KYIV, KOMPAS.com - Pasukan Kyiv dipukul mundur dari kota Severodonetsk pada hari ke-110 perang Rusia Ukraina, Senin (13/6/2022).
Sementara itu, di Bucha ada penemuan lebih banyak mayat dan prediksi bahwa jika Ukraina jatuh maka negara-negara Baltik akan menjadi sasaran Rusia berikutnya.
Dikutip dari AFP, berikut adalah rangkuman hari ke-110 invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: Rusia Tanggapi Gagasan Pengiriman Senjata Nuklir ke Ukraina
Gubernur Luhansk, Sergiy Gaiday, mengatakan bahwa pasukan Ukraina dipukul mundur dari pusat kota Severodonetsk, setelah serangan Rusia selama berminggu-minggu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berujar, pasukannya secara harfiah memperjuangkan setiap meter dari pusat industri itu.
Gaiday menambahkan, Rusia menghancurkan jembatan kedua ke kota di sungai Donets dan pabrik kimia Azot--lokasi ratusan warga sipil berlindung--sedang dibombardir.
Pasukan separatis yang didukung Moskwa mengatakan, kota itu diblokir dan menyerukan pasukan Ukraina untuk menyerah atau mati.
Polisi Ukraina mengatakan, tujuh mayat yang beberapa dengan tangan dan kaki terikat ditemukan di kuburan dekat Bucha, pinggiran kota Kyiv yang identik dengan tuduhan kejahatan perang Rusia.
Kepala polisi regional Andriy Nebytov mengeklaim, tujuh jenazah yang ditemukan di dekat desa Myrotske, sekitar 10 kilometer barat laut Bucha, "disiksa oleh Rusia kemudian dieksekusi secara pengecut dengan peluru di kepala".
Mayat puluhan warga sipil ditemukan tergeletak di jalan, di ruang bawah tanah, dan dikubur di kuburan massal di Bucha setelah pasukan Rusia ditarik keluar dari daerah itu pada akhir Maret.
Baca juga: Putin Beri Gelar Kehormatan Pasukan yang Dituduh Ukraina Lakukan Pembantaian di Bucha
"Jika Ukraina jatuh, negara-negara Baltik akan menjadi yang berikutnya," kata Mikhail Kasyanov yang merupakan perdana menteri pertama Putin sebelum dipecat pada 2004 dan sekarang menjadi salah satu kritikus utama Kremlin.
Kasyanov, yang telah meninggalkan Rusia, tidak setuju dengan saran Presiden Perancis Emmanuel Macron agar Putin tidak dipermalukan dan menolak seruan agar Ukraina menyerahkan wilayah untuk mengakhiri perang.
"Saya percaya ini salah dan berharap Barat tidak akan menempuh jalan itu," katanya
Sebuah laporan menunjukkan pendapatan Rusia dari ekspor minyak dan gas mencapai rekor tertinggi selama 100 hari pertama perang. Moskwa dikatakan menerima 93 miliar euro (Rp 1,42 kuadriliun), sebagian besar dari pelanggan Uni Eropa.