Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ukraina Terus Serap Senjata dan Pelatihan Militer Barat, Putin Gagal Raih Tujuan Perangnya?

Kompas.com - 26/04/2022, 19:01 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Invasi Rusia ke Ukraina yang memasuki bulan kedua justru membuat tentara Ukraina semakin menyerap persenjataan dan pelatihan Barat, sebuah transformasi yang ingin dicegah Presiden Vladimir Putin ketika memutuskan menyerang tetangganya.

Daftar senjata yang mengalir ke Ukraina panjang dan terus bertambah panjang. Ini termasuk drone udara medan perang terbaru Amerika Serikat (AS) dan artileri paling modern dari AS dan Kanada.

Ada juga, senjata anti-tank dari Norwegia dan lainnya; kendaraan lapis baja dan rudal anti-kapal dari Inggris; dan rudal kontra-udara Stinger dari AS, Denmark, dan negara-negara lain.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-61 Serangan Rusia ke Ukraina, Peringatan Perang Dunia III dan Rencana AS

Jika Ukraina dapat menahan Rusia, akumulasi persenjataan Baratnya dapat memiliki efek transformatif di negara yang, seperti bekas republik Soviet lainnya, kebanyakan mengandalkan senjata dan peralatan dari era Soviet.

Tetapi mempertahankan bantuan militer itu tidak akan mudah. Ini mahal dan, untuk beberapa negara pemasok, berisiko secara politik.

Bantuan senjata ke Ukraina itu juga diambil dari persediaan Barat yang pada titik tertentu perlu “diisi ulang”.

Itulah sebabnya Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengadakan pertemuan pada Selasa (26/4/2022) di pangkalan udara Ramstein Jerman, untuk mencari cara agar kiriman senjata ke Ukraina tetap berjalan, sekarang dan untuk jangka panjang.

Para menteri pertahanan dan pemimpin militer dari sekitar 40 negara akan berpartisipasi akan berpartisipasi dalam pertemuan itu, dilansir dari AP.

Baca juga: Keluh Kesah Warga Muslim Ukraina, Ramadhan di Tengah Perang Rusia: Iman Menguatkan

Tujuan pertemuan itu, menurut Austin, bukan hanya untuk mendukung pertahanan Ukraina tetapi untuk membantu mereka menang melawan kekuatan invasi yang lebih besar.

“Kami percaya mereka bisa menang jika mereka memiliki peralatan yang tepat, dukungan yang tepat,” kata Austin pada Senin (25/4/2022) di Polandia setelah kembali dari kunjungan ke Kyiv dengan Menteri Luar Negeri Antony Blinken untuk berdiskusi soal kebutuhan militer Ukraina.

Transisi ke senjata Barat

Dia juga mengatakan tujuannya adalah untuk “melihat Rusia melemah hingga tidak dapat melakukan hal-hal seperti yang telah dilakukan dalam menginvasi Ukraina.”

Terlepas dari kegagalan awalnya, militer Rusia masih memiliki beberapa keunggulan yang akan diuji di wilayah Donbas timur.

Pasukan Putin telah mengumpulkan lebih banyak pasukan tempur dan senjata. Di saat yang sama, AS dan sekutu NATO berebut mendapatkan artileri dan persenjataan berat lainnya untuk dikirim ke Ukraina pada waktunya, berharap mengubah alur konflik.

Baca juga: Kekurangan Militer Rusia Terungkap dalam Dua Bulan Perang di Ukraina

Dengan hasil yang tidak pasti setelah dua bulan serangan Rusia ke Ukraina, Pentagon menyediakan 90 howitzer paling modern Angkatan Darat AS, bersama dengan 183.000 peluru artileri.

Washington juga menyediakan persenjataan canggih lainnya yang dapat memberikan keunggulan penting bagi Ukraina dalam pertempuran yang akan datang.

AS juga mengatur lebih banyak pelatihan untuk pasukan Ukraina tentang persenjataan utama, termasuk howitzer dan setidaknya dua jenis pesawat tak berawak bersenjata.

Pada Senin (25/4/2022), Austin dan Blinken mengumumkan 713 juta dollar AS dalam pembiayaan militer asing untuk Ukraina.

Sekitar 322 juta dollar AS dialokasikan 15 negara sekutu dan mitra di Eropa untuk Kyiv, sebagian untuk membantu transisi Ukraina ke persenjataan dan sistem pertahanan udara yang lebih maju.

Sisanya akan dibagi di antara anggota NATO dan negara-negara lain yang telah memberi Ukraina pasokan militer penting sejak perang dengan Rusia dimulai, kata para pejabat.

Baca juga: Peran Ramzan Kadyrov dan Pasukan Chechnya Pimpinannya dalam Perang Putin di Ukraina

Pembiayaan tersebut berbeda dari bantuan militer AS untuk Ukraina sebelumnya.

Ini bukan sumbangan senjata dan peralatan dari persediaan Pentagon, melainkan uang tunai yang dapat digunakan negara-negara untuk membeli persediaan yang mungkin mereka butuhkan.

Ukraina mengatakan mereka membutuhkan lebih banyak lagi, termasuk sistem pertahanan udara jarak jauh, jet tempur, tank, dan sistem roket multi-peluncuran.

“Memang benar untuk mengatakan bahwa AS sekarang memimpin upaya dalam memastikan transisi Ukraina ke senjata gaya Barat ini, dalam mengatur pelatihan untuk tentara Ukraina,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.

“Saya hanya menyesal bahwa itu tidak terjadi satu atau dua bulan yang lalu sejak awal perang,” sesalnya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron, kiri, mengedipkan mata saat berjabat tangan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy setelah konferensi pers bersama setelah pembicaraan mereka di Kyiv, Ukraina, Selasa, 8 Februari 2022.AP PHOTO/EFREM LUKATSKY Presiden Prancis Emmanuel Macron, kiri, mengedipkan mata saat berjabat tangan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy setelah konferensi pers bersama setelah pembicaraan mereka di Kyiv, Ukraina, Selasa, 8 Februari 2022.

Tujuan perang Putin di Ukraina

Philip Breedlove, pensiunan jenderal AS yang memimpin NATO di Eropa dari 2013 hingga 2016, mengatakan dalam ringkasan singkatnya tentang apa yang diinginkan Putin di Ukraina dan di tempat lain di pinggiran Rusia adalah, “Senjata keluar, NATO mundur, dan tidak ada Amerika.”

“Apa yang terjadi adalah, Putin mendapatkan apa yang tidak dia inginkan. Dia mendapatkan lebih banyak senjata ke depan, dia membuat NATO lebih maju, dan dia mendapatkan lebih banyak Amerika di Eropa,” kata Breedlove dalam sebuah wawancara dilansir dari AP.

Kompleksitas menjaga bantuan militer Barat ke Ukraina, bahkan ketika pasukannya sepenuhnya disibukkan dengan perang brutal, adalah pengingat akan apa yang awalnya dipertaruhkan Moskwa.

Putin mengatakan sebelum meluncurkan invasi bahwa Moskwa tidak dapat mentolerir apa yang dilihatnya sebagai upaya Barat untuk menjadikan Ukraina anggota de facto NATO.

Baca juga: Peran Ramzan Kadyrov dan Pasukan Chechnya Pimpinannya dalam Perang Putin di Ukraina

Dia berpendapat bahwa minat Ukraina untuk melakukan westernisasi dan tetap berada di luar orbit Rusia disebabkan oleh “kekuatan eksternal” seperti tekanan AS.

Putin telah menuntut agar Ukraina tidak menjadi anggota aliansi NATO, dan lebih dari itu dia bersikeras untuk memutar waktu ke 1997, sebelum NATO mulai menambahkan negara-negara bekas Soviet dan sekutu Soviet ke dalam barisannya.

“Ada sedikit prospek Ukraina bergabung dengan NATO, tetapi perang Rusia sebenarnya telah membawa NATO lebih dekat ke Ukraina,” tambah Breedlove.

Alhasil, bantuan itu mendorong prospek Ukraina untuk memasang pertahanan yang sukses, bahkan di wilayah Donbas timur di mana Rusia memiliki keuntungan tertentu dan di mana separatis yang didukung Rusia telah bertempur sejak 2014.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com