Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Plastik Buat Jutaan Orang di Negara Miskin Berisiko Kebanjiran

Kompas.com - 25/05/2023, 19:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

LONDON, KOMPAS.com - Banjir dahsyat tahun 2005 yang menewaskan 1.000 orang di kota Mumbai di India dipersalahkan atas masalah sederhana yang tragis: kantong plastik telah menyumbat saluran air hujan, menghentikan aliran air banjir musim hujan ke luar kota.

Kini, sebuah laporan baru, yang mencoba mengukur masalah ini, memperkirakan bahwa 218 juta orang termiskin di dunia berisiko mengalami banjir yang lebih parah dan lebih sering akibat sampah plastik.

Jumlah tersebut setara dengan jumlah penduduk Inggris, Perancis, dan Jerman jika digabungkan.

Baca juga: Kritik Serangan ke Ukraina, Kritikus Kremlin Kara-Murza Divonis Penjara 25 Tahun, Banjir Kecaman

Laporan, seperti dikutip Guardian, menyebut sekitar 41 juta di antaranya adalah anak-anak, orang tua, dan penyandang disabilitas. Tiga perempat dari mereka yang paling berisiko tinggal di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik.

Para peneliti dari Resource Futures, sebuah konsultan lingkungan, dan Tearfund, sebuah badan amal Kristen internasional, menemukan bahwa masyarakat di Kamerun, Nigeria, Republik Demokratik Kongo (DRC), Ghana, Bangladesh, dan Indonesia mengalami banjir yang lebih parah akibat penyumbatan sampah plastik dalam sistem drainase dalam beberapa tahun terakhir.

Di komunitas ini, sampah plastik adalah "pengganda risiko" untuk banjir, kata mereka.

Untuk mengidentifikasi mereka yang paling berisiko, peneliti menggunakan studi tentang risiko banjir dan kemiskinan yang diterbitkan pada 2022 oleh Jun Rentschler dan lainnya.

Mereka mengidentifikasi 1,8 miliar orang berisiko tinggi terkena banjir di 188 negara.

Mereka mempersempit analisis mereka hanya ke negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan drainase perkotaan yang tidak memadai, pengelolaan limbah padat, dan sanitasi.

Untuk fokus pada populasi yang paling berisiko dari plastik yang memperburuk risiko banjir, mereka juga mengecualikan negara-negara dengan limbah yang salah kelola kurang dari 1kg untuk setiap orang per tahun, dan berfokus pada daerah kumuh perkotaan.

Baca juga: Banjir Bandang Terjang Daerah Terdampak Gempa Turkiye, KBRI Ankara Pastikan WNI Aman

Rich Gower, ekonom senior dan rekanan kebijakan di Tearfund, mengataka bahwa di seluruh dunia, dari Brasil hingga Bangladesh, polusi plastik kian memperburuk banjir.

"Tanpa tindakan tegas, masalah ini hanya akan bertambah buruk,” ujarnya.

Polusi sampah plastik meningkat dua kali lipat dalam satu dekade terakhir, dan diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2060 . Hanya 9persen yang didaur ulang secara global.

Baca juga: Sisipkan Lirik Snoop Dogg dalam Laporannya, Pembawa Berita Cuaca Banjir Pujian

“Tujuan dari laporan ini adalah untuk memberikan urutan besarnya jumlah orang yang berisiko. Apa yang kami katakan adalah bahwa polusi plastik paling memengaruhi komunitas termiskin dan paling terpinggirkan," ujarnya.

"Kami telah melihatnya dengan pembakaran plastik, dan sekarang kami melihatnya dengan risiko banjir. Komunitas ini menanggung beban polusi plastik,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com