WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Pada musim dingin kali ini, diprediksi akan ada banyak orang yang meninggal di Eropa dibandingkan mereka yang tewas di medan perang Ukraina.
Prediksi tersebut disampaikan surat kabar The Economist dalam permodelannya menghitung pengaruh dari “senjata energi” yang digunakan Presiden Rusia Vladimir Putin.
The Economist memodelkan pengaruh melonjaknya harga listrik terhadap kematian selama musim dingin.
Baca juga: AS Dukung Peluncuran Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP) di Indonesia
Surat kabar tersebut menyimpulkan bahwa biaya energi saat ini kemungkinan besar akan menyebabkan 147.000 kematian tambahan jika skenarionya musim dingin berjalan biasa.
Bila musim dingin berlangsung sangat keras, kematian tambahan bisa naik menjadi 185.000 jiwa. Sedangkan jika musim dingin ringan, kematian tambahannya 79.000 jiwa.
Di sisi lain, diperkirakan kematian di medan perang Ukraina saat ini sekitar 60.000 jiwa, masing-masing hingga 30.000 jiwa untuk Rusia dan Ukraina.
Model statistik The Economist mencakup semua negara Uni Eropa ditambah Inggris, Norwegia, dan Swiss, sebagaimana dilansir The Telegraph.
Baca juga: Serangan Rusia Rusak Hampir Setengah Sistem Energi Ukraina, 10 Juta Orang Tanpa Listrik
Sebelum perang, Rusia memasok antara 40 hingga 50 persen gas alam yang diimpor oleh Uni Eropa. Setelah perang, harga gas melambung.
Apalagi, Rusia baru-baru ini menangguhkan pengiriman gasnya melalui pipa Nord Stream, yang membuat harga gas dan listrik di sektor rumah tangga semakin melonjak.
Suhu musim dingin ini diperkirakan tidak terlalu ekstrem bila dibandingkan dengan beberapa dekade terakhir, dan juga diperkirakan akan menjadi musim flu biasa.
Dalam permodelan tersebut, Italia diprediksi akan menderita korban terbanyak. Italia, dengan populasi yang menua dan harga listrik yang sangat tinggi, akan mengalami kematian paling banyak.
Baca juga: KTT G20: Indonesia Dapat Pendanaan Rp 310 Triliun Kembangkan Energi Bersih
Selain itu, diperkirakan bahwa Estonia dan Finlandia akan mengalami tingkat kematian tambahan yang besar pada musim dingin ini.
Sementara itu, kondisi Inggris dan Perancis diprediksi lebih baik setelah memperkenalkan pembatasan batasan harga energi.
Sementara itu, Ukraina akan menderita dampak terparah menurut permodelan The Economist.
Pasalnya, karena Rusia kini menyerang infrastruktur, Ukraina akan menderita lebih banyak kematian warga sipil daripada negara mana pun dalam model tersebut.
Baca juga: 8 BUMN Indonesia Jajaki Peluang Kerja Sama Energi Terbarukan dengan Finlandia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.