Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penembakan Massal di Gereja California AS, Pelaku Tembak Jemaat Lansia, Insiden Kedua Minggu Ini

Kompas.com - 16/05/2022, 15:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

Segera setelah itu, Chen mengatakan dia mendengar detail dari apa yang terjadi di dalam dari orang lain yang keluar.

Rekan-rekan jemaat memberi tahu Chen bahwa ketika pria bersenjata itu berhenti untuk mengisi peluru, Pendeta Chang memukul kepalanya dengan kursi, sementara yang lain bergerak cepat untuk mengambil senjatanya.

Mereka kemudian melumpuhkannya dan mengikatnya, kata Chen.

Baca juga: Wartawan Al Jazeera Korban Penembakan Akan Dimakamkan Dekat Yerusalem

“Sungguh menakjubkan betapa beraninya (Pendeta Chang) dan yang lainnya,” katanya.

“Ini sangat menyedihkan. Saya tidak pernah berpikir hal seperti ini akan terjadi di gereja saya, di komunitas saya.”

Menurut Chen, sebagian besar anggota gereja adalah imigran Taiwan yang berusia lanjut dan berpendidikan tinggi.

“Kami kebanyakan pensiunan dan usia rata-rata gereja kami adalah 80 tahun,” katanya.

Sheriff Orange County Jeff Hallock memuji kerja cepat umat paroki untuk menahan pria bersenjata itu.

“Kelompok pengunjung gereja itu menunjukkan apa yang kami yakini sebagai kepahlawanan dan keberanian luar biasa, dalam campur tangan untuk menghentikan tersangka. Mereka tidak diragukan lagi mencegah cedera dan kematian tambahan,” kata Hallock.

“Saya pikir aman untuk mengatakan bahwa jika orang tidak melakukan intervensi, itu bisa menjadi jauh lebih buruk.”

Penembakan itu terjadi sehari setelah seorang pria berusia 18 tahun menembak dan menewaskan 10 orang di sebuah supermarket di Buffalo, New York.

Baca juga: Sikap AS atas Penembakan Wartawan Al Jazeera Dipertanyakan

Hallock mengatakan Investigasi masih dalam tahap awal. Menurutnya masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, termasuk apakah penyerang menghadiri kebaktian gereja, dan apakah dia dikenal oleh anggota gereja dan berapa banyak tembakan yang dilepaskan.

Mayoritas dari mereka yang berada di dalam gereja pada saat itu diyakini keturunan Taiwan, kata Carrie Braun, juru bicara sheriff.

Mereka yang terluka oleh tembakan termasuk empat pria Asia, berusia 66, 75, 82 dan 92, dan seorang wanita Asia berusia 86 tahun, kata departemen sheriff.

Pihak berwenang awalnya mengatakan hanya empat dari lima korban penembakan yang selamat telah ditembak.

Para pejabat tidak segera mengungkapkan informasi apa pun tentang tersangka pria bersenjata itu.

Guardian mencatat penembakan massal AS paling mematikan di dalam sebuah gereja terjadi pada 2017 di Sutherland Springs, Texas. Saat itu, seorang pria bersenjata melepaskan tembakan selama kebaktian Minggu di gereja First Baptist dan menewaskan lebih dari dua lusin orang.

Pada 2015, Dylann Roof menembakkan lusinan peluru selama doa penutup sesi studi Alkitab 2015 di Gereja Mother Emanuel AME Charleston di Carolina Selatan.

Sembilan anggota jemaat berkulit hitam tewas dalam kekerasan rasisal itu dan Roof menjadi orang pertama di AS yang dijatuhi hukuman mati karena kejahatan kebencian federal. Bandingnya tetap di hadapan mahkamah agung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com