Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aliran Besar-besaran Pengungsi Sudan Bisa Picu Ketidakstabilan Kawasan

Kompas.com - 28/04/2023, 11:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Penulis: VOA Indonesia

JENEWA, KOMPAS.com - Badan urusan pengungsi PBB (UNHCR) meminta negara-negara tetangga Sudan untuk tetap membuka perbatasan mereka untuk membantu orang-orang yang ingin mencari perlindungan dan keamanan.

Sejak pertempuran dimulai 15 April lalu antara pasukan militer Sudan melawan kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF), alias Pasukan Dukungan Cepat, puluhan ribu warga Sudan terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk menyelamatkan diri.

Filippo Grandi, komisioner tinggi PBB untuk urusan pengungsi, telah berkali-kali mengulangi imbauan sekretaris jenderal PBB agar aksi kekerasan segera dihentikan, dan agar seluruh pihak memilai upaya damai yang bermakna.

Baca juga: Pakar Sebut Grup Wagner Rusia Bisa Picu Konflik di Sudan

“Ini amat sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya krisis pengungsi besar lain yang dapat semakin mendestabilisasi wilayah yang sudah rentan ini,” ujarnya.

Meski gencatan senjata antara kedua pihak yang bertikai telah diperpanjang, pertempuran masih dilaporkan terjadi di Khartoum dan di wilayah barat Darfur pada Kamis (27/4/2023).

Farid Aiywar, ketua delegasi Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di Sudan (IFRC) menyatakan keprihatinan yang mendalam bahwa setelah hampir dua minggu pertempuran tidak ada tanda-tanda perbaikan atau semacam penurunan dalam hal pertempuran dan juga kemudahan tantangan kemanusiaan.

Ia menuturkan, “Masalah utamanya masih terkait kekurangan makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar, serta komunikasi dan listrik yang terbatas. Di Khartoum, banyak keluarga yang terus tertahan di rumah mereka dan meminta dievakuasi.”

Baca juga: Sudan Perang, 897 WNI Sudah Dievakuasi

Akan tetapi, sebagian besar wilayah belum aman untuk mereka lalui, ungkapnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, terdapat 4.075 korban luka dan 459 korban jiwa di 25 fasilitas kesehatan yang masih tersisa, meski jumlah sebenarnya lebih dari itu, kata Nima Saeed Abid, perwakilan WHO di Sudan.

“Jumlah korban jiwa sebenarnya jauh lebih tinggi,” katanya. Ia menambahkan bahwa 32 persen fasilitas kesehatan di negara itu telah ditutup karena terkena serangan dan sebagian telah diubah menjadi markas militer.

Perwakilan IFRC Aiywar mengatakan bahwa lebih dari 40.000 sukarelawan terlatih Bulan Sabit Merah yang ditempatkan di seluruh 18 negara bagian Sudan siap mendukung layanan kemanusiaan ketika situasinya sudah membaik.

Baca juga: Dubes dan Konjen RI Sambut Evakuasi 557 WNI dari Sudan

Sayangnya, berlanjutnya pertempuran tampaknya memicu semakin banyak orang yang mengungsi ke dalam dan luar negeri, seiring semakin banyaknya orang yang mencari perlindungan keamanan.

Juru Bicara UNHCR Olga Sarrado mengatakan, badannya bekerja sama dengan erat dengan para mitra dan pemerintah di wilayah tersebut untuk menilai kebutuhan apa saja yang diperlukan para pengungsi dan meningkatkan upaya untuk membantu mereka.

“Dampak kemanusiaan krisis ini akan sangat parah,” ujarnya. Ia mencatat bahwa Sudan sendiri menampung lebih dari satu juta pengungsi dan melayani 3,7 juta pengungsi dalam negeri sebelum konflik terbaru terjadi.

“Semua operasi UNHCR di negara-negara tetangga Sudan yang terdampak oleh situasi darurat baru ini sudah lebih dulu menampung pengungsi dalam dan luar negeri dalam jumlah besar dan juga sangat kekurangan dana,” ungkapnya.

Artikel ini pernah tayang di VOA Indonesia dengan judul UNHCR: Aliran Besar-besaran Pengungsi Sudan Bisa Picu Ketidakstabilan Kawasan.

Baca juga: Sama-sama Yakin Bisa Menang, Tentara Sudan dan RSF Ogah Negosiasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jago Mengetik Cepat Pakai Hidung, Pria Ini Pecahkan Rekor Dunia

Jago Mengetik Cepat Pakai Hidung, Pria Ini Pecahkan Rekor Dunia

Global
Para Penyintas Serangan 7 Oktober Menuntut Kelompok Pro-Palestina di AS

Para Penyintas Serangan 7 Oktober Menuntut Kelompok Pro-Palestina di AS

Global
Korea Utara Kirim 600 Balon Sampah Lagi ke Korea Selatan, Apa Saja Isinya?

Korea Utara Kirim 600 Balon Sampah Lagi ke Korea Selatan, Apa Saja Isinya?

Global
Rangkuman Hari Ke-829 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Temui Prabowo | Italia Beda Sikap dengan AS-Jerman

Rangkuman Hari Ke-829 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Temui Prabowo | Italia Beda Sikap dengan AS-Jerman

Global
Mayoritas 'Exit Poll' Isyaratkan Partai Modi Menangi Pemilu India 2024

Mayoritas "Exit Poll" Isyaratkan Partai Modi Menangi Pemilu India 2024

Global
Bertemu Prabowo di Singapura, Zelensky Minta Dukungan dan Bilang Siap Perbanyak Pasok Produk Pertanian

Bertemu Prabowo di Singapura, Zelensky Minta Dukungan dan Bilang Siap Perbanyak Pasok Produk Pertanian

Global
Pentingnya Israel-Hamas Sepakati Usulan Gencatan Senjata Gaza yang Diumumkan Biden...

Pentingnya Israel-Hamas Sepakati Usulan Gencatan Senjata Gaza yang Diumumkan Biden...

Global
Menteri-menteri Israel Ancam Mundur Usai Biden Umumkan Usulan Gencatan Senjata Baru

Menteri-menteri Israel Ancam Mundur Usai Biden Umumkan Usulan Gencatan Senjata Baru

Global
Saat China Berhasil Daratkan Chang'e-6 di Sisi Jauh Bulan...

Saat China Berhasil Daratkan Chang'e-6 di Sisi Jauh Bulan...

Global
[UNIK GLOBAL] Penjual Sotong Mirip Keanu Reeves | Sosok 'Influencer Tuhan'

[UNIK GLOBAL] Penjual Sotong Mirip Keanu Reeves | Sosok "Influencer Tuhan"

Global
Korea Utara Kembali Terbangkan Balon Berisi Sampah ke Korea Selatan

Korea Utara Kembali Terbangkan Balon Berisi Sampah ke Korea Selatan

Global
Mengenal Apa Itu All Eyes on Rafah dan Artinya

Mengenal Apa Itu All Eyes on Rafah dan Artinya

Global
Trump Kini Berstatus Terpidana, Apakah Masih Bisa Maju ke Pilpres AS 2024?

Trump Kini Berstatus Terpidana, Apakah Masih Bisa Maju ke Pilpres AS 2024?

Global
Hezbollah Balas Serangan Israel dengan Drone Peledak

Hezbollah Balas Serangan Israel dengan Drone Peledak

Global
Estonia Tak Punya Rencana B Jika Ukraina Jatuh

Estonia Tak Punya Rencana B Jika Ukraina Jatuh

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com