Vietnam mengusulkan pengadopsian bahasa Perancis pada 1995 dan Malaysia mengusulkan bahasa Melayu pada 1997 (Kirkpatrick, Andy, 2008).
Sementara itu, Indonesia mengusulkan bahasa Indonesia pada 2011.
Ketika itu negara Filipina langsung memberikan penolakan dengan alasan bahwa penduduk Filipina yang menguasai bahasa Indonesia hanya 5 persen (dalam Zulfikar, Achmad, tt).
Belajar dari kegagalan tersebut, sebelum mengusulkan kembali bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN, sebaiknya kita memikirkan strategi yang dapat memperbesar peluang bahasa Indonesia untuk diterima oleh 9 negara di ASEAN.
Selain itu, kita harus memperhatikan prinsip-prinsip ASEAN sebagai sebuah perkumpulan negara, seperti yang dituangkan dalam ASEAN Charter.
Salah satu prinsipnya adalah saling menghargai: prinsip menghargai kedaulatan, kesetaraan, integritas teritorial, tidak menginterferensi, mengutamakan konsensus, dan bersatu dalam keragaman.
Mengingat ASEAN sedang menggencarkan pewujudan identitas kolektifnya, pengusungan ide pewujudan identitas kolektif ASEAN melalui bahasa dapat kita jadikan wahana yang baik.
Bagi ASEAN, identitas dan kekuatan kolektif akan memperkuat ASEAN ketika berhadapan dengan dunia, menghadapi perkembangan baru, dan sekaligus untuk menangkap peluang baru.
Identitas yang diyakini mampu menyatukan ASEAN, di antaranya, persamaan kondisi ekonomi, tradisi dan budaya, serta kesamaan visi.
Sebagai bagian dari budaya, identitas kolektif dari segi bahasa dapat kita tinjau dari sisi penguasaan bahasa oleh masyarakat ASEAN.
Seorang warga ASEAN yang “ideal” dapat kita definisikan sebagai seseorang yang menguasai satu atau lebih bahasa negara ASEAN, selain bahasa negaranya sendiri.
Dengan demikian, ketika berada di salah satu negara ASEAN, misalnya, akan lumrah untuk menemukan seseorang yang mampu berbahasa Indonesia dan Thai, Khmer, Melayu, Filipino, Vietnam, Burma, atau bahasa Laos.
Sebagai sebuah kawasan, pewujudan identitas kolektif ASEAN tentu akan memberikan berbagai keuntungan.
Sebagai kawasan yang multikultural, penguasaan bahasa ASEAN akan meningkatkan pemahaman lintas budaya antargenerasi muda ASEAN yang secara tidak langsung dapat memperkuat komunitas dan identitas ASEAN.
Selain itu, dari segi ekonomi, penguasaan bahasa ASEAN akan memperluas kesempatan generasi muda ASEAN untuk bekerja di negara-negara ASEAN.