Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Sebut Grup Wagner Rusia Bisa Picu Konflik di Sudan

Kompas.com - 27/04/2023, 21:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Penulis: VOA Indonesia

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Yevgeny Prigozhin, kepala kelompok paramiliter Grup Wagner yang didukung pemerintah Rusia, telah menawarkan persenjataan kepada salah satu pihak yang berperang di Sudan, menurut laporan sejumlah media.

Sejak perang itu dimulai bulan April, beredar laporan yang belum terkonfirmasi dan pernyataan sejumlah sumber diplomatik kepada beberapa kantor berita yang menyatakan bahwa para petempur Grup Wagner mendukung kelompok paramiliter Sudan yang dikenal dengan sebutan Rapid Support Forces (RSF), alias Pasukan Dukungan Cepat, dan memasok persenjataan kepada kelompok tersebut.

Cameron Hudson, mantan pejabat Kementerian Luar Negeri AS dan rekan senior di Center for Strategic and International Studies (CSIS), mengatakan kepada VOA bahwa Grup Wagner memasok sistem pertahanan udara portabel, roket dengan peluncur bahu, penghancur tank dan kendaraan lapis baja berat.

Baca juga: Sudan Perang, 897 WNI Sudah Dievakuasi

RSF membantah telah menerima bantuan senjata dari Rusia.

Meski demikian, seiring mengemukanya berita bahwa Grup Wagner memihak salah satu kubu, para pakar memperingatkan bahwa keterlibatan pihak luar hanya akan memperburuk konflik, mengingat buruknya rekam jejak Wagner dan catatan kekejamannya di Afrika.

Dalam sebuah pengakuan yang langka terkait keterlibatan kelompok itu di Sudan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada Selasa (25/4/2023) bahwa keputusan untuk melibatkan Grup Wagner sepenuhnya ada di tangan para pemimpin di Afrika.

“Republik Afrika Tengah dan Mali dan Sudan, sejumlah negara lainnya, yang pemerintahan sahnya memilih menggunakan jasa (Grup Wagner) semacam ini, punya hak untuk melakukannya,” kata Lavrov pada sebuah konferensi pers di PBB.

Baca juga: Dubes dan Konjen RI Sambut Evakuasi 557 WNI dari Sudan

Para pejabat tinggi AS terus mengutarakan keprihatinan mereka akan keterlibatan Grup Wagner di Sudan, yang terlibat dalam ekstraksi mineral.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa keterlibatan kelompok itu berpotensi memicu konflik lebih jauh.

“Jelas kami tidak ingin melihat konflik ini semakin meluas atau melebar, dan tentu kami tidak mau melihat semakin banyak kekuatan bersenjata dilibatkan; hal itu hanya akan melanjutkan aksi kekerasan dan meningkatkan ketegangan,” ujarnya.

Pertempuran demi meraih kekuasaan itu diperebutkan oleh dua jenderal, Jenderal Abdel Fattah Burhan, kepala pasukan bersenjata, dan Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo, atau Hemedti, pemimpin kelompok paramiliter yang dikenal dengan sebutan RSF.

Baca juga: Sama-sama Yakin Bisa Menang, Tentara Sudan dan RSF Ogah Negosiasi

Hemedti mengunjungi Rusia tak lama setelah Moskwa menginvasi Ukraina dan telah mencoba meraih dukungan Grup Wagner.

“Melalui kunjungan ini, kami harap dapat memajukan hubungan antara Sudan dan Rusia untuk memperluas kesempatan, dan memperkuat kerja sama yang ada di antara kami di berbagai bidang,” kata Dagalo dalam sebuah unggahan Twitter ketika mengunjungi Moskwa.

Jacqueline Burns adalah pengamat kebijakan senior di RAND Corporation, kelompok riset kebijakan global. Ia mengatakan, dengan mendukung Hemedti, Rusia berusaha melindungi kepentingannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com