Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Drone Jadi Senjata Tempur di Perang Rusia-Ukraina: Apa Saja Jenis dan Fungsinya?

Kompas.com - 19/10/2022, 12:01 WIB
BBC INDONESIA,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

MOSKWA, KOMPAS.com - Ukraina menuduh Rusia menggunakan drone-drone "kamikaze" terhadap berbagai sasaran sipil di Kyiv seminggu terakhir.

Pesawat-pesawat tak berawak ini membawa bahan peledak yang meletus saat membentur sasaran, sekaligus menghancurkan drone tersebut.

Apakah drone 'kamikaze' itu milik Rusia?

Moskwa diyakini menggunakan drone Shahed-136 buatan Iran selama serangan Rusia ke Ukraina sejak pertengahan September.

Dijuluki pula sebagai Geranium-2 oleh Rusia, drone ini memiliki bahan peledak pada hulu ledak di bagian hidungnya.

Drone ini dirancang untuk mengitari target sampai diperintahkan untuk menyerang.

Baca juga: Ukraina Terkini: Kyiv Diserang Drone Kamikaze, 3 Ledakan Terdengar

Shahed-136 memiliki sayap dengan bentangan sekitar 2,5 meter dan sulit dideteksi radar.

"Mereka terbang rendah dan dapat diberangkatkan secara bergelombang. Kawanan drone ini jauh lebih sulit untuk dihadang sistem pertahanan udara," kata seorang ahli militer, Justin Crump, kepada BBC.

Pasukan pertahanan udara Ukraina di sekitar Kyiv menggunakan rudal anti-udara untuk mencoba menembak jatuh drone-drone itu.

Ilustrasi Drone Shahed-136.DEFENCE EXPRESS/GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Ilustrasi Drone Shahed-136.

Pada awal Oktober, Angkatan Bersenjata Ukraina mengatakan mereka telah mencegat 60 persen dari semua drone Shahed-136 yang masuk.

Drone Shahed-136 juga relatif murah, dengan harga sekitar 20.000 dollar AS atau sekitar Rp 309 juta.

Tidak jelas berapa banyak drone ini yang dimiliki Rusia, tetapi AS mengatakan Iran berencana mengirim ratusan drone ini ke Rusia. Semua tuduhan yang telah dibantah Iran.

Baca juga: Iran Dituduh Langgar Kesepakatan Nuklir dengan Menyediakan Drone Kamikaze untuk Rusia

Baca juga: Bayraktar TB2, Simbol Kebangkitan Turki Jadi Negara Adidaya Drone

Apakah Ukraina menggunakan drone kamikaze?

Belum jelas apakah Ukraina juga menggunakan drone untuk serangan kamikaze, tapi para pakar meyakini drone tersebut dipakai baru-baru ini dalam serangan di pangkalan militer Rusia di Saky, wilayah Krimea barat; di pangkalan udara di dekat Sevastopol; dan terhadap kapal-kapal Rusia di Pelabuhan Sevastopol.

Dr Marina Miron, peneliti studi pertahanan di King's College London, mengatakan: "Jika Anda melihat ledakannya dalam berbagai serangan, mereka cukup kecil.

"Saya menduga ini adalah drone kamikaze buatan sendiri dengan bahan peledak yang diikatkan pada drone itu."

Apakah ada jenis drone lain yang dimiliki Ukraina dan Rusia?

Drone militer utama Ukraina adalah Drone Bayraktar TB2 buatan Turki. Drone ini seukuran pesawat kecil, memiliki kamera di dalamnya, dan dapat dipersenjatai dengan bom yang dipandu laser.

Pada awal perang, Ukraina memiliki armada drone "kurang dari 50" unit, kata Dr Jack Watling dari lembaga penelitian Royal United Services Institute (Rusi).

Baca juga: Rangkuman Hari ke-226 Serangan Rusia ke Ukraina, Warga yang Takut Wajib Militer Lari ke Alaska, Penggunaan Drone Iran

Drone Orlan-10 dari Rusia bisa mengarahkan serangan artileri ke posisi musuh dalam beberapa menit.

EPA via BBC INDONESIA Drone Orlan-10 dari Rusia bisa mengarahkan serangan artileri ke posisi musuh dalam beberapa menit.

Rusia juga menggunakan drone Orlan-10 yang "lebih kecil dan lebih sederhana", memiliki kamera, dan dapat membawa bom kecil.

Bagi kedua pihak - Rusia dan Ukraina - drone-drone itu efektif untuk menemukan target musuh dan memandu tembakan artileri ke arah target tersebut.

"Pasukan Rusia dapat mengarahkan senjata untuk menghadapi musuh hanya dalam tiga hingga lima menit setelah drone Orlan-10 menemukan target," kata Dr Watling.

Tanpa bantuan drone, persiapan satu serangan bisa memakan waktu 20-30 menit.

Dr Marina Miron mengatakan keberadaan drone memungkinkan Ukraina memperluas pasukannya yang terbatas.

"Di masa lalu, jika Anda ingin mencari posisi musuh, Anda harus mengirim unit pasukan khusus ... dan Anda mungkin kehilangan sejumlah tentara," ujarnya. "Saat ini, yang Anda pertaruhkan hanyalah sebuah drone."

Baca juga: Ukraina Terkini: Odessa Diserang Drone Iran Lagi

Selama beberapa pekan pertama perang, drone Bayraktar milik Ukraina mendapat pujian secara luas.

"Mereka mampu menyerang target seperti tempat penyimpanan amunisi, dan berperan dalam penenggelaman (kapal perang) Moskva," kata Dr Miron.

Namun, Bayraktar adalah pesawat tak berawak berukuran besar dan bergerak lambat sehingga Rusia mampu melawannya secara efektif dengan sistem pertahanan udaranya.

Ilustrasi Drone Bayraktar TB2.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Ilustrasi Drone Bayraktar TB2.

Bagaimana drone non-militer digunakan?

Drone-drone militer amatlah mahal - satu buah drone Bayraktar TB2 berharga sekitar 2 juta dollar AS atau sekitar Rp 31 miliar.

Kesimpulannya, kedua pihak - terutama Ukraina - juga menggunakan model drone komersial berukuran kecil seperti DJI Mavic 3, yang harga satu unitnya mencapai 1.700 poundsterling atau sekitar Rp 30 juta.

Drone-drone komersial ini dapat dilengkapi dengan bom-bom ukuran kecil. Namun, drone jenis ini terutama digunakan untuk melihat pasukan musuh dan mengarahkan serangan.

Baca juga: Ada Drone Mencurigakan, Rusia Disebut Mata-matai Tentara Ukraina di Jerman

"Ukraina tidak memiliki amunisi sebanyak Rusia," kata Dr Miron. Namun dengan "memiliki 'mata di langit' untuk melihat target dan tembakan artileri langsung berarti mereka dapat memanfaatkan apa yang mereka miliki dengan lebih baik.

Tetapi drone komersial jauh lebih lemah ketimbang drone militer.

Contohnya saja, total jarak terbang DJI Mavic hanya 30 kilometer, dan hanya bisa terbang maksimal 46 menit.

Ilustrasi pesawat tak berawak, drone DJI Mavic 3.DJI/GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Ilustrasi pesawat tak berawak, drone DJI Mavic 3.

Menurut Dr Miron, Rusia menggunakan perangkat elektronik guna melawan drone-drone komersial.

"Pasukan Rusia memiliki senapan Stupor, yang dapat menembakkan gelombang elektromagnetik," katanya.

Senjata ini dapat menghentikan drone-drone komersial agar tidak dapat bernavigasi menggunakan GPS.

Pasukan Rusia juga telah menggunakan sistem online, seperti Aeroscope, untuk mendeteksi dan mengganggu komunikasi antara drone komersial dan operatornya.

Sistem ini dapat menyebabkan drone-drone itu mogok atau kembali ke pangkalannya, dan dapat menghentikan pengiriman informasi kembali.

 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

Global
Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Global
Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Global
Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Global
Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Global
Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Global
Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Global
Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Internasional
Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Internasional
China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

Global
Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Global
Wanita Ini Kencan 6 Kali Seminggu agar Tak Beli Bahan Makanan, Hemat Rp 250 Juta

Wanita Ini Kencan 6 Kali Seminggu agar Tak Beli Bahan Makanan, Hemat Rp 250 Juta

Global
Penikaman di China oleh Seorang Pria, 8 Orang Tewas

Penikaman di China oleh Seorang Pria, 8 Orang Tewas

Global
Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Global
Hari Ini, Mahkamah Internasional Bakal Putuskan Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Hari Ini, Mahkamah Internasional Bakal Putuskan Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com