Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Piala Dunia: Pelatih AS Minta Maaf Usai US Soccer Hapus Lambang Bendera Iran

Kompas.com - 29/11/2022, 08:25 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

DOHA, KOMPAS.com - Pelatih tim nasional Amerika Serikat (AS), Gregg Berhalter, pada Senin (28/11/2022) meminta maaf atas kehebohan dipicu unggahan federasi sepak bola negaranya yaitu US Soccer, yang menghapus lambang di bendera negara Iran.

US Soccer akhir pekan lalu mengunggah klasemen Grup B Piala Dunia 2022 di media sosial dengan bendera Iran tanpa lambang di tengahnya. Menurut federasi tersebut, itu adalah isyarat solidaritas kepada pedemo wanita di Iran.

Unggahan itu kemudian dihapus setelah protes dari federasi sepak bola Iran yang mengajukan keluhan ke FIFA dan menuntut sanksi terhadap USMNT, singkatan nama tim sepak bola pria AS.

Baca juga: Piala Dunia: Federasi Sepak Bola AS Sempat Hilangkan Lambang Bendera Iran di Media Sosial

Foto ini diambil pada 10 November 2019, menunjukkan bendera Iran di pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr Iran, selama upacara resmi untuk memulai pekerjaan pada reaktor kedua di fasilitas tersebut. AFP/ATTA KENARE Foto ini diambil pada 10 November 2019, menunjukkan bendera Iran di pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr Iran, selama upacara resmi untuk memulai pekerjaan pada reaktor kedua di fasilitas tersebut.
Berhalter dalam konferensi pers pada Senin (28/11/2022) mengatakan, para pemain dan staf pelatih AS tidak menyadari unggahan itu.

Dia pun berusaha meredakan ketegangan jelang laga pamungkas penyisihan grup pada Rabu (30/11/2022) dini hari WIB yang mempertemukan Iran vs AS untuk memperebutkan tiket ke 16 besar.

"Terkadang ada hal-hal di luar kendali kita," kata Berhalter, dikutip dari kantor berita AFP.

“Kami tidak fokus pada hal-hal di luar itu dan yang bisa kami lakukan hanyalah meminta maaf atas nama para pemain dan staf, tetapi itu bukanlah sesuatu yang menjadi bagian kami."

"Kami tidak tahu apa yang dikeluarkan US Soccer. Staf, para pemain, kami tidak tahu. Bagi kami fokusnya adalah pada pertandingan ini dan saya tidak ingin berbicara sendiri, atau kami tidak peduli dengan mengatakan itu."

"Tentu kami memikirkan rakyat Iran, seluruh negara, dan semua orang. Tapi pikiran kami hanya tertuju pada pertandingan ini."

Baca juga:

Amerika Serikat dan Iran adalah musuh ideologis selama lebih dari 40 tahun. Mereka memutus hubungan diplomatik setelah Revolusi 1979.

Berhalter juga menekankan bahwa sejarah di luar lapangan yang bergolak antara AS dan Iran tidak akan berpengaruh pada persiapan timnya.

Sementara itu, pelatih Iran Carlos Queiroz turut mengalihkan pertanyaan tentang politik. Ia menepis anggapan bahwa Iran dapat memanfaatkan kontroversi bendera tersebut sebagai alat motivasi.

"Jika setelah 42 tahun saya menjadi pelatih pertandingan ini, saya masih percaya bisa memenangi laga dengan permainan mental itu, saya pikir saya tidak belajar apa-apa tentang permainan itu," ujar pelatih senior asal Portugal itu.

Baca juga: Media China Siarkan Piala Dunia dengan Pemain Dibuat Pakai Masker

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com