Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Masyarakat Linguistik Indonesia
Komunitas Kajian Bahasa

Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) adalah himpunan profesi yang menghimpun bahasawan, dosen, guru, mahasiswa, peneliti, maupun pengamat bahasa atau siapa saja yang tertarik dengan kajian bahasa dari seluruh Indonesia dan bahkan mancanegara.

Bahasa sebagai Identitas Kolektif ASEAN

Kompas.com - 15/04/2022, 11:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Vietnam mengusulkan pengadopsian bahasa Perancis pada 1995 dan Malaysia mengusulkan bahasa Melayu pada 1997 (Kirkpatrick, Andy, 2008).

Sementara itu, Indonesia mengusulkan bahasa Indonesia pada 2011.

Ketika itu negara Filipina langsung memberikan penolakan dengan alasan bahwa penduduk Filipina yang menguasai bahasa Indonesia hanya 5 persen (dalam Zulfikar, Achmad, tt).

Belajar dari kegagalan tersebut, sebelum mengusulkan kembali bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN, sebaiknya kita memikirkan strategi yang dapat memperbesar peluang bahasa Indonesia untuk diterima oleh 9 negara di ASEAN.

Selain itu, kita harus memperhatikan prinsip-prinsip ASEAN sebagai sebuah perkumpulan negara, seperti yang dituangkan dalam ASEAN Charter.

Salah satu prinsipnya adalah saling menghargai: prinsip menghargai kedaulatan, kesetaraan, integritas teritorial, tidak menginterferensi, mengutamakan konsensus, dan bersatu dalam keragaman.

Mengingat ASEAN sedang menggencarkan pewujudan identitas kolektifnya, pengusungan ide pewujudan identitas kolektif ASEAN melalui bahasa dapat kita jadikan wahana yang baik.

Bagi ASEAN, identitas dan kekuatan kolektif akan memperkuat ASEAN ketika berhadapan dengan dunia, menghadapi perkembangan baru, dan sekaligus untuk menangkap peluang baru.

Identitas yang diyakini mampu menyatukan ASEAN, di antaranya, persamaan kondisi ekonomi, tradisi dan budaya, serta kesamaan visi.

Sebagai bagian dari budaya, identitas kolektif dari segi bahasa dapat kita tinjau dari sisi penguasaan bahasa oleh masyarakat ASEAN.

Seorang warga ASEAN yang “ideal” dapat kita definisikan sebagai seseorang yang menguasai satu atau lebih bahasa negara ASEAN, selain bahasa negaranya sendiri.

Dengan demikian, ketika berada di salah satu negara ASEAN, misalnya, akan lumrah untuk menemukan seseorang yang mampu berbahasa Indonesia dan Thai, Khmer, Melayu, Filipino, Vietnam, Burma, atau bahasa Laos.

Sebagai sebuah kawasan, pewujudan identitas kolektif ASEAN tentu akan memberikan berbagai keuntungan.

Sebagai kawasan yang multikultural, penguasaan bahasa ASEAN akan meningkatkan pemahaman lintas budaya antargenerasi muda ASEAN yang secara tidak langsung dapat memperkuat komunitas dan identitas ASEAN.

Selain itu, dari segi ekonomi, penguasaan bahasa ASEAN akan memperluas kesempatan generasi muda ASEAN untuk bekerja di negara-negara ASEAN.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com