Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beban Biaya Perang Rusia-Ukraina Meningkat, G7 dalam Dilema Satukan Dukungan

Kompas.com - 26/06/2022, 20:34 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

BERLIN, KOMPAS.com - Perang Rusia-Ukraina mendominasi pertemuan puncak negara-negara G7 di Bavaria, dengan para pemimpin AS, Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Kanada, dan Jepang menghadapi tantangan yang sulit.

Mereka bermaksud untuk menunjukkan persatuan dan tekad atas perang. Akan tetapi dalam beberapa bulan terakhir, aliansi Barat telah menunjukkan tanda-tanda ketegangan dan kepenatan dalam dukungannya.

Baca juga: Rusia: Upaya Isolasi dari G7 Hanya Akan Perburuk Krisis Pangan Global

Beberapa suara - terutama di Perancis, Jerman dan Italia - telah bertanya apakah mungkin tidak lebih baik untuk mengakhiri perang, bahkan jika itu harus mengorbankan Ukraina karena harus menyerahkan wilayah.

Sebuah jajak pendapat lintas-Eropa baru-baru ini menunjukkan bahwa beberapa pemilih menempatkan penyelesaian krisis biaya hidup di depan upaya untuk menghukum Rusia.

Yang lain berdebat tentang perlunya menyelamatkan semacam “hubungan dengan Rusia” di masa depan.

Negara-negara seperti Inggris, Polandia, dan tiga negara Baltik telah menolak argumen ini. Mereka menegaskan bahwa setiap kesepakatan damai dengan Moskwa yang tidak sesuai dengan persyaratan Ukraina akan mengarah pada agresi Rusia lebih lanjut di masa depan.

Presiden Zelensky kemungkinan akan memperkuat argumen ini ketika dia berpidato di KTT secara virtual pada Senin (25/6/2022).

Jadi para pemimpin G7 diharapkan mencoba menggunakan KTT untuk menjernihkan kekeruhan ini, dan menjanjikan lebih banyak senjata ke Ukraina serta lebih banyak sanksi terhadap Rusia.

Baca juga: G7 Sepakat Tinggalkan Energi Batu Bara pada 2035

Mereka mungkin akan mengirim sinyal kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, bahwa Barat memiliki kesabaran strategis untuk mempertahankan dukungannya untuk Ukraina, bahkan jika tekanan politik domestik dari pemilih di dalam negeri lebih mengkhawatirkan kenaikan harga.

Masalahnya, para pemimpin G7 kini juga menghadapi tekanan yang semakin besar untuk menunjukkan bahwa mereka sedang mengatasi krisis ekonomi global.

Melonjaknya harga bahan bakar dan makanan menyebabkan kelaparan dan kerusuhan di seluruh dunia, dan beberapa negara menyalahkan Barat.

Banyak negara di belahan bumi selatan tidak sependapat dengan Barat tentang agresi Rusia, menurut laporan BBC pada Minggu (26/6/2022).

Mereka melihat konflik tersebut sebagai perang Eropa dan tampaknya tidak tergerak oleh argumen Barat bahwa Vladimir Putin bertindak sebagai agresor kolonial.

Negara-negara di belahan bumi selatan juga menyalahkan sanksi Barat - sama seperti invasi Rusia - untuk kenaikan biaya gas dan minyak, dan kekurangan besar-besaran gandum dan pupuk.

Untuk mencoba menolak narasi ini, negara-negara G7 diproyeksikan akan menggunakan KTT untuk menunjukkan bahwa mereka bertindak untuk membantu negara-negara di seluruh dunia.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-122 Serangan Rusia ke Ukraina, Serangan dari Belarus, BRICS Ajak Diskusi

Itu antara lain dilakukan dengan bantuan pembangunan, restrukturisasi utang, pembiayaan iklim, membantu menemukan sumber energi alternatif dan, tentu saja, upaya baru untuk mendapatkan gandum dari pelabuhan Ukraina.

Itulah sebabnya Jerman mengundang para pemimpin India, Indonesia, Senegal, Argentina, dan Afrika Selatan ke pertemuan puncak, untuk mendengar perspektif mereka dan menunjukkan kepada dunia bahwa G7 mendengarkan.

Jadi di satu sisi, para pemimpin Barat ini menunjukkan tekad untuk terus mendukung Ukraina, dan di sisi lain, mereka berupaya menunjukkan kesiapan untuk memperbaiki goncangan ekonomi global yang sebagian menyalahkan perang.

Menggambarkan dilema yang dihadapi tujuh negara kekuatan ekonomi itu Seorang pejabat senior AS berujar: "Bagaimana kita memaksimalkan rasa sakit pada rezim Putin? Bagaimana kita meminimalkan dampak limpahannya ke seluruh dunia?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com