Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isi Surat Pengunduran Diri Presiden Sri Lanka, Alasan Cegah Krisis Ekonomi

Kompas.com - 18/07/2022, 08:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

KOLOMBO, KOMPAS.com – Mantan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dalam suratnya mengatakan, dirinya telah mengambil semua langkah untuk mencegah krisis ekonomi di negaranya.

Rajapaksa akhirnya mengirim surat pengunduran dirinya dan diterima parlemen Sri Lanka pada Jumat (15/7/2022) setelah kabur ke Maladewa dan akhirnya mendarat di Singapura.

Dia kabur dari negaranya setelah ratusan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan Kolombo  dan berhasil menduduki kediaman dan kantor resminya.

Baca juga: [KABAR DUNIA SEPEKAN] Risiko Resesi Indonesia Hanya 3 Persen | Presiden Sri Lanka Resmi Mundur

Parlemen Sri Lanka lantas menggelar rapat pada Sabtu (16/7/2022) untuk memulai proses pemilihan presiden baru, sebagaimana dilansir Reuters.

Dhammika Dasanayake, sekretaris jenderal parlemen Sri Lanka, secara resmi membacakan surat pengunduran diri Rajapaksa, yang isinya belum pernah dipublikasikan sebelumnya.

Dalam surat itu, Rajapaksa mengatakan bahwa krisis keuangan Sri Lanka berakar pada salah urus ekonomi selama bertahun-tahun sebelum masa kepresidenannya.

Kondisi tersebut diperburuk pandemi Covid-19 yang secara drastis mengurangi kedatangan turis dan kiriman uang dari pekerja asing.

“Adalah keyakinan pribadi saya bahwa saya mengambil semua langkah yang mungkin untuk mengatasi krisis ini, termasuk mengundang anggota parlemen untuk membentuk pemerintah semua partai atau persatuan,” bunyi surat yang ditulis Rajapaksa.

Baca juga: Perjuangan Warga Sri Lanka Antre Bensin 4 Hari, sampai Gelar Tikar dan Main Kartu di Trotoar

Parlemen akan menggelar rapat lagi pada Selasa (19/7/2022) untuk menerima nama-nama calon presiden.

Pemungutan suara untuk memutuskan presiden baru akan berlangsung pada Rabu (20/7/2022).

Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, yang merupakan sekutu Rajapaksa, telah dilantik sebagai pelaksana tugas (plt) presiden sampai saat itu.

Wickremesinghe adalah salah satu nama calon presiden yang muncul, namun para pengunjuk rasa juga ingin dia pergi.

Calon presiden dari pihak oposisi adalah Sajith Premadasa. Sedangkan nama Dullas Alahapperuma, seorang anggota parlemen senior dari partai berkuasa, muncul sebagai kuda hitam.

Baca juga: Krisis Sri Lanka: Bom Waktu yang Akhirnya Meledak

Bantuan mendesak

Pada Sabtu, Wickremesinghe menuturkan akan menerapkan program bantuan mendesak guna menyediakan bahan bakar, gas, dan bahan makanan untuk penduduk Sri Lanka yang menderita karena situasi ekonomi.

Dia juga berjanji untuk berdialog dengan para pengunjuk rasa yang membahas mengenai penanganan korupsi akut di negara tersebut.

Lebih dari 100 polisi dan personel keamanan dengan senapan serbu dikerahkan di jalanan menuju parlemen pada Sabtu.

Pasukan keamanan juga berpatroli di jalan lain dekat parlemen, meskipun tidak ada tanda-tanda pengunjuk rasa di sana, Reuters melaporkan.

Baca juga: Dalam Pelarian, Mantan Presiden Sri Lanka Sampaikan Pembelaan soal Krisis di Negaranya

Aksi protes di Sri Lanka telah berlangsung selama berbulan-bulan lamanya dan mencapai puncaknya pada 9 Juli.

Massa menyalahkan dinasti keluarga Rajapaksa dan sekutunya atas inflasi yang tak terkendali, kekurangan barang-barang pokok, dan korupsi di Sri Lanka.

Keluarga Rajapaksa telah mendominasi politik di Sri Lanka selama bertahun-tahun.

Antrean panjang di SPBU selama berhari-hari telah menjadi hal biasa di negara berpenduduk 22 juta jiwa itu.

Di sisi lain, cadangan devisa telah menyusut mendekati nol dan inflasi mencapai 54,6 persen pada bulan lalu.

Baca juga: 7 Faktor Pemicu Tsunami Politik Sri Lanka, dari Biaya Hidup hingga Jebakan Utang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com