Penulis: VOA Indonesia
WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden AS Joe Biden dijadwalkan berbicara pada Senin (13/3/2022) mengenai sistem perbankan setelah pemerintah bertindak dalam upaya membendung potensi krisis akibat keruntuhan dua bank besar.
“Rakyat Amerika dan bisnis Amerika dapat memiliki keyakinan bahwa simpanan bank mereka akan tersedia sewaktu mereka membutuhkannya,” kata Biden dalam sebuah pernyataan pada Minggu (12/3/2023) malam.
“Saya dengan tegas berkomitmen untuk menuntut mereka yang menyebabkan kekacauan ini agar bertanggung jawab sepenuhnya dan untuk terus melanjutkan upaya-upaya memperkuat pengawasan dan regulasi terhadap bank-bank yang lebih besar sehingga kita tidak berada dalam posisi ini lagi.”
Baca juga: Bank Terbesar di Silicon Valley Bangkrut
Departemen Keuangan AS mengatakan dalam sebuah pernyataan Minggu (12/3/2023) bahwa para nasabah di Silicon Valley Bank yang berbasis di California dan Signature Bank yang berbasis di New York akan memiliki akses ke seluruh uang mereka pada hari Senin (13/3/2023).
Para regulator juga menyatakan tidak ada kerugian terkait keputusan soal kedua bank tersebut yang akan ditanggung oleh para pembayar pajak.
Pernyataan itu menyusul pertemuan para pejabat dari regulator keuangan tertinggi. Dalam pernyataan itu juga disebutkan Federal Reserve (Bank Sentral AS) memberi bank-bank lain akses ke program pinjaman darurat untuk memberi stabilitas tambahan ke sistem perbankan yang lebih luas.
Bank of England (Bank Sentral Inggris) pada Senin (13/3/2023) juga mengumumkan penjualan anak perusahaan Silicon Valley Bank di Inggris ke HSBC untuk menstabilkan bank, “menjamin kelangsungan layanan bank, meminimalkan gangguan terhadap sektor teknologi Inggris dan mendukung kepercayaan pada sistem keuangan.”
Menurut sebuah pernyataan Bank of England, seluruh uang nasabah dalam keadaan aman dan Silicon Valley Bank Inggris akan terus beroperasi seperti biasa.
Baca juga: Inggris Antisipasi Dampak Kolapsnya Silicon Valley Bank
Tindakan ini dipicu oleh runtuhnya Silicon Valley Bank, yang disita regulator AS pada Jumat (10/3/2023) setelah kekhawatiran mengenai kesehatan finansial bank tersebut menyebabkan sejumlah besar nasabah menarik uang mereka pada saat yang bersamaan.
Dengan aset sekitar 200 miliar dollar AS (Rp 3 kuadriliun), runtuhnya Silicon Valley Bank merupakan keruntuhan terbesar kedua dalam sejarah AS. Bank ini memiliki keterlibatan besar dalam pembiayaan perusahaan-perusahaan modal ventura, terutama di sektor teknologi.
Signature Bank juga memiliki sejumlah besar nasabah di sektor teknologi, termasuk mata uang kripto. Keruntuhan bank beraset lebih dari 100 miliar dollar AS (Rp 1,5 kuadriliun) itu adalah yang terbesar ketiga dalam sejarah AS.
Kedua bank tersebut terkena dampak kenaikan suku bunga, yang secara negatif memengaruhi nilai pasar dari sebagian besar aset mereka seperti surat-surat berharga dan sekuritas berbasis hipotek.
Baca juga: Bank Silicon Valley Bangkrut, Dana Nasabah Rp 2,7 Kuadriliun Nyangkut
Artikel ini pernah dimuat di VOA Indonesia dengan judul AS Berusaha Bendung Dampak Keruntuhan 2 Bank Besar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.