Jasa yang ditawarkan mulai dari sewa penginapan, fotografi, jasa perjalanan wisata, pelatihan berselancar, rental sepeda motor, latihan piano, cukur rambut hingga jualan sayur.
Salah satu yang diunggah adalah dugaan seorang turis yang sedang mengajarkan cara berselancar.
Ragam penjajakan jasa dan bisnis dari turis asing ini memicu "keresahan" di tengah masyarakat Bali, terutama terkait dengan ceruk pendapatan.
Ketua Paguyuban Yasa Segara Bengiat Nusa Dua, Nyoman Sadnya mengaku resah dengan keberadaan pelatih selancar asing. Tapi dia tak bisa menegur karena tak punya kewenangan.
Paguyuban ini mewadahi usaha pelatihan dan perangkat berselancar warga di Bali.
"Itu mematikan bisnis kita," kata Nyoman.
Baca juga: Masuk Bali Pakai Visa Investor, WN Rusia Malah Jadi Fotografer, Berujung Dideportasi
Ia melanjutkan keberadaan jasa pelatih berselancar oleh turis asing di Bali sangat meresahkan.
"Andai kata berlanjut, tanpa ada penanganan, kami mati," katanya.
Keluhan yang sama juga diutarakan seorang pengemudi mobil online, Gede Agus Feriawan.
Menurutnya, penyewaan sepeda motor dari dan oleh turis asing sedikit banyak sudah berpengaruh terhadap pendapatannya.
"Pemerintah harus memberi atensi penuh dengan tamu-tamu yang stay lama di Bali. Bagaimana cara membuat mereka nyaman, tapi bagaimana kelonggaran mereka memberi kebebasan, seperti sewa motor, membuka usaha gelap... Saya harap lebih cepat ditanggapi masalah ini," katanya.
Seorang fotografer di Bali, Wayan Parmana mengaku sejauh ini keberadaan fotografer ilegal yang dijalankan oleh turis asing belum berdampak langsung terhadap bisnis yang ia jalankan.
Musababnya kata dia, masing-masing sudah punya pasarnya.
Akan tetapi, ia tetap khawatir jika ini dibiarkan usahanya akan tergerus di tengah keberadaan layanan jasa fotografi ilegal dari turis asing.
"Mengkhawatirkan, iya. Karena mereka punya support system dan modal yang jauh di atas kita. Koneksi sesama orang luar pun banyak. Lambat laun bisa menggeser fotografer lokal," katanya.
Pemilik usaha Agra Photo & Film ini juga mengatakan warga asing yang bekerja secara ilegal di dunia fotografi bukan baru pertama kali terjadi.
"Sebenarnya sudah terjadi semenjak bisnis fotografi naik daun mulai tahun 2012, terutama banyak WNA China yang membawa langsung tim foto, video serta make up dari negaranya kemudian menetap di Bali. Beberapa sempat dilaporkan dan akhirnya dideportasi," jelas dia.
Wayan berharap pemerintah segera mengatasi persoalan ini.
"Kasian juga orang Bali-nya, Sepertinya mereka [turis asing yang bekerja ilegal] tidak berterima kasih pada Bali sendiri yang sudah kasih mereka kehidupan yang nyaman," kata Wayan.
Baca juga: WN Rusia yang Terlibat Tabrakan di Bali Diduga Mabuk, Kini Kabur dari RS
Sementara itu, Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengaku sedang kebut membentuk satuan tugas khusus untuk membenahi turis asing yang bekerja secara ilegal. Satgas ini melibatkan kepolisian dan kantor imigrasi.
"Mudah-mudahan minggu ini sudah selesai semua," kata Cok Ace -sapaan Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati kepada BBC News Indonesia, Senin (6/3/2023).
Cok Ace mengakui keberadaan turis asing yang bekerja secara ilegal di Bali sudah dilaporkan sebelum pandemi Covid-19. Tetapi saat itu, umumnya turis asing bekerja secara ilegal pada "posisi level tinggi di bidang marketing dan restoran."
"Sekarang masuk ke level lebih bawah lagi," katanya.
Cara kerja mereka, tambah Cok Ace, melibatkan komunitas sendiri apa yang disebut "dari mereka, untuk mereka".
"Mereka ekslusif, membuat semacam komunitas khusus warga-warga tertentu," katanya.