Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita WNI di Gaza Saat Perang Hamas-Israel, Terbangun oleh Suara Rudal

Kompas.com - 10/10/2023, 21:52 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

GAZA, KOMPAS.com - Warga negara Indonesia (WNI) yang menetap di Gaza, Palestina, menceritakan kepada BBC News Indonesia betapa mencekamnya situasi di kota itu di tengah saling serang antara kelompok Hamas dengan Israel.

Abdillah Onim telah tinggal di Gaza selama 13 tahun sebagai aktivis kemanusiaan dari Nusantara Palestina Center.

Selama tinggal di Gaza, dia bersama istri dan ketiga anaknya "sudah terbiasa" mendengar suara dentuman bom atau rudal. Namun kali ini, situasinya terasa lebih mengerikan bagi mereka.

Baca juga: Militer Israel Sebut Sekitar 1.500 Jasad Pasukan Hamas Ditemukan di Israel

“Ini adalah serangan yang bagi saya sangat besar, menakutkan, dan sangat mencekam," kata Onim kepada BBC News Indonesia, Minggu (08/10).

Situasi ini bermula ketika kelompok Hamas melancarkan serangan besar secara mendadak ke Israel pada Sabtu subuh. Israel kemudian membalas dengan melancarkan serangan balik.

Lebih dari 500 warga Israel tewas akibat serangan Hamas, dan sedikitnya 300 orang warga Palestina juga tewas imbas serangan balik Israel hingga Minggu malam.

Situasi darurat juga terasa di Rumah Sakit Indonesia yang berlokasi di Bayt Lahiya, Gaza Utara.

Sebuah rekaman video yang diterima BBC News Indonesia dari MER-C (organisasi kemanusiaan di bidang kedaruratan medis) memperlihatkan ambulans berdatangan ke rumah sakit tersebut mengevakuasi korban luka maupun tewas.

Ambulans mengevakuasi korban luka dan tewas ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza pada Minggu (8/10/2023).DOKUMENTASI MER-C via BBC INDONESIA Ambulans mengevakuasi korban luka dan tewas ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza pada Minggu (8/10/2023).
Duta Besar Indonesia untuk Palestina dan Yordania Ade Padmo mengatakan, terdapat 13 WNI di Gaza, yang merupakan relawan kemanusiaan. Mereka semua disebut berada dalam “kondisi aman”.

Sejauh ini Padmo mengatakan, belum ada rencana mengevakuasi para WNI meski eskalasi situasi masih meningkat.

“Akses bantuan juga tidak dimungkinkan dari Yordania karena akses hanya bisa dari Mesir,” kata Ade kepada BBC News Indonesia.

Sementara itu, Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Lalu Muhammad Iqbal menyatakan, Indonesia “sangat prihatin” dengan meningkatnya eskalasi konflik antara Palestina-Israel.

“Indonesia mendesak agar tindakan kekerasan dihentikan demi menghindari bertambahnya korban manusia,” kata Lalu melalui pesan singkat.

Bagi Indonesia, akar konflik di wilayah tersebut, yakni pendudukan wilayah Palestina oleh Israel harus diselesaikan.

Terbangun oleh suara rudal

Pada Sabtu menjelang waktu Subuh, Fikri Rofiul Haq yang masih terlelap dikagetkan oleh suara rudal.

WNI yang menjadi relawan medis MER-C di Rumah Sakit Indonesia itu kemudian bangun dari tidurnya. Dia mendengar azan berkumandang dan bersiap untuk shalat Subuh.

Awalnya, Fikri mengaku tidak mengetahui dengan jelas situasi yang terjadi.

“Tapi ketika melihat ke jendela, terlihat jelas roket-roket yang meluncur ke daratan. Artinya, ini jelas serangan dari pihak Gaza,” kata Fikri.

Beberapa jam kemudian, tembakan roket dari pesawat tempur Israel jatuh di dekat Wisma dr Joserizal Jurnalis dan menghancurkan mobil operasional MER-C.

Seorang staf lokal bernama Abu Romzi, yang saat itu berada di dekat mobil tersebut, meninggal dunia.

Saat itulah Fikri menyadari bahwa Israel telah melancarkan serangan balasan.

"Ketika bom mengenai mobil MER-C, membuat suara ledakan yang besar, sehingga kami panik, langsung berlari dan berlindung di Wisma dr Joserizal," tuturnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com