Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga China Marah, Pemerintah Bobol 84 Rumah demi Cari Kontak Dekat Pasien Covid-19

Kompas.com - 20/07/2022, 13:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Pihak berwenang di China meminta maaf setelah membobol rumah orang-orang yang kemudian dibawa ke hotel karantina.

Insiden terbaru dari tindakan keras pencegahan Covid-19 China ini telah memicu protes publik yang jarang terlihat.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Turis Terjebak di China akibat Lockdown Dadakan | Gejala Utama Covid-19 Berubah

Media pemerintah mengatakan 84 rumah di sebuah kompleks apartemen di distrik Liwan Guangzhou dibuka paksa, dalam upaya untuk menemukan "kontak dekat" yang bersembunyi di dalam dan untuk mendisinfeksi tempat tersebut.

“Pintu-pintu itu kemudian disegel dan kunci baru dipasang,” lapor surat kabar Global Times sebagaimana dilansir dari Guardian pada Rabu (20/7/2022).

Pemerintah distrik Liwan meminta maaf pada Senin (18/7/2022) atas perilaku "yang semena-mena dan brutal.” Investigasi telah diluncurkan dan "orang-orang yang relevan" akan dihukum berat, kata surat kabar itu.

Pemerintah China telah mempertahankan kebijakan garis keras “nol-Covid” meskipun merasakan peningkatan dampak ekonomi dan gangguan terhadap kehidupan warga.

Sepanjang pandemi, warga China terus menjadi sasaran pengujian dan karantina rutin, bahkan ketika seluruh dunia telah terbuka untuk mencoba hidup dengan virus.

Baca juga: 2.000 Turis Terjebak di Kota Resor China Setelah Lockdown Mendadak Covid-19

Sejumlah kasus polisi dan petugas kesehatan membobol rumah-rumah di seluruh China atas nama tindakan anti-Covid-19 didokumentasikan oleh warga di media sosial.

Beberapa menunjukkan pintu yang telah dirobohkan dan penduduk diancam dengan hukuman, bahkan ketika mereka dinyatakan negatif Covid-19.

BBC melaporkan, banyak yang menyerukan agar mereka yang terlibat ditangkap karena masuk secara ilegal, mengingat pelanggaran itu termasuk dalam hukum pidana China.

Pengguna di jejaring sosial Sina Weibo yang populer menyebut insiden itu "tanpa hukum" dan telah mengunggah bahwa perilaku seperti itu "menginjak-injak hak-hak sipil orang".

"Apakah ini negara yang diatur oleh hukum?" satu orang bertanya.

"Permintaan maaf saja tidak cukup," tambah yang lain.

Pihak berwenang telah mengendalikan kunci rumah atau gedung, untuk mengunci penghuni di mana kasus telah terdeteksi, penghalang baja didirikan untuk mencegah mereka meninggalkan kompleks mereka dan jeruji besi dilas di pintu.

Baca juga: Korea Utara Umumkan Hampir Akhiri Krisis Akibat Wabah Covid-19

Perlakuan berbeda di ibu kota

Para pemimpin Partai Komunis China melakukan kontrol ketat atas pemerintah, polisi, dan kendali kontrol sosial.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com