WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat pada Selasa (31/1/2023) menuduh Rusia melanggar Perjanjian New START.
New START sendiri merupakan pilar utama terakhir dari kontrol senjata nuklir pasca-Perang Dingin antara kedua negara.
AS mengatakan Moskwa menolak untuk mengizinkan kegiatan inspeksi di wilayahnya.
Baca juga: AS Tuding Rusia Bahayakan Kontrol Senjata Nuklir, Ini Alasannya
Seperti dilansir dari Reuters, perjanjian itu mulai berlaku pada tahun 2011 dan diperpanjang pada tahun 2021 selama lima tahun lagi.
Perjanjian membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan Amerika Serikat dan Rusia, dan penyebaran rudal dan pembom berbasis darat dan kapal selam untuk mengirimkannya.
Kedua negara, yang selama Perang Dingin dibatasi oleh perjanjian kontrol senjata yang kusut, masih menyumbang sekitar 90 persen dari hulu ledak nuklir dunia.
AS sangat ingin mempertahankan perjanjian itu tetapi hubungan dengan Rusia beralih menjadi yang terburuk dalam beberapa dekade atas invasi Rusia ke Ukraina.
Hal ini dapat mempersulit upaya pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mempertahankan dan mencapai kesepakatan lanjutan.
"Penolakan Rusia untuk memfasilitasi kegiatan inspeksi mencegah AS menggunakan hak-hak penting berdasarkan perjanjian dan mengancam kelangsungan kontrol senjata nuklir AS-Rusia," kata juru bicara Departemen Luar Negeri dalam komentar email.
Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov dikutip oleh kantor berita Interfax mengatakan bahwa kontrol senjata tidak dapat dipisahkan dari realitas geopolitik.
Baca juga: Hilang di Pedalaman, Kapsul Radioaktif Kecil Dicari Badan Nuklir Australia
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.