Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elon Musk Akan Cabut Blokir Twitter terhadap Donald Trump

Kompas.com - 11/05/2022, 08:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber BBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Elon Musk mengatakan, jika tawarannya untuk membeli Twitter berhasil, dia akan mencabut blokir platform tersebut terhadap mantan Presiden AS Donald Trump.

Sebelumnya, pendiri SpaceX sekaligus CEO Tesla tersebut menyetujui tawaran pembelian Twitter senilai 44 juta dollar AS (Rp 634 triliun).

Dia mengatakan, persetujuan tersebut belum sepenuhnya menjadi kesepakatan dan idealnya akan selesai dalam dua hingga tiga bulan ke depan, sebagaimana dilansir BBC, Selasa (10/5/2022).

Baca juga: Gugatan Donald Trump ke Twitter Ditolak Pengadilan

Musk berbicara dalam Financial Times Future of the Car Summit bahwa keputusan Twitter untuk memblokir mantan presiden AS itu salah secara moral dan “benar-benar bodoh”.

Pada Januari 2021, Twitter mengatakan bahwa akun Trump "ditangguhkan secara permanen” karena risiko hasutan kekerasan lebih lanjut setelah penyerbuan Capitol Hill di Washington DC, AS.

“Saya akan membatalkan penangguhan permanen, tetapi saya belum memiliki Twitter, jadi ini bukan hal yang pasti akan terjadi,” ujar Musk.

Dia menuturkan, larangan itu bukannya membungkam Trump, justru membuatnya pindah ke situs Truth Social miliknya sendiri. Hal tersebut semakin memperkuat suaranya di antara kelompok sayap kanan.

Musk menambahkan, Trump sebelumnya mengatakan, dia tidak akan kembali ke Twitter, bahkan jika akunnya diaktifkan kembali.

Baca juga: Elon Musk Ingin Perluas Jangkauan Twitter, Karyawan yang Tak Nyaman Dipersilakan Resign

Kemenangan

Musk berujar bahwa dia telah berbicara dengan salah satu pendiri Twitter yakni Jack Dorsey tentang masalah menangguhkan pengguna sebagai tanggapan atas twit yang ofensif.

“Dia dan saya memiliki pemikiran yang sama bahwa larangan permanen harus sangat langka dan disediakan untuk akun yang merupakan bot atau akun scam,” papar Musk.

Musk mengatakan, jika seseorang mengetwit sesuatu yang ilegal atau merusak dunia, harus ada penangguhan sementara atau unggahan itu harus dibuat tidak terlihat.

Baca juga: Dibeli Elon Musk, CEO Twitter Parag Agrawal: Kami Tak Tahu ke Mana Arah Twitter ke Depannya

Dia menambahkan, Twitter perlu membangun lebih banyak kepercayaan dengan membagikan algoritmenya dan meminta orang untuk memberikan saran tentang cara meningkatkannya.

Musk berpendapat, perusahaan memiliki bias kiri yang kuat karena asal-usulnya di komunitas teknologi San Francisco dan perlu lebih adil.

Pekan lalu sejumlah kelompok aktivis menulis surat terbuka kepada pengiklan Twitter yang memperingatkan bahwa di bawah manajemen Musk, Twitter berisiko menjadi sumber informasi yang salah.

Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan bahwa Pemerintah AS menginginkan platform online melindungi kebebasan berbicara tetapi juga memastikan platform bukan forum untuk disinformasi.

Baca juga: Twitter Dibeli Elon Musk, Beberapa Sosok Ini Kesal dan Tinggalkan Platform

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com