Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/04/2023, 21:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber Reuters

MADRID, KOMPAS.com - Suhu panas di beberapa negara Eropa mencapai rekor tertinggi pada April.

Misalnya, di Spanyol daratan dan Portugal.

Kedua negara tetangga Iberia itu diterjang gelombang panas awal musim yang memperburuk kekeringan panjang yang telah terjadi di beberapa daerah.

Baca juga: Sungai di Malaysia Hampir Kering karena Gelombang Panas

Badan ramalan cuaca Spanyol, AEMET pada Jumat (28/4/2023), mengumumkan bandara di Kota Cordoba, Spanyol selatan, mencatat suhu 38,8 derajat Celcius pada Kamis (27/4/2023).

Ini mengalahkan rekor suhu tertinggi sebelumnya yang mencapai 38,6 derajat Celcius di kota Elche pada 2011. 

Rekor absolut Spanyol pada April tetap mencapai 40,2 derajat C pada 2013 di Gran Canaria di Kepulauan Canary.

Sementara itu, di negara tetangga Portugal, suhu di pusat Kota Mora dilaporkan telah mencapai 36,9 derajat Celcius atau memecahkan rekor 36 derajat Celcius pada April 1945.

Suhu mulai turun pada hari Jumat di Portugal, tetapi gelombang panas tetap terjadi di beberapa bagian Spanyol.

Pada hari Jumat itu, Ibu Kota Madrid pun diketahui telah membuka "pantai urban", yaitu serangkaian air mancur di sepanjang Sungai Manzanares, sebulan lebih awal dari biasanya.

Baca juga: Malaysia Dipanggang Gelombang Panas, Suhu Lampaui 37 Derajat Celsius

"Bayangkan saja bagaimana musim panas nanti, jika kita mengalami suhu sepanas ini di musim semi," kata seorang warga, Patricia Solozaga sambil mengawasi putrinya, Sofia, yang dengan riang bermain di air mancur, dikutip dari Reuters.

AEMET memperkirakan cuaca lebih dingin terjadi mulai Sabtu (29/4/2023).

Semenanjung Iberia menderita kekeringan berkepanjangan, dengan penurunan curah hujan sebesar hampir 25 persen sejak Oktober di atas tahun sebelumnya menjadi salah satu rekor terkering di Spanyol.

Kekeringan itu berkontribusi pada insiden kebakaran hutan yang terjadi lebih awal dari biasanya, memicu kekhawatiran akan terulangnya gelombang kebakaran ekstrem musim panas lalu, yang secara luas dikaitkan dengan perubahan iklim.

Baca juga: Cuaca Panas Ekstrem di Thailand, Suhu Capai 42 Derajat Celsius

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Jual Rumah Tua, Agen Pemasaran Malah Pasang Tulisan 'Mungkin Berhantu' di Depan Rumah

Jual Rumah Tua, Agen Pemasaran Malah Pasang Tulisan "Mungkin Berhantu" di Depan Rumah

Global
Saat Domba-domba di Yunani Tak Sengaja Menyantap Daun Ganja Lalu Melompat Liar...

Saat Domba-domba di Yunani Tak Sengaja Menyantap Daun Ganja Lalu Melompat Liar...

Global
Australia Gelar Simposium Akademik Pertama di Dunia tentang Taylor Swift Effect

Australia Gelar Simposium Akademik Pertama di Dunia tentang Taylor Swift Effect

Global
Nasib Travis King, Tentara AS yang Kabur Setelah Diusir Korut

Nasib Travis King, Tentara AS yang Kabur Setelah Diusir Korut

Global
Israel Buka Kembali Penyeberangan Gaza, Izinkan Warga Palestina Kembali Bekerja

Israel Buka Kembali Penyeberangan Gaza, Izinkan Warga Palestina Kembali Bekerja

Global
Sosok Viktor Sokolov, Komandan Rusia yang Muncul Usai Diklaim Tewas oleh Ukraina

Sosok Viktor Sokolov, Komandan Rusia yang Muncul Usai Diklaim Tewas oleh Ukraina

Global
AS Tahan Travis King, Tentara yang Kabur ke Korea Utara

AS Tahan Travis King, Tentara yang Kabur ke Korea Utara

Global
Keuntungan AS di Balik Normalisasi Hubungan Arab Saudi dan Israel

Keuntungan AS di Balik Normalisasi Hubungan Arab Saudi dan Israel

Global
Angka Kelahiran Rendah di Korsel Bisa Jadi Peluang Pendidikan bagi Indonesia

Angka Kelahiran Rendah di Korsel Bisa Jadi Peluang Pendidikan bagi Indonesia

Global
Rangkuman Hari Ke-581 Serangan Rusia ke Ukraina: Bulgaria Kirim Rudal Tua | Evakuasi Anak-anak Zaporizhzhia

Rangkuman Hari Ke-581 Serangan Rusia ke Ukraina: Bulgaria Kirim Rudal Tua | Evakuasi Anak-anak Zaporizhzhia

Global
Jerman Selidiki Dugaan Kejahatan Perang oleh Rusia di Gostomel Ukraina

Jerman Selidiki Dugaan Kejahatan Perang oleh Rusia di Gostomel Ukraina

Global
Bulgaria Akan Kirim Senjata Era Soviet yang Sudah Tua dan Cacat ke Ukraina

Bulgaria Akan Kirim Senjata Era Soviet yang Sudah Tua dan Cacat ke Ukraina

Global
Korea Utara Masukkan Status Senjata Nuklir ke Dalam UU

Korea Utara Masukkan Status Senjata Nuklir ke Dalam UU

Global
Ledakan Besar Terjadi di Dekat Bandara Ibu Kota Uzbekistan

Ledakan Besar Terjadi di Dekat Bandara Ibu Kota Uzbekistan

Global
[POPULER GLOBAL] Pemenang Lotre Dikritik | Update Ledakan Nagorno-Karabakh

[POPULER GLOBAL] Pemenang Lotre Dikritik | Update Ledakan Nagorno-Karabakh

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com