Penulis: Rivan Dwiastono/VOA Indonesia
HAWTHORNE, KOMPAS.com - Percaya diri menjadi kunci Ars-Vita Alamsyah setiap kali mengambil berbagai peluang dalam hidupnya, termasuk saat ia diterima bekerja di perusahaan industri antariksa asal Amerika milik Elon Musk.
“Ini bukan sesuatu yang sejak awal saya targetkan, tapi tentunya sangat keren menjadi bagian dari (perusahaan) ini,” kata Vita, sapaan akrabnya, kepada VOA akhir Maret lalu.
Vita adalah insinyur teknik mesin dan manajemen rantai pasokan yang bekerja di SpaceX, perusahaan produsen kendaraan antariksa, jasa transportasi luar angkasa serta komunikasi, yang bermarkas di kota Hawthorne, California, Amerika Serikat.
Baca juga: Cerita WNI Asal Semarang Promosikan Mandi Kembang di Amerika, Tiap Minggu Produksi 150 Sabun
Kariernya dalam industri aerospace dimulai selepas lulus sarjana dari University of Maryland jurusan Teknik Mesin tahun 2017 lalu. Ia bekerja di Northrop Grumman, perusahaan teknologi pertahanan dan kedirgantaraan Amerika. Di sana, ia bertanggung jawab mengatasi isu rantai pasokan global.
Tiga tahun berselang, Vita melanjutkan pendidikannya ke Massachusetts Institute of Tehcnology (MIT) dengan mengambil master ilmu terapan dalam bidang manajemen rantai pasokan, hingga akhirnya bergabung dengan SpaceX pada Agustus 2021 sebagai supply chain reliability engineer.
Meski demikian, dirinya memang selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi mengenai proses pembuatan dan perakitan suatu benda sejak dulu. Itu semua tak lepas dari sosok sang kakek yang seorang insinyur mesin. “Saya amat terinspirasi olehnya,” ujar Vita.
Kegigihan Vita sebagai seorang insinyur, tepatnya engineer alias rekayasawan, sebagiannya terdorong oleh tantangan untuk meyakinkan dan membuktikan dirinya sebagai perempuan setara dengan laki-laki yang berprofesi sama--isu yang masih kental terasa dalam industri yang masih didominasi pria, seperti STEM (sains, teknologi, teknik dan matematika).
Kegigihan itu harus diiringi dengan rasa percaya diri yang tinggi, tuturnya, meski kepercayaan diri itu tak selalu hadir sesuai ekspektasi.
“Kepercayaan diri tidak muncul seketika. Yang utama dan penting, Anda harus mengkalibrasi diri lagi dan lagi seiring waktu untuk memastikan Anda percaya diri dan paham betul akan cakupan (tanggung jawab Anda) dan dengan siapa Anda berinteraksi,” ungkap Vita.
Baca juga: Cerita WNI Kuliah S2 Teknik Fisika di Jerman: Pintar Aja Enggak Cukup
“Urun daya dan selesaikan pekerjaan Anda dengan baik,” pesannya.
Pendapat senada diungkapkan rekayasawan perempuan lainnya, yang kini mengajar di University of Maryland, AS, Diandra Soemardi.
“Wanita itu kadang-kadang suka meragukan diri sendiri. Kadang sama kolega kita yang laki-laki kita merasa kalau kita kurang didengarkan, kita merasa enggak dihargai, atau orang enggak percaya sama apa yang kita katakan, orang merasa kita enggak punya ilmu yang kuat,” tuturnya.