Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bayu Dardias
Dosen Fisipol UGM

Dosen Departemen Politik Pemerintahan, Fisipol UGM. Menulis PhD thesis tentang politik agraria dan politik aristorkasi Indonesia kontemporer di Australian National University.

Suksesi Elizabeth II

Kompas.com - 09/09/2022, 09:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini


Garis keturunan menjadi raja

Sistem keturunan disebut sebagai line of succession atau garis keturunan untuk menjadi raja, terutama di Eropa.

Di Kerajaan Inggris, seluruh keluarga kerajaan berhak memiliki nomor urut menjadi raja, sehingga dia akan berkesempatan menjadi raja sesuai urutan tersebut. Pada awalnya, sistem ini disebut primogeniture di mana hanya keturunan laki-laki dapat menjadi raja.

Namun setelah seluruh keluarga Kerajaan Inggris meninggal dunia dan hanya menyisakan Matilda, dia kemudian dijadikan ratu Inggris pada tahun 1116 menggantikan ayahnya, Raja Henri I.

Konsep primogeniture kemudian berkembang menjadi absolute cognatic primogeniture di mana siapa saja keturunan pertama, tanpa memperhatikan jenis kelamin, dapat menjadi raja atau ratu. Sistem ini terus diperbaharui dan terakhir dilakukan tahun 2015.

Pada negara kerajaan Islam, situasi suksesi mengandalkan garis keturunan laki-laki. Di Arab Saudi, suksesi berlangsung menyamping, tidak ke bawah, sehingga menghasilkan raja-raja tua.

Hal ini berubah ketika Raja Salman menunjuk putranya Mohammed bin Salman menjadi putra mahkota. Perubahan ini, yang menggeser adik Raja Salman, Muqrin bin Abdulaziz sempat diwarnai ketegangan di kerajaan. Sebagai kerajaan absolut, perubahan raja juga menjadikan perubahan besar dalam pemerintahan.

Baca juga: Ratu Elizabeth Wafat, Apa yang Akan Terjadi pada Anjing Kesayangannya?

Ketegangan ini berbeda dengan di Inggris. Begitu Ratu Elizabeth II meninggal dunia, Pangeran Charles yang berada di urutan pertama, akan menjadi raja. Mendiang Ratu Elizabeth II memiliki empat anak, delapan cucu dan 12 cicit.

Setelah Charles menjadi Raja dengan gelar Charles III, putranya Pangeran William akan menjadi suksesor dan cucunya, Pangeran George, akan menjadi urutan kedua.

Sementara August Philip Hawke menjadi urutan ke 12. Urutan ini berubah ketika ada keluarga baru atau meninggal dunia. Oleh karena itu, pergantian dari Ratu Elizabeth II ke Raja Charles III akan berlangsung lancar, setelah masa berkabung. S

selain fungsinya yang lebih simbolik, kepastian line of succession ini menciptakan kestabilan. Lagi pula buat apa rebut-ribut kalau hanya simbolik?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com