Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Berusaha Meredam Kesedihan Publik atas Meninggalnya Li Keqiang

Kompas.com - 31/10/2023, 13:07 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

BEIJING, KOMPAS.com - Penghormatan publik kepada mantan perdana menteri China Li Keqiang, yang meninggal dunia pada Jumat (27/10/2023) dikontrol dengan ketat.

Pemerintah berusaha mencegah luapan kesedihan massal yang dapat menyebabkan keresahan sosial.

Meninggalnya Li, yang mengalami serangan jantung mendadak di Shanghai, mendapat banyak ungkapan duka cita di depan umum.

Baca juga: Buntut Larangan Uni Eropa, China Lirik Sawit Indonesia dan Malaysia

Dilansir dari Guardian, di kota asalnya, Hefei, di provinsi Anhui, ratusan pelayat meletakkan bunga.

Media sosial dibanjiri dengan penghormatan kepada Li, yang pernah dilihat sebagai kekuatan untuk liberalisasi ekonomi di eselon tertinggi partai Komunis China (PKC).

Namun, diskusi online telah disensor secara ketat untuk memastikan bahwa warisan Li sesuai dengan narasi resmi dan tidak menyebutkan poin-poin tentang reformasi politik atau ekonomi.

Sebuah memo yang bocor, yang diterbitkan China Digital Times, menunjukkan bahwa media telah diinstruksikan untuk memberi perhatian khusus pada komentar yang terlalu berlebihan mengenai kematian Li.

Banyak komentar yang merujuk pada reputasi Li sebagai pembaharu ekonomi telah dihapus.

Satu komentar yang disensor dari Weibo mengutip kutipan Li dari tahun pertamanya sebagai perdana menteri: "Apa pun yang dapat ditangani pasar, biarkan pasar melakukan lebih banyak lagi."

Meskipun telah menjadi perdana menteri China selama satu dekade, tidak jelas apakah Li akan menerima peringatan resmi selain pemakaman biasa.

Baca juga: Polisi China Selamatkan 1.000 Kucing yang Dagingnya Hendak Dijual Ilegal

Pada konferensi pers kementerian luar negeri, juru bicara Mao Ning menolak untuk menguraikan rencana apa pun.

Para mahasiswa, yang dipandang oleh para elite PKC sebagai demografi yang paling mudah berubah dalam hal protes, diinstruksikan untuk menahan diri dari tampilan publik yang melampaui batas-batas resmi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com