalam insiden itu, termasuk seorang calon anggota legislatif dan dua petugas polisi.
Keenam orang yang ditahan adalah anggota kelompok kejahatan terorganisir. Kantor pers kepolisian mengonfirmasi kewarganegaraan mereka pada Kamis sore.
"Polisi nasional sekarang telah melakukan penangkapan pertama terhadap para tersangka dari peristiwa keji ini dan akan menggunakan semua kapasitas operasi dan investigasi mereka untuk menemukan motif kejahatan ini dan aktor intelektualnya," kata Menteri Dalam Negeri Juan Zapata, dilansir dari Reuters.
Baca juga: Capres Ekuador Fernando Villavicencio Tewas Ditembak Usai Kampanye
Keterlibatan warga negara Kolombia dalam pembunuhan ini mengingatkan kita pada pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise pada tahun 2021, yang dibunuh di rumahnya oleh sebuah kelompok yang terdiri dari 26 orang Kolombia dan dua orang Haiti-Amerika.
Presiden Guillermo Lasso mengatakan kejahatan tersebut jelas merupakan upaya untuk menyabotase pemilu.
Tetapi, dia menyampaikan, pemungutan suara akan tetap berlangsung sesuai rencana pada 20 Agustus, di tengah-tengah keadaan darurat nasional.
Lasso, yang mengumumkan tiga hari berkabung, mengatakan pada Kamis bahwa ia telah meminta bantuan dari Biro Investigasi Federal AS (FBI) untuk membantu penyelidikan dan bahwa sebuah delegasi akan tiba di negara itu dalam beberapa jam mendatang.
FBI mengonfirmasi bahwa mereka akan membantu.
Kekerasan di Ekuador telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kota-kota di sepanjang rute perdagangan narkoba seperti Guayaquil dan Esmeraldas di mana warganya mengatakan bahwa mereka hidup dalam ketakutan.
Beberapa negara Amerika Latin juga mengalami masalah yang sama sejak pandemi virus corona.
Baca juga: Indonesia Kini Punya Konsul Kehormatan di Guayaquil Ekuador
Angkatan bersenjata dikerahkan ke seluruh negeri dan akan tetap dikerahkan hingga akhir proses pemilihan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.