Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Babushka Z, Nenek yang Jadi Ikon Propaganda Rusia dalam Invasi ke Ukraina

Kompas.com - 16/06/2022, 15:16 WIB
BBC INDONESIA,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang perempuan lanjut usia asal Ukraina yang mengibarkan bendera merah Uni Soviet kini menjadi wajah propaganda Rusia setelah video yang merekam pertemuannya dengan tentara Ukraina menjadi viral di dunia maya.

BBC melacak "Babushka Z" untuk mengungkap kebenaran di balik peristiwa tersebut.

"Saya pikir mereka tidak perlu mengagungkan saya. Saya hanya seorang petani. Saya tidak tahu mengapa saya menjadi seorang selebriti," ujar wanita yang kemudian dijuluki “Babushka Z” ini.

Babushka berarti "nenek" dalam bahasa Rusia. Sementara huruf Z merujuk pada simbol yang sering digambarkan di kendaraan lapis baja Rusia.

Dia terkesima ketika BBC memperlihatkan foto-foto dan video yang yang membuatnya tenar.
"Saya belum pernah melihatnya".

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-112 Serangan Rusia ke Ukraina, Rusia Hancurkan Stasiun Kereta Api Tempat Pengiriman Senjata Barat, Gas ke Eropa Terus Dipangkas

Video itu memperlihatkan dirinya berjalan ke arah dua tentara Ukraina dengan memegang bendera merah Soviet.

Para tentara berkata mereka baru saja tiba untuk membantu para warga dan menawarinya sekantong makanan.

Mereka kemudian mengambil bendera Soviet di tangannya, melemparkannya ke tanah, dan menginjaknya.

Perempuan itu, yang merasa terhina dengan aksi dua tentara tersebut, mengembalikan makanan itu kepada mereka.

"Orang tua saya meninggal demi bendera ini dalam Perang Dunia Kedua," katanya dengan amarah.

Orang tua saya meninggal demi bendera ini dalam Perang Dunia Kedua, kata Anna Ivanovna, nenek Ukraina yang dijuluki Babushka Z

BBC INDONESIA Orang tua saya meninggal demi bendera ini dalam Perang Dunia Kedua, kata Anna Ivanovna, nenek Ukraina yang dijuluki Babushka Z

Ikon propaganda

Bagi Kremlin, peristiwa ini adalah kesempatan emas.

Selama ini, propaganda Rusia jarang berpusat pada individu. Namun apa yang terjadi pada perempuan lansia tersebut menjadi contoh langka seorang warga Ukraina yang menyesali runtuhnya Uni Soviet dan menganggap Rusia sebagai pembebas.

Baca juga: Ukraina Abaikan Ultimatum Severodonetsk, Desak Barat Kirim Senjata Lebih Cepat

Kebanyakan warga Ukraina - bahkan di wilayah yang penduduknya berbahasa Rusia - tak menyambut baik invasi Rusia ke Ukraina. Alhasil, pengibaran bendera Soviet yang dilakukan si nenek digunakan sebagai bukti bahwa invasi Rusia mendapat dukungan di antara penduduk setempat.

Bagi warga Rusia, bendera Soviet dan Babushka Z mirip dengan kartu pos "Mother Russia" pada era Perang Dunia Kedua.

Mesin propaganda Kremlin langsung bekerja.

Hanya dalam hitungan hari, penggambaran dirinya - sebuah kilas balik dari stereotip citra petani perempuan era Soviet, dengan kerudung ortodoks, sepatu bot dan rok - mulai muncul di mana-mana, dari Moskwa dan Siberia, hingga Pulau Sakhalin di timur jauh.

Dia kini juga diabadikan dalam mural, plakat, kartu pos, patung, dan stiker. Lagu dan puisi juga dipersembahkan untuknya.

Pejabat Rusia bahkan meresmikan patungnya di Mariupol, kota Ukraina yang telah dibom hingga rata dengan tanah.

Foto-foto dari video yang viral ini menunjukkan pertemuan Babushka Z dengan tentara Ukraina.BBC INDONESIA Foto-foto dari video yang viral ini menunjukkan pertemuan Babushka Z dengan tentara Ukraina.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Rangkuman Serangan Rusia ke Ukraina | Warga Singapura Bantu Kumpulkan Ratusan Telur Jatuh

Siapakah Babushka Z sebenarnya?

Sebelumnya, tak ada yang tahu identitas Babushka Z yang sebenarnya. Bahkan, tak ada yang bisa memastikan apakah dia masih hidup.

Akan tetapi, dia adalah orang yang nyata.

Namanya Anna Ivanovna dan BBC melacaknya hingga ke Velyka Danylivka, sebuah desa di dekat Kharkiv di timur laut Ukraina tempat dia tinggal bersama suaminya, anjing, kucing, dan kelinci.

Perempuan berusia 69 tahun yang masih lincah ini tampak terkejut kala BBC menunjukkan foto patung dirinya.

"Apa saya benar-benar terlihat sangat tua?", tanyanya. "Rasanya seperti orang asing sedang menatap saya!"

Namun kisahnya sangat berbeda dengan citra yang digembar-gemborkan oleh media Rusia. Dia tidak mendukung perang.

"Bagaimana bisa saya mendukung saudara-saudara sebangsa saya tewas? Cucu dan cicit saya terpaksa pergi ke Polandia. Kami hidup dalam ketakutan dan teror."

Patung Babushka Z karya Alexander Ivchenko.ALEXANDER IVCHENKO via BBC INDONESIA Patung Babushka Z karya Alexander Ivchenko.

Baca juga: PBB: Terlalu Dini Sebut Rusia Lakukan Kejahatan Perang di Ukraina

Lantas, mengapa Anna menyambut tentara sambil membawa bendera Soviet?

Dia mengaku dirinya salah paham. Dia mengira bahwa dua tentara Ukraina yang menawarinya makanan tersebut adalah tentara Rusia.

"Saya hanya senang bahwa Rusia akan datang dan tidak bertarung dengan kami. Saya senang bahwa kami akan bersatu lagi."

Anna mengaku tidak ada maksud politis yang tersembunyi dari aksinya.

Bendera merah, menurutnya, bukanlah bendera Uni Soviet dan Rusia, tapi "panji cinta dan kebahagiaan di setiap keluarga, di setiap kota, di setiap republik".

"Bukan pertumpahan darah. Dan siapapun yang mengatakan sebaliknya, adalah salah."

Ketika Anna berbicara kepada BBC, deru artileri dan pertempuran terdengar secara konstan di sekitar lingkungannya. Dia tak bergeming sedikitpun, karena sudah terbiasa dengan kondisi itu.

"Kalau saya bisa berbicara dengan Vladimir Putin, saya akan bilang, Anda telah berbuat kesalahan. Sebagai orang Ukraina, apa yang sudah kami lakukan sehingga kami pantas mendapat perlakuan seperti ini? Kami adalah satu-satunya yang paling menderita".

Patung Babushka Z di kota Mariupol yang telah direbut kembali oleh Ukraina.BBC INDONESIA Patung Babushka Z di kota Mariupol yang telah direbut kembali oleh Ukraina.

Baca juga: Rusia Minta Pasukan Ukraina di Sievierodonetsk Menyerah

Kendati begitu, Anna berasal dari era Soviet, dan dia enggan untuk secara terang-terangan mengkritik pemimpin Rusia tersebut.

"Putin adalah seorang presiden. Seorang tsar, raja dan kaisar."

Kendati kini dia menjadi bintang yang tenar di Moskwa, desa tempat tinggal Anna tak luput dari serangan pasukan Putin dan telah dibombardir beberapa kali.

Kala BBC berkendara, beberapa rumah tampak terbakar. Sementara yang lain hanya menyisakan debu.

Rumah nenek itu sendiri juga hancur karena tembakan - jendela pecah, atapnya bocor dan serpihan peluru berserakan di halaman depan.

"Sekarang saya sadar," kata Anna. "Mereka tidak peduli dengan orang-orang di sini di Ukraina, mereka hanya peduli bagaimana menaklukan tanah kami."

Keselamatan terancam

Dmytro Galko dari Kementerian Kebudayaan Ukraina sepakat dengan Anna.

Dia menyebut propaganda Rusia membuat semuanya serba satu dimensi.

"Mereka tak peduli tentang kebenaran, mereka tidak peduli dengan orang sebenarnya. Mereka tidak tertarik dengan siapa Anna sebenarnya, atau nasibnya. Jika mereka mampu, mereka mungkin akan menculiknya, mengawetkannya dan memasukkannya ke dalam mausoleum," ujarnya.

Anna dijauhi oleh tetangganya karena dianggap membela Rusia.BBC INDONESIA Anna dijauhi oleh tetangganya karena dianggap membela Rusia.

Baca juga: Dampak Serangan China ke Taiwan Bisa Lebih Parah dari Perang Rusia-Ukraina

Kini, Anna khawatir dengan keselamatannya. Di Ukraina, dia mendapat serangan di dunia maya karena dianggap membela Rusia. Seluruh tetangganya juga menjauhinya.

Padahal, dia tinggal di desa kecil yang penduduknya tahu satu sama lain.

"Saya tidak senang mereka membuat saya tenar, karena di Ukraina mereka menganggap saya pengkhianat."

Tetapi jelas bahwa Anna baru benar-benar menyadari ketenarannya di akhir wawancaranya. Saat tim BBC mengucapkan selamat tinggal padanya, dia mencoba memberi mereka bendera merah berhias arit dan palu kesayangannya.

"Saya tidak ingin ada masalah. Saya tidak ingin orang menggunakannya untuk melawan saya."

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Global
Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Global
Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Global
Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Internasional
Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com