Ketika Anna berbicara kepada BBC, deru artileri dan pertempuran terdengar secara konstan di sekitar lingkungannya. Dia tak bergeming sedikitpun, karena sudah terbiasa dengan kondisi itu.
"Kalau saya bisa berbicara dengan Vladimir Putin, saya akan bilang, Anda telah berbuat kesalahan. Sebagai orang Ukraina, apa yang sudah kami lakukan sehingga kami pantas mendapat perlakuan seperti ini? Kami adalah satu-satunya yang paling menderita".
Baca juga: Rusia Minta Pasukan Ukraina di Sievierodonetsk Menyerah
Kendati begitu, Anna berasal dari era Soviet, dan dia enggan untuk secara terang-terangan mengkritik pemimpin Rusia tersebut.
"Putin adalah seorang presiden. Seorang tsar, raja dan kaisar."
Kendati kini dia menjadi bintang yang tenar di Moskwa, desa tempat tinggal Anna tak luput dari serangan pasukan Putin dan telah dibombardir beberapa kali.
Kala BBC berkendara, beberapa rumah tampak terbakar. Sementara yang lain hanya menyisakan debu.
Rumah nenek itu sendiri juga hancur karena tembakan - jendela pecah, atapnya bocor dan serpihan peluru berserakan di halaman depan.
"Sekarang saya sadar," kata Anna. "Mereka tidak peduli dengan orang-orang di sini di Ukraina, mereka hanya peduli bagaimana menaklukan tanah kami."
Dmytro Galko dari Kementerian Kebudayaan Ukraina sepakat dengan Anna.
Dia menyebut propaganda Rusia membuat semuanya serba satu dimensi.
"Mereka tak peduli tentang kebenaran, mereka tidak peduli dengan orang sebenarnya. Mereka tidak tertarik dengan siapa Anna sebenarnya, atau nasibnya. Jika mereka mampu, mereka mungkin akan menculiknya, mengawetkannya dan memasukkannya ke dalam mausoleum," ujarnya.
Baca juga: Dampak Serangan China ke Taiwan Bisa Lebih Parah dari Perang Rusia-Ukraina
Kini, Anna khawatir dengan keselamatannya. Di Ukraina, dia mendapat serangan di dunia maya karena dianggap membela Rusia. Seluruh tetangganya juga menjauhinya.
Padahal, dia tinggal di desa kecil yang penduduknya tahu satu sama lain.
"Saya tidak senang mereka membuat saya tenar, karena di Ukraina mereka menganggap saya pengkhianat."
Tetapi jelas bahwa Anna baru benar-benar menyadari ketenarannya di akhir wawancaranya. Saat tim BBC mengucapkan selamat tinggal padanya, dia mencoba memberi mereka bendera merah berhias arit dan palu kesayangannya.
"Saya tidak ingin ada masalah. Saya tidak ingin orang menggunakannya untuk melawan saya."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.