KYIV, KOMPAS.com - Pada hari ke-185 perang Rusia-Ukraina, Sabtu (27/8/2022), perjanjian nuklir PBB diblokir oleh Moskwa karena keberatan soal klausul PLTN Zaporizhzhia.
Sementara itu, ada merek baru Dobry Cola yang menggantikan Coca Cola di Rusia, dan meningkatnya kerja sama ekonomi Turkiye-Rusia.
Rangkuman perkembangan terkini invasi Rusia ke Ukraina pada hari ke-185 dapat Anda baca selengkapnya di bawah ini.
Baca juga: Detik-detik Obelisk Era Soviet di Latvia Diruntuhkan sebagai Reaksi Keras atas Invasi Rusia
Rusia memblokir perjanjian di PBB yang bertujuan memperkuat perjanjian non-proliferasi nuklir (NPT), karena Moskwa keberatan dengan klausul tentang kontrol atas pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina.
Kegagalan untuk menyetujui pernyataan bersama setelah empat minggu debat dan negosiasi 151 negara PBB di New York menjadi hambatan terbaru mempertahankan atau menghidupkan kembali kontrol senjata dan menutup perlombaan senjata nuklir.
Sesi penutupan ditunda selama lebih dari empat jam, karena penolakan Rusia untuk menyetujui pernyataan dukungan panjang untuk NPT.
Baca selengkapnya di sini.
Baca juga: Raksasa Tenaga Nuklir Rusia Akan Bangun Dua Reaktor Nuklir di Hongaria
Coca Cola mulai membuat cola lokal, Dobry Cola, di Rusia setelah menghentikan produksi dan penjualan produk Coca-Cola Co menyusul eksodus massal perusahaan-perusahaan Barat pada awal tahun ini.
Dilansir Reuters, Dobry telah menjadi merek jus di Rusia tetapi Coca-Cola HBC yang terpisah dari Coca-Cola Co, mengatakan awal bulan ini sedang menjajaki perluasan merek lokal yang ada melalui bisnis Multon Partners.
Dobry Cola tidak memiliki hubungan dengan Coca-Cola atau Coca-Cola Co, kata Coca-Cola HBC.
Baca selengkapnya di sini.
Baca juga: Rusia Susun RUU untuk Atur Kedatangan dan Tempat Tinggal Warga Asing
Sekutu utama Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Medvedev, mengatakan pada Jumat (26/8/2022) bahwa Rusia tidak akan menghentikan kampanye militernya di Ukraina bahkan jika Kyiv secara resmi meninggalkan aspirasinya untuk bergabung dengan NATO.
Mantan Presiden Rusia yang sekarang menjadi Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia itu juga mengatakan dalam wawancara televisi Perancis, Rusia siap mengadakan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan syarat-syarat tertentu.
"Meninggalkan partisipasinya dalam Aliansi Atlantik Utara sekarang penting, tetapi itu sudah tidak cukup untuk membangun perdamaian," kata Medvedev kepada televisi LCI, sebagaimana diberitakan kantor berita Rusia, RIA Novosti.
Baca selengkapnya di sini.
Baca juga: Ada Drone Mencurigakan, Rusia Disebut Mata-matai Tentara Ukraina di Jerman
Menteri Keuangan Turkiye Nureddin Nebati mengatakan dalam serangkaian twit pada Jumat (26/8/2022) bahwa Turkiye bertekad meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan dengan Rusia.
Dilansir dari Al Jazeera, Turkiye ingin bekerja sama “dalam kerangka kerja yang tidak dikenakan sanksi”.
Negara anggota NATO ini memang telah berusaha mencapai keseimbangan antara Moskwa dan Kyiv.
Baca selengkapnya di sini.
Baca juga: Mantan Presiden Ukraina: Putin Sudah Kalah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.