Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Bunga AS Naik Tertinggi Hampir 30 Tahun, Apa Dampaknya Bagi Indonesia?

Kompas.com - 16/06/2022, 23:01 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) diprediksi akan memberikan dampak berat bagi ekonomi Indonesia, salah satunya, membuat rupiah terus melemah.

Bank sentral AS (Federal Reserve) mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 0,75 persen menjadi 1,75 persen pada Rabu (15/6/2022), demi menekan harga barang yang terus melonjak.

Itu adalah kenaikan suku bunga acuan tertinggi yang dilakukan bank sentra AS - yang dikenal dengan The Fed - selama 30 tahun terakhir.

Baca juga: Bank Sentral Inggris Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi sejak 2009

Suku bunga bank yang lebih tinggi, telah memicu peningkatan permintaan dollar AS dan membuat nilai tukarnya menguat 10 persen sejak awal tahun. Imbasnya, nilai mata uang lain melemah, termasuk rupiah.

Merujuk data Bloomberg, rupiah melemah 0,31 persen menjadi Rp 14.745 per dollar AS pada perdagangan Rabu.

Meski menguat pada Kamis (16/6/2022) pagi, nilai tukar rupiah diprediksi akan bergerak melemah terhadap dollar AS karena efek dari kebijakan The Fed yang mengerek suku bunga sebesar 75 basis poin.

Ini adalah kali ketiga bank sentral AS menaikkan suku bunganya sejak Maret, setelah inflasi di AS yang melonjak drastis bulan lalu.

Kenaikan suku bunga diperkirakan akan terus terjadi, yang nantinya akan memicu ketidakpastian ekonomi global.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut kenaikan suku bunga The Fed adalah risiko yang terus dimonitor dan antisipasi.

Baca juga: Kejutan, Bank Sentral Swiss Naikkan Suku Bunga Acuan untuk Kali Pertama sejak 2015

"Semoga tidak ada suatu surprises (kejutan) di global maupun domestik sehingga pemulihan ekonomi secara domestik terus berlanjut, stabilitas ekonomi dan keuangan terus terjaga, inflasi terus terjaga, nilai tukar (rupiah) terjaga," jelas Perry dalam seminar bertajuk Managing Inflation to Boost Economic Growth, Rabu.

Perry memperkirakan, suku bunga The Fed akan naik menjadi 2,75 persen tahun ini, dan meningkat kembali tahun depan menjadi 3,25 persen.

Implikasi dari kenaikan suku bunga The Fed, bank sentral negara-negara lain akan menempuh langkah serupa yang akan menandai perubahan besar dalam ekonomi global.

Bisnis dan rumah tangga yang telah menikmati bunga pinjaman yang rendah selama bertahun-tahun, akan terpukul oleh kebijakan ini.

"Sebagian besar bank sentral negara maju dan beberapa bank sentral negara berkembang memperketat kebijakan secara sinkron," kata Gregory Daco, kepala ekonom di perusahaan konsultan strategi EY-Parthenon.

Adapun, PBB dan World Bank memperirakan inflasi global yang terjadi saat ini akan menambah sekitar 75 juta hingga 95 juta penduduk miskin pada 2022, lebih buruk ketimbang perkiraan mereka sebelum pandemi.

Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga, Apa Dampaknya Bagi Startup Indonesia?

Kejutan inflasi

Sektor perumahan akan terdampak peningkatan suku bunga.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Sektor perumahan akan terdampak peningkatan suku bunga.

Di Inggris, di mana harga konsumen melonjak 9 persen pada April, bank sentral Inggris diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga kelima sejak Desember pada Kamis (17/6/2022).

Diperkirakan, suku bunga acuan bank sentral Inggris akan berada di atas 1 persen untuk pertama kalinya sejak 2009.

Brazil, Kanada, dan Australia juga telah menaikkan suku bunga, sementara bank sentral Eropa telah menguraikan rencana untuk melakukan langkah serupa akhir musim panas ini.

Sementara suku bunga AS, yang telah dipangkas pada 2020 lalu demi menyokong ekonomi selama pandemi, telah dinaikkan sebanyak dua kali tahun ini, sebanyak 0,25 persen masing-masing pada Maret dan Mei.

Gubernur The Fed Jerome Powell menyebut kenaikan sebesar 0,75 persen adalah luar biasa besar, seraya mengatakan pihaknya melakukan langkah itu guna meredam inflasi dan menstabilkan harga.

"Sangat penting bahwa kita menurunkan inflasi," katanya

"Kenaikan inflasi selama setahun terakhir jelas mengejutkan dan kejutan lebih lanjut bisa terjadi," katanya.

"Karena itu, kami harus gesit."

Baca juga: The Fed Agresif Naikkan Suku Bunga Acuan, Respons Pasar, dan Dampaknya bagi Indonesia

Mengejar ketertinggalan

Gubernur The Fed Jerome PowelL.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Gubernur The Fed Jerome PowelL.

Kenaikan harga barang di AS telah terjadi sejak tahun lalu. Namun saat itu, Powell mengeklaim itu disebabkan oleh masalah rantai pasokan.

Akan tetapi, inflasi terus meningkat tajam sejak saat itu, disebabkan oleh perang di Ukraina dan lockdown di China akibat pelonjakan kasus Covid.

Survei terbaru menunjukkan publik memperkirakan inflasi akan terus memburuk, meskipun The Fed telah meresponsnya dengan menaikkan suku bunga.

"The Fed menghadapi tes kredibilitas inflasi," kata ekonom David Backworth, peneliti senior dari Mercatus Center di Universitas Goerge Mason.

Baca juga: Jinakkan Inflasi, The Fed Menaikkan Suku Bunga 0,75 Persen pada Juni 2022

Ekspektasi inflasi

Warga AS, Ignacio Lopez, sangat ingin melihat inflasi terkendali.

Selama 18 bulan terakhir, koki yang berbasis di Boston itu terdampak kenaikan harga makanan saat dia membeli makanan untuk restorannya.

Harga barang-barang dengan rantai pasokan yang rumit, seperti barang kemasan dan keju impor, sangat tertekan, katanya.

"Ini gila dan tidak berhenti. Setiap minggu semuanya naik," katanya.

Para pelaku usaha telah menaikkan harga produk mereka demi mengimbangi biaya, namun Lopez berkata dia tidak bisa menaikkan harga makanannya terlalu tinggi karena khawatir kehilangan pelanggan.

Baca juga: Harga Bitcoin dkk Menguat Usai The Fed Menaikkan Suku Bunga

Dia khawatir kenaikan suku bunga tidak akan membantu, sebab permintaan konsumen tetap lemah karena Covid, yang membatasi pertemuan setelah bekerja yang biasanya mendorong roda bisnisnya.

"Kami hanya akan terus mengelolanya seketat mungkin, berusaha untuk tidak menaikkan harga di luar pasar kami dan berharap semuanya tenang," katanya.

Terakhir kali The Fed menaikkan suku bunga setinggi ini adalah hampir 30 tahun lalu, pada 1994.

Karena lambat bertindak, dan kini bergerak lebih agresif untuk mengejar ketertinggalan, pembuat kebijakan di AS menghadapi potensi bahwa langkah mereka justru menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi, menurut Daco.

"Saya tidak akan terkejut bahwa sekitar pergantian tahun kita menghadapi pertumbuhan (ekonomi) terhenti dan kita cukup dekat dengan resesi, dengan tingkat pengangguran meningkat dan tidak lagi menurun."

Baca juga: Wall Street Berakhir Hijau Usai The Fed Umumkan Kenaikkan Suku Bunga 75 Basis Poin

Harga makanan yang mahal adalah salah satu faktor yang memicu inflasi.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Harga makanan yang mahal adalah salah satu faktor yang memicu inflasi.

Dengan membuat kredit kian mahal, kenaikan suku bunga ini akan memperlambat aktivitas ekonomi, membuat permintaan lesu dan secara teori, mengurangi tekanan harga.

Proyeksi yang dirilis oleh The Fed memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat menjadi sekitar 1,7 persen tahun ini, lebih rendah dari perkiraan mereka sebelumnya pada Maret.

Tingkat pengangguran yang saat ini sebesar 3,6 persen, diperkirakan akan meningkat menjadi 3,7 persen dan mencapai 4,1 persen pada 2024.

Dampak pada ekonomi global

Dengan kenaikan suku bunga terbaru, suku bunga pinjaman yang dikenakan bank akan kembali ke posisi semula pada 2019, atau relatif rendah menurut data historis.

Namun kenaikan suku bunga selama beberapa bulan terakhir, telah terasa dampaknya.

Suku bunga yang lebih tinggi telah membantu meningkatkan permintaan terhadap dollar AS. Imbasnya, nilai tukar dollar AS naik 10 persen sejak awal tahun, sedangkan nilai tukar mata uang lain melemah.

Penjualan rumah juga melambat drastis karena suku bunga hipotek mengikuti suku bunga Fed yang lebih tinggi.

Pengumuman kenaikan suku bunga pada Rabu, juga menunjukkan penjualan ritel turun bulan lalu, karena kenaikan harga bensin telah membuat warga AS mengucurkan lebih banyak uang untuk membeli bahan bakar.

Baca juga: Wall Street Berakhir Hijau Usai The Fed Umumkan Kenaikkan Suku Bunga 75 Basis Poin

Di AS, bensin kini dibanderol dengan harga 5 dollar AS, atau setara Rp 73.000, per galon (setara 3,7 liter).

Para ekonom sempat memperkirakan bahwa Maret 2022 akan menjadi puncak lonjakan harga konsumen. Namun, data pada Mei 2022 malah memperlihatkan lonjakan lagi, dengan kenaikan sampai 8,6 persen dalam 12 bulan terakhir.

Powell berkata, pengendalian kenaikan harga sangat penting untuk stabilitas ekonomi dan akan dibutuhkan waktu untuk memulihkan harga.

"Pada akhirnya, prospeknya sangat tidak pasti," kata Beckworth.

Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan 75 Basis Poin, Tertinggi dalam 28 Tahun

Apa dampaknya bagi Indonesia?

Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ke sepeda motor konsumen di SPBU Yos Sudarso, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (5/4/2022).ANTARA FOTO/MAKNA ZAEZAR via BBC INDONESIA Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ke sepeda motor konsumen di SPBU Yos Sudarso, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (5/4/2022).

Diakui oleh pendiri dan ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik Rachbini, kenaikan harga energi dan pangan yang tinggi telah berdampak pada inflasi di beberapa negara, termasuk Indonesia.

Dia berkata inflasi akan menggerus daya beli masyarakat, sedangkan bagi investor, inflasi akan meningkatkan suku bunga sehingga investasi dan kegiatan bisnis akan terhambat.

Sementara ekonom Indef Dradjad Hari Wibowo menyebut efek kebijakan The Fed akan memberikan dampak sangat berat bagi Indonesia.

"Harga akan terkerek naik. Uang lari ke Amerika, outflow ini juga susah ditebak. Rentetan (dampak kebijakan The Fed ini) akan panjang," ujar Dradjad seperti dikutip dari Kompas.com.

Respons kebijakan moneter untuk mengurangi inflasi dengan meningkatkan suku bunga acuan, pada akhirnya akan memukul investasi, khususnya foreign direct investment (FDI) ke negara berkembang karena modal akan condong lari ke negara-negara asalnya dan asset yang aman seperti dollar AS.

Baca juga: Wamenkeu Tekankan Pentingnya Suku Bunga Acuan untuk Dorong Stabilitas Ekonomi

Peningkatan suku bunga, juga berarti kenaikan biaya pembiayaan yang dapat menghambat investasi karena biaya investasi yang ditimbulkan menjadi besar.

Sementara itu peningkatan inflasi membuat banyak negara dapat mengalami neraca pembayaran yang negatif.

Namun, Perry menegaskan Indonesia memiliki koordinasi fiskal dan moneter yang kuat untuk merespons kenaikan harga energi dan pangan yang tinggi.

Dari sisi fiskal, kata Perry, pemerintah telah meningkatkan subsidi sehingga tidak semua kenaikan harga energi dan komoditas dunia berdampak pada inflasi dalam negeri.

"Pemerintah telah mendapat persetujuan dari DPR untuk menaikkan subsidi, khususunya bagi premium, diesel, listrik, elpiji, dan juga meningkatkan bantuan sosial," jelas Perry.

Baca juga: Ada Ancaman Inflasi, Bank Sentral AS Diproyeksi Bakal Kembai Naikkan Suku Bunga Acuan

Sementara harga-harga barang nonsubsidi, seperti Pertalite dan Pertamax, mengalami kenaikan.

Sementara dari sisi moneter, kata Perry, Bank Indonesia turut berpartisipasi dalam pembiayaan biaya kesehatan dan kemanusiaan, dengan membeli SBN senilai Rp 224 triliun.

"Kami serahkan pada pemerintah untuk mengalokasikan apakah sebagian juga untuk membiayai subsidi tadi," kata dia.

"Karena koordinasi fiskal dan moneter yang kuat, makanya kenaikan harga energi dan komoditas global tidak berdampak signifikan pada inflasi dalam negeri."

Baca juga: The Fed Beri Sinyal Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Global
[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

Global
Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Global
Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Global
Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com