Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muslim Dunia Mengeluh Jelang Ramadhan, Perang Rusia-Ukraina Naikkan Harga Pangan Tak Biasa

Kompas.com - 30/03/2022, 14:45 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

BEIRUT, KOMPAS.com - Invasi Rusia ke Ukraina yang telah memperburuk kesengsaraan dalam ketersediaan makanan di beberapa bagian Afrika dan Timur Tengah.

Kondisi ini pun bisa merusak persiapan umat muslim dunia dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dan memaksa mereka beralih ke makan malam berbuka puasa yang hemat.

Dari Libanon hingga Tunisia dan Somalia, umat Islam yang biasanya berbuka puasa subuh dengan makanan keluarga yang mewah, kini harus berjuang keras untuk bisa mendapatkan kebutuhan pokok yang paling mendasar sekalipun karena melonjaknya harga makanan dan bahan bakar.

Baca juga: Puluhan Diplomat Rusia Diusir dari Negara-negara Uni Eropa, Dituduh sebagai Mata-mata

"Harga tinggi memengaruhi dan merusak semangat Ramadhan," kata Sabah Fatoum, seorang penduduk Jalur Gaza yang diblokade Israel, dilansir dari AFP.

Harga barang-barang konsumen di Jalur Gaza menurut pihak berwenang Palestina telah naik hingga 11 persen.

"Kami mendengar bahwa harga akan naik lebih banyak lagi. Itu menjadi beban bagi orang-orang," kata pria berusia 45 tahun itu.

Rusia dan Ukraina merupakan salah satu lumbung pangan utama dunia.

Kedua negara merupakan penghasil bahan pangan biji-bijian.

Rusia dan Ukraian menyumbang sebagian besar ekspor dunia dalam beberapa komoditas utama seperti gandum, minyak sayur, dan jagung.

Gangguan arus ekspor akibat invasi Rusia dan sanksi internasional telah memicu kekhawatiran akan krisis kelaparan global, terutama di Timur Tengah dan Afrika, di mana efek sampingnya sudah mulai terasa.

Baca juga: Ukraina Bersedia Jadi Negara Netral demi Hentikan Serangan Rusia, Apa Konsekuensinya?

Korban paling terlihat di negara-negara seperti Yaman, negara termiskin di dunia Arab, di mana perang yang menghancurkan sejak 2014 telah memicu salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Harga pangan di sana telah berlipat ganda sejak tahun lalu dan fakta bahwa Ukraina memasok hampir sepertiga dari impor gandum Yaman telah meningkatkan kekhawatiran akan kelaparan yang semakin dalam.

Mohsen Saleh, seorang penduduk Ibu Kota Sanaa, mengatakan bahwa setiap tahun harga kebutuhan sehari-hari melonjak menjelang Ramadhan, tetapi pada tahun ini kenaikkannya luar biasa.

"(Harga kebutuhan pokok) Telah meningkat dengan cara yang gila, orang-orang tidak dapat menerimanya. Situasi ekonomi sangat sulit. Kebanyakan orang di Yaman miskin dan kelelahan," kata pria berusia 43 tahun itu.

Baca juga: Janji Rusia Kurangi Serangan di Kyiv Disambut Keraguan Barat, Mengapa?

Tahun lalu sudah dirusak pandemi

Di Suriah, di mana konflik sejak 2011 telah menjerumuskan hampir 60 persen populasi ke dalam kerawanan pangan, harga minyak goreng naik lebih dari dua kali lipat sejak dimulainya perang Ukraina dan dijual dalam jumlah terbatas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com