Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi Ancaman Rusia, Jerman Gelontorkan Rp 1.561 Triliun untuk Modernisasi Angkatan Bersenjatanya

Kompas.com - 30/05/2022, 11:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

BERLIN, KOMPAS.com – Pemerintah Jerman dan oposisi konservatif setuju menggelontorkan 100 miliar euro (Rp 1.561 triliun) untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya guna menghadapi ancaman Rusia.

Kesepakatan tersebut dicapai pada Minggu (29/5/2022) malam waktu setempat, sebagaimana dilansir AFP.

Dana khusus akan dibuat untuk pengadaan militer yang juga akan memungkinkan Berlin untuk mencapai target NATO menghabiskan dua persen dari PDB-nya untuk pertahanan.

Baca juga: Perancis dan Jerman Desak Putin Berdialog Langsung dengan Zelensky

Kesepakatan itu, yang melibatkan amandemen aturan anggaran dalam konstitusi nasional, tercapai setelah negosiasi yang sulit selama berpekan-pekan antara partai-partai koalisi pemerintahan dan oposisi konservatif.

Tiga hari setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari, Kanselir Jerman Olaf Scholz menjanjikan anggaran khusus sebesar 100 miliar euro untuk mempersenjatai kembali militer Jerman dan memodernisasi peralatan usangnya selama beberapa tahun ke depan.

Tetapi para kritikus kala itu menuduh Scholz takut-takut dalam mendukung Kyiv dan gagal mengambil tindakan nyata yang cukup dalam hal pengiriman senjata.

Perjanjian tersebut akan memungkinkan Berlin mencapai target NATO menghabiskan 2 persen dari PDB-nya untuk pertahanan “rata-rata” selama beberapa tahun.

Baca juga: Ukraina Terkini: Jerman Yakin Rusia Tak Akan Memenangi Perang, Mengapa?

Dana tersebut akan dibiayai oleh utang tambahan.

Untuk itu, diperlukan menghindari aturan "rem utang" yang tertuang dalam konstitusi, yang membatasi pinjaman pemerintah.

Inilah sebabnya mengapa pemerintah membutuhkan dukungan dari oposisi konservatif untuk mengumpulkan dua pertiga mayoritas di parlemen yang diperlukan untuk meloloskan amandemen konstitusi.

Dana senilai 100 miliar euro tersebut sedianya akan dibayarkan ke dana khusus di luar anggaran nasional.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-92 Serangan Rusia ke Ukraina, Moskwa Gempur 40 Kota, Kanselir Jerman Sebut Putin Tak Akan Menang

Pelepasan dana untuk militer merupakan pembalikan besar bagi Jerman.

Sejak akhir Perang Dingin, Jerman telah mengurangi jumlah tentaranya secara signifikan, dari sekitar 500.000 personel pada 1990 menjadi hanya 200.000 personel saat ini.

Kurang dari 30 persen kapal angkatan laut Jerman yang “beroperasi penuh”, menurut laporan yang diterbitkan Desember tentang keadaan militer.

Selain itu, banyak pesawat tempur Jerman yang tidak layak terbang.

Namun, invasi Rusia ke Ukraina telah menyentak negara yang tenggelam dalam pasifisme sejak kengerian era Nazi.

Baca juga: Kanselir Jerman Tegaskan Putin Tidak Akan Menang Perang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Global
Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Global
Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Global
Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Global
Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Global
Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Internasional
6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

Global
Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Global
Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Global
[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Global
Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Global
Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Saat Pesawat Singapore Airlines Menukik 6.000 Kaki dalam 3 Menit...

Global
Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Menlu Jerman: Ukraina Butuh Segera Tingkatkan Pertahanan Udara untuk Lawan Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Singapore Airlines Turbulensi Parah, Penumpang Terlempar ke Kabin Bagasi

Global
Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Presiden Raisi Meninggal, Kedubes Iran Sampaikan Terima Kasih atas Belasungkawa Indonesia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com