Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Banyak Orang Korea Selatan Susah Tidur yang Bisa Mengancam Jiwa?

Kompas.com - 11/04/2022, 22:00 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

SEOUL, KOMPAS.com - Korea Selatan adalah salah satu negara yang warganya paling kurang tidur di dunia, dan gangguan ini telah memakan banyak korban jiwa, kata wartawan BBC Chloe Hadjimatheou.

Ji-Eun mulai mengalami kesulitan tidur ketika jam kantornya menjadi sangat melelahkan sehingga dia tidak bisa bersantai lebih lama lagi.

Rata-rata dia bekerja dari pukul 7 pagi sampai sekitar pukul 10 malam, tetapi pada hari-hari yang sangat sibuk, staf humas berusia 29 tahun itu akan berada di kantor sampai pukul 3 pagi.

Baca juga: Marah, Adik Kim Jong Un Sebut Nuklir Korea Utara Bisa Lenyapkan Korea Selatan

Bosnya sering menelepon saat tengah malam, meminta sesuatu segera dilakukan.

"Sepertinya saya sudah lupa cara untuk bersantai," katanya.

Di klinik Dream Sleep di distrik Gangnam yang elite di Seoul, Dr Ji-hyeon Lee, seorang psikiater yang berspesialisasi dalam masalah tidur, mengatakan bahwa dia sering melihat klien yang meminum hingga 20 pil tidur setiap malam.

"Biasanya butuh waktu untuk tertidur, tetapi orang Korea ingin tidur sangat cepat sehingga mereka minum obat," katanya.

Kecanduan obat tidur sudah menjadi epidemi nasional. Walau belum ada statistik resmi, tetapi diperkirakan 100.000 orang Korsel kecanduan pil tidur.

Ketika masih tidak bisa tidur, mereka sering menggunakan alkohol selain obat - dengan konsekuensi yang berbahaya.

''Banyak orang tidur sambil jalan. Mereka pergi ke lemari es dan makan banyak hal tanpa disadari, termasuk makanan mentah,'' kata Dr Lee.

''Bahkan ada kasus kecelakaan mobil di pusat kota Seoul yang disebabkan oleh pasien berjalan sambil tidur," tambah dia.

Baca juga: Tanggapi Pernyataan Korea Selatan Soal Kemampuan Militer, Korea Utara Ancam Akan Hancurkan Seoul

Dr Lee terbiasa melihat pengidap insomnia kronis menderita apa yang dikenal sebagai hypo-arousal.

Beberapa pasien mengatakan kepadanya bahwa sudah beberapa dekade sejak mereka tidur selama lebih dari beberapa jam dalam semalam.

''Mereka menangis [tetapi] masih menyimpan seberkas harapan [ketika mereka datang ke sini]. Ini situasi yang sangat menyedihkan,'' terang dia.

Dr Ji-hyeon Lee, seorang psikiater gangguan tidur, mengatakan dia melihat klien yang minum hingga 20 pil tidur setiap malamBBC News Indonesia Dr Ji-hyeon Lee, seorang psikiater gangguan tidur, mengatakan dia melihat klien yang minum hingga 20 pil tidur setiap malam

Terlalu banyak bekerja, stres, dan kurang tidur

Korea Selatan adalah salah satu negara yang warganya paling kurang tidur di dunia.

Negara itu juga memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di antara negara-negara maju, begitu konsumsi minuman keras tertinggi dan banyak orang di sana menggunakan antidepresan.

Ada sejumlah penyebabnya.

Baca juga: 2 Pesawat Latih Korea Selatan Kecelakaan, 3 Pilot Tewas

Hanya dalam beberapa dekade, negara ini telah berubah dari negara miskin menjadi salah satu negara dengan teknologi paling maju di dunia.

Korsel kini juga memiliki kekuatan cukup besar, dengan pengaruh budaya popnya yang terus berkembang.

Negara-negara seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) dapat memanfaatkan sumber daya alam mereka, tetapi Korsel tidak memiliki kekayaan seperti itu.

Korsel berhasil mengubah nasib melalui dedikasi rakyatnya yang didorong oleh nasionalisme kolektif yang memicu mereka untuk bekerja lebih keras dan lebih cepat.

Salah satu akibatnya adalah orang-orangnya terlalu banyak bekerja, stres, dan kurang tidur.

Kini, ada industri yang terus berkembang untuk melayani mereka yang tidak bisa tidur - dan industri tidur itu diperkirakan bernilai 2,5 miliar dollar AS (Rp34 triliun) pada 2019.

Industri bantuan tidur sedang berkembang di Korea Selatan

Di Seoul, seluruh pusat perbelanjaan dikhususkan untuk produk tidur, dari seprai yang sempurna hingga bantal yang optimal, sementara apotek menawarkan rak yang penuh dengan obat tidur herbal dan tonik.

Baca juga: Presiden Terpilih Korea Selatan Pindahkan Kantor Kepresidenan ke Kementerian Pertahanan Tinggalkan Blue House

Dan kemudian ada pendekatan teknologi untuk insomnia. Lebih dari dua tahun yang lalu Daniel Tudor memulai aplikasi meditasi -Kokkiri- yang ditujukan untuk membantu anak muda Korsel yang stres.

Meskipun Korsel secara historis adalah negara Buddhis, kaum mudanya menganggap meditasi hanya untuk orang tua, bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh pekerja kantoran di Seoul.

Daniel mengatakan bahwa dia harus mengemas ulang meditasi sebagai ide Barat bagi anak muda Korsel agar menganggapnya menarik.

Makin banyak lembaga tradisional yang juga bergabung dalam aksi tersebut.

Hyerang Sunim adalah seorang biarawati Buddhis yang membantu mengelola tempat retret Temple-Stay di pinggiran Seoul di mana mereka yang kurang tidur dapat melakukan meditasi dan menyerap ajaran Buddha.

Di masa lalu, istirahat kecil semacam ini disediakan untuk para pensiunan yang menginginkan pengajaran dan doa.

Sekarang para pesertanya cenderung lebih muda atau masih di usia kerja.

Tetapi kuil-kuil Buddha yang sama ini juga telah dikritik karena mengambil keuntungan dari retret semacam itu.

''Tentu saja ada kekhawatiran, tapi saya pikir manfaatnya lebih besar,'' kata Hyerang Sunim.

''Dulu jarang melihat orang muda datang dan mencari ajaran Buddha. Dan mereka kini mendapatkan banyak dari interaksi mereka dengan tinggal di kuil,'' ungkap dia.

Baca juga: Kehidupan Tukang Ojek Muda Berubah setelah Kembalikan Uang Rp 527 Juta: Jangan Ambil yang Bukan Milikmu

Perlunya perubahan mendasar

Lee Hye-ri, yang menghadiri salah satu retret Buddhis setelah tekanan di tempat kerja sudah terlalu banyak, mengatakan dia telah belajar untuk bertanggung jawab atas kondisi stresnya.

''Semuanya dimulai dari saya, semua masalah dimulai dari saya. Itu yang saya pelajari di sini.''

Tetapi membingkai solusi atas stres dan kurang tidur sebagai sesuatu yang harus ditangani pada tingkat individu bisa jadi problematis.

Mereka yang percaya bahwa masalah ini disebabkan oleh budaya kerja yang tidak masuk akal dan tekanan masyarakat telah mengkritik pendekatan individualistis ini dengan mengatakan bahwa itu sama saja dengan menyalahkan korban.

Para kritikus ini mengatakan meditasi atau relaksasi hanya jalan keluar sementara namun solusi yang nyata hanya dapat terjadi melalui perubahan mendasar pada masyarakat.

Ji-Eun akhirnya jadi sangat kurang tidur dan stres sehingga dia berhenti dari pekerjaannya. Kini dia bekerja dengan jam kerja yang jauh lebih masuk akal sebagai pekerja lepas dan pada saat pandemi berarti dia bisa bekerja dari rumah.

Dia juga mencari bantuan profesional di klinik tidur Dr Lee untuk mengatasi insomnianya.

''Apa gunanya sekarang bekerja begitu keras?'' Kata Ji-Eun.

"Kita seharusnya bisa santai," kata dia.

Baca juga: Pria Ini Nikahi 3 Pacarnya Sekaligus, tetapi Mempelai Wanita yang Siapkan Mahar Rp 42 Juta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Global
Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Global
Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Tua Tapi Canggih | Miss Buenos Aires Usianya 60

[POPULER GLOBAL] Rudal Tua Tapi Canggih | Miss Buenos Aires Usianya 60

Global
WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com