Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Ibu dan 2 Putrinya Bertahan Hidup Saat Disandera Hamas

Kompas.com - 18/12/2023, 06:17 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber AP News

TEL AVIV, KOMPAS.com - Seorang ibu menceritakan kisah baru yang menakutkan dalam hidupnya. Yakni menjadi tawanan Hamas di Gaza Palestina.

Dia adalah Katz Asher (34), wanita asal Israel yang turut dijadikan sebagai tawanan oleh kelompok Hamas bersama kedua putrinya yang masih berusia 4 dan 2 tahun.

Katz menceritakan pengalaman pahit itu kepada Israel TV Channel 12 dalam wawancara yang disiarkan Sabtu (16/12/2023) malam.

Baca juga: Netanyahu Isyaratkan Ada Negosiasi Baru Demi Pulangkan Sandera di Gaza

Sebelum diculik, Katz Asher bersama kedua putrinya sedang mengunjungi keluarganya di Kibbutz Nir Oz, Israel.

Ketika Hamas menyerang area pertanian yang sepi pada 7 Oktober 2023, Katz dan kedua putrinya serta ibu Katz diculik oleh Hamas.

Namun sayang, saat baku tembak dengan pasukan Israel, ibunya tewas. Katz dan salah satu putrinya terluka ringan.

Sesampainya di Gaza, ketiganya dibawa ke apartemen sebuah keluarga. Luka Katz dijahit tanpa dibius di sofa. Sedangkan anak-anaknya melihatnya.

Di apartemen itu, mereka dijaga oleh seorang ibu Palestina dan dua putrinya selama 16 hari. Katz hanya disuruh diam saja. Tapi dia diberi pensil warna dan kertas untuk menggambar bagi putrinya.

Saat suara serangan pemboman dari militer Israel terdengar di sekitar mereka, para penculik memberikan harapan palsu dengan mengatakan akan ada kesepakatan untuk pembebasan mereka.

Dia dan putrinya akan dibebaskan melalui perjanjian gencatan senjata sementara pada akhir November.

Baca juga: WHO Sebut Rumah Sakit Al-Shifa Gaza Jadi Tempat Pertumpahan Darah

Lantaran makanan di rumah keluarga itu menipis, mereka kemudian dipindahkan ke rumah sakit yang berjarak 15 menit dengan berjalan kaki.

Mereka dipindah pada malam hari, di mana Katz harus mengenakan pakaian muslim untuk menyembunyikan identitasnya.

Sesampainya di rumah sakit, Katz dan putrinya dijadikan satu dengan tawanan Israel lainnya di ruang seluas 12 meter persegi tanpa kasur.

Ada 10 tawanan di ruang tersebut yang jendelanya tertutup rapat. Makanannya juga diberikan tidak pasti. Sedang penggunaan toilet harus seizin para penculik.

"Mereka bisa membukakan pintu setelah lima menit atau satu setengah jam," kata Katz sebagaimana diberitakan AP News pada Minggu (17/12/2023).

Selama di ruang tersebut, salah satu putrinya sakit demam dengan panas mencapai 40 derajat celcius tiga hari berturut-turut. Agar panas turun, dia menyiramkan air dingin ke dahinya.

Selain itu, mereka membuat setumpuk kartu dan mengambil makanan yang sangat mereka rindukan untuk mengisi perut.

Katz Asher juga menyimpan sisa-sisa makanannya untuk diberikan kepada putrinya jika lapar.

Saat berada di ruang tawanan, kedua putrinya yang masih polos tak henti-hentinya bertanya tentang cobaan berat yang mereka alami.

"Kapan kita akan kembali menemui ayah di rumah? Kapan kita akan kembali ke tempat penitipan anak? Mengapa pintunya terkunci? Kenapa kita tidak bisa pulang? Dan bagaimana kita bisa tahu jalan pulang?," terang Katz menirukan serangkaian pertanyaan dari anaknya tersebut.

Baca juga: Kapal Perang Inggris Tembak Jatuh Drone Serang di Laut Merah

Meski rasa takut menyelimutinya, tapi Katz tetap tenang dan berjanji pada kedua putrinya bahwa mereka akan segera pulang.

"Apa yang membuat saya bertahan hidup di sana karena kedua putri saya ada bersama saya. Jadi, ada sesuatu yang harus saya perjuangkan," tandas Katz.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com