Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

18 WNI Dilaporkan Meninggal di Tahanan Imigrasi Malaysia, RI Minta Konfirmasi

Kompas.com - 27/06/2022, 16:56 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Sebanyak 18 WNI meninggal dunia di Depot Tahanan Imigrasi Tawau, Sabah, Malaysia, sejak Januari 2021 sampai Maret 2022.

Hal ini dilaporkan oleh Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB).

Terkait penyebab, laporan dari KBMB mengungkap, salah satunya diduga mengalami penganiayaan sebelum meninggal dunia.

Baca juga: Surat Inspeksi Alat Kelamin Gegerkan SMK Malaysia, Ini Penjelasan Pihak Sekolah

Laporan itu juga menyebut, KBMB menemukan ada beberapa kasus dugaan bentuk hukuman tidak manusiawi dan penyiksaan yang dialami deportan WNI di tahanan Imigrasi Tawau, Malaysia.

Konsulat RI di Tawau mengatakan akan memeriksa kembali penyebab kasus kematian seorang WNI, yang sebelumnya dilaporkan terjadi karena serangan jantung.

Sementara, Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta menyebut, kematian yang terjadi di depot tahanan imigrasi kebanyakan disebabkan Covid-19 dan penyakit serius lainnya.

Laporan berjudul Seperti di Neraka

Dalam laporan berjudul Seperti di Neraka: Kondisi Pusat Tahanan Imigrasi di Sabah, Malaysia, tim pencari fakta (TPF) KBMB mewawancarai beberapa deportan asal Indonesia.

Upaya ini dilakukan untuk mengetahui apa terjadi pada Suardi, salah seorang WNI, yang diduga meninggal akibat dianiaya di tahanan Imigrasi Malaysia di Tawau, Sabah.

Mereka mewawancarai para deportan, salah-satunya adalah saudara kandung mendiang yang berada di satu blok tahanan dengan Suardi.

Para saksi itu mengatakan Suardi dipukul ramai-ramai oleh petugas Depot Tahanan Imigresen (DTI) di hadapan tahanan lainnya.

Baca juga: Tanggapan Rohana Setelah Dapat Kewarganegaraan Malaysia: Saya Akan Jadi Warga yang Baik dan Patuh

Suardi, dengan kondisi tubuhnya yang terluka, kemudian dimasukkan ke dalam sel isolasi, dengan tangan diborgol.

Dia kemudian dinyatakan meninggal dunia pada awal Januari 2021.

Selain kasus Suardi, hasil penyelidikan KBMB menyimpulkan ada dugaan "bentuk hukuman tidak manusiawi" hingga dugaan "penyiksaan" di sana.

"Berbagai bentuk penghukuman dan perlakuan tidak manusiawi, bahkan penyiksaan terjadi di pusat tahanan imigrasi yang merupakan suatu institusi yang tertutup, institusi yang terisolasi.

"Jarang sekali orang bisa mengakses realitas yang terjadi di dalam, sehingga mereka secara tidak langsung dilindungi oleh ketertutupan itu, tidak banyak orang yang tau," kata Abu Mufakhir, anggota TPF KBMB melalui sambungan telepon kepada BBC News Indonesia, Minggu (26/6/2022).

Konsul RI di Tawau: Kami akan telusuri lagi

Pengunjuk rasa yang tergabung di Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB) memajang tulisan dalam aksi di depan Kedutaan Besar Malaysia, Jakarta, Jumat (24/6/2022).GALIH PRADIPTA/ANTARA FOTO Pengunjuk rasa yang tergabung di Koalisi Buruh Migran Berdaulat (KBMB) memajang tulisan dalam aksi di depan Kedutaan Besar Malaysia, Jakarta, Jumat (24/6/2022).

Konsul RI di Tawau, Heni Hamidah, mengatakan, pada Senin (27/6/2022), pihaknya akan mencocokkan data dengan depot tahanan, terkait dugaan penganiayaan yang dialami Suardi sebelum meninggal dunia.

Baca juga: Cerita Rohana Ditinggal Ibunya Pulang ke Indonesia Saat Bayi, Akhirnya Jadi Warga Negara Malaysia

Sebab, dalam laporan yang dia dapat pada tahun lalu, penyebab kematian Suardi adalah serangan jantung.

"Kami akan telusuri lebih lanjut. Saya enggak tahu sebetulnya pihak KBMB ini infonya dari mana, kalau berdasarkan file tertulis di kita, almarhum meninggalnya karena heart attack," jelas dia.

"Ini mau kita cek juga dengan depot," tambah Heni kepada BBC News Indonesia.

Tanggapan pemerintah Malaysia

Menanggapi temuan KBMB, Kedutaan Besar (Kedubes) Malaysia di Jakarta, dalam keterangan tertulisnya, mengatakan total ada 149 tahanan asal Indonesia yang meninggal dunia di Depot Tahanan Imigrasi di seluruh Sabah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com