Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

G7 Sepakat Tinggalkan Energi Batu Bara pada 2035

Kompas.com - 28/05/2022, 07:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

BERLIN, KOMPAS.com - Di akhir pertemuan puncak G7 di Berlin, Jerman, para menteri energi dan iklim pada Jumat (27/5/2022) berjanji menghentikan sebagian besar pembangkit listrik berbahan bakar fosil pada 2035, dengan tujuan "penghentian total".

Pengumuman G7, yang beranggotakan Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Jepang, Kanada, dan AS mengakhiri pertemuan puncak tiga hari di Berlin.

Langkah itu diumumkan ketika Eropa sedang berjuang untuk menemukan sumber energi baru dan mengurangi ketergantungannya pada minyak dan gas Rusia.

Jerman, yang menjadi ketua G7 saat ini, menegaskan bahwa upaya mencari alternatif menggantikan bahan bakar fosil dari Rusia tidak akan terjadi dengan mengorbankan tujuan perlindungan lingkungan.

Ketika mulai menjabat pada Desember 2021, pemerintah koalisi Jerman saat itu berjanji mempercepat rencana penghapusan energi batu bara hingga 2030 dan mendesak anggota G7 lainnya untuk mempercepat rencana mereka juga.

Baca juga: Rusia Ungkap Minat Jajaki Kerja Sama dengan Indonesia, dari Energi Nuklir hingga Pesawat Sipil

Target ambisius

Para menteri G7 membuat komitmen pertama mereka untuk menghentikan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, yang bertanggung jawab atas sebagian besar emisi gas rumah kaca global.

Dalam komunike disebutkan mereka sepakat untuk berkomitmen lebih lanjut untuk tujuan mencapai dekarbonisasi sebagian besar sektor listrik pada tahun 2035, yang mencakup langkah-langkah konkret dan tepat waktu menuju tujuan penghentian pembangkit listrik batubara domestik secara menyeluruh.

Para menteri mengatakan mereka akan meningkatkan target energi terbarukan dan dengan cepat meningkatkan teknologi dan kebijakan yang diperlukan untuk transisi ke energi bersih.

G7 untuk pertama kalinya juga setuju untuk mengakhiri pembiayaan publik untuk bahan bakar fosil pada akhir tahun, dengan beberapa pengecualian, termasuk kepentingan keamanan nasional dan geostrategis.

Baca juga: Tekan Rusia, Warga Jerman Diminta Hemat Energi

Mereka menyebutkan bahwa subsidi bahan bakar fosil tidak sesuai dengan tujuan Perjanjian Paris 2015 tentang perubahan iklim dan akan mengakhiri subsidi untuk bahan bakar fosil pada 2025.

G7 juga untuk pertama kalinya mengakui bahwa negara-negara yang rentan menghadapi dampak perubahan iklim perlu bantuan dan berjanji untuk meningkatkan pendanaan iklim untuk negara-negara berkembang pada 2025.

Mereka juga berkomitmen untuk mengamankan sektor transportasi dengan meningkatkan penggunaan kendaraan bebas emisi dan berjanji untuk mendekarbonisasi industri, khususnya di sektor baja dan semen.

Negara-negara G7 menyatakan akan meningkatkan kerja sama dalam proyek hidrogen hijau, memperkuat perlindungan keanekaragaman hayati dan lautan, serta memerangi polusi plastik.

Baca juga: Ingin Lepas dari Migas Rusia, Uni Eropa Targetkan Lebih Banyak Energi Terbarukan

Jerman dan AS tandatangani pakta pembaruan energi

Jerman dan AS pada Jumat juga menandatangani deklarasi untuk mengambil peran utama secara internasional dalam menetapkan kerangka kerja untuk transisi energi demi perlindungan iklim.

Fokusnya adalah pada hidrogen, tenaga angin lepas pantai, kendaraan tanpa emisi dan pada dukungan untuk negara-negara miskin, kata Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck di sela-sela pembicaraan G7.

Utusan iklim AS John Kerry berbicara tentang peluang ekonomi seputar perlindungan iklim dan menggambarkannya sebagai pasar terbesar yang pernah ada di dunia. Dia mengatakan, melindungi planet Bumi akan menjadi jauh lebih mahal jika investasi tidak dilakukan cukup cepat.

Dengan kerja sama ini, kedua negara mengatakan ingin mendorong negara-negara lain untuk turut memanfaatkan peluang transisi energi.

Baca juga: Mengapa Eropa Menolak Keras Memboikot Energi Rusia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com