Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Kota Bawah Tanah Terbesar Dunia di Perbukitan Cappadocia Turkiye, Pernah Dihuni 20.000 Orang

Kompas.com - 05/09/2022, 17:00 WIB
BBC News Indonesia,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

ANKARA, KOMPAS.com - Lebih dari 85 meter di bawah perbukitan Cappadocia terdapat kota bawah tanah terbesar dunia, yang hampir selalu dihuni selama ribuan tahun lalu.

Lembah Cinta di Cappadocia, Turkiye ini terdiri dari kawasan perbukitan dengan semburat pink dan kuning, terbentang di antara lembah merah dan jajaran batu mirip cerobong di kejauhan.

Menara bentuk kerucut dan tudung jamur tersebut secara alami terbentuk akibat lingkungan vulkaniknya yang bergejolak selama ribuan tahun sebelumnya.

Baca juga: [KABAR DUNIA SEPEKAN] Misteri Pembangunan Piramida Mesir Terungkap | Tank Malaysia Mogok di Jalan

Kawasan ini sebenarnya memiliki hembusan angin kencang meniupkan debu ke udara. Iklimnya kering, panas, dan berangin, tapi pemandangannya luar biasa indah.

Bentuknya yang unik sekarang menarik jutaan pengunjung untuk mendaki atau balon udara di wilayah Turkiye tengah.

Tak hanya indah dari atas, di bawah kawasan perbukitan Cappadocia ini ternyata juga terdapat jaringan raksasa yang tersembunyi selama berabad-abad; sebuah kota bawah tanah yang bisa merahasiakan keberadaan hingga 20.000 orang.

Kota bawah tanah terbesar di dunia

Kota kuno Elengubum atau yang sekarang disebut Derinkuyu, terletak lebih dari 85 meter di bawah permukaan tanah dan mencakup 18 terowongan berbeda.

Ini adalah kota bawah tanah terbesar di dunia, yang hampir selalu dihuni selama ribuan tahun dan terus berpindah tangan dari bangsa Phyrygian, Persia, sampai umat Kristen dari era Byzantine.

Baca juga: Penampakan Kuil Bersejarah di Pulau Luoxingdun Usai Danau Air Tawar Terbesar China Terdampak Kekeringan Parah

Kota tersebut akhirnya ditinggalkan pada 1920 oleh orang-orang Yunani Cappadocia saat mereka mengalami kekalahan pada perang Yunani-Turkiye dan berbondong-bondong kabur ke Yunani.

Di kota itu terdapat gua-gua yang membentang ratusan kilometer dan diyakini ada lebih dari 200 desa kecil bawah tanah.

Desa-desa itu terhubung satu sama lain oleh berbagai terowongan sehingga membentuk jaringan bawah tanah raksasa.

Derinkuyu terdiri dari 18 tingkatan terowongan yang berada 85 meter di bawah permukaan tanah.

GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Derinkuyu terdiri dari 18 tingkatan terowongan yang berada 85 meter di bawah permukaan tanah.

Penemuan tak disengaja

Kepada koresponden BBC Geeba Truman, pemandu Suleman mengatakan Derinkuyu ”kembali ditemukan” pada 1963 oleh seorang warga anonim yang selalu kehilangan ayam-ayam peliharaannya.

Saat dia sedang merenovasi rumahnya, unggas-unggas itu menghilang ke celah-celah kecil dan tidak pernah muncul lagi.

Setelah melakukan penyelidikan dan penggalian, warga Turkiye itu menemukan jalan gelap yang ternyata adalah salah satu dari 600-an pintu masuk menuju Kota Derinkuyu.

Penggalian besar-besaran kemudian berlangsung dan mengungkap jejaring ruangan, mulai dari ruang penyimpanan makanan kering, kandang ternak, sekolah, penyimpanan anggur, sampai kapel.

Kota bawah tanah itu lantas ramai dikunjungi para turis dan pada 1985 dimasukkan ke dalam daftar Warisan Dunia UNESCO.

Baca juga: Penampakan Kota Berusia 3.400 Tahun yang Muncul dari Dasar Sungai Tigris Setelah Kekeringan

Masih menyimpan misteri

Kapan tepatnya kota itu dibangun masih diperdebatkan. Namun, kota bawah tanah Derinkuyu disebutkan dalam buku Anabasis yang ditulis Xenophon dari Athena sekitar 370 SM.

Pada buku tersebut, Xenophon menyebut orang-orang Anatolia di sekitar wilayah Cappadocia hidup di rumah-rumah bawah tanah, bukan di gua-gua perbukitan.

Menurut Andrea De Giorgi, profesor kajian klasik di Universitas Florida State, Cappadocia adalah tempat yang cocok untuk pembangunan hunian bawah tanah, karena kadar air di tanah tergolong minim dan batuannya mudah dibentuk menggunakan alat sederhana seperti sekop dan kapak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com