Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Saja Kesalahan Militer Rusia dalam Invasi ke Ukraina

Kompas.com - 21/03/2022, 23:01 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

MOSKWA, KOMPAS.com - Militer Rusia dikenal sebagai salah satu yang terbesar dan terkuat di dunia, tetapi kekuatan itu belum terlihat dalam invasinya ke Ukraina. Sejumlah analis militer Barat terkejut dengan performa pasukan Rusia di medan perang sejauh ini, salah satu dari mereka bahkan menyebutnya "suram".

Tampaknya, sebagian besar kemajuan militer Rusia terhenti. Beberapa pihak bahkan kini mempertanyakan apakah militer Rusia bisa pulih dari kerugian yang mereka derita.

Pekan lalu, seorang pejabat senior militer NATO mengatakan kepada BBC bahwa, "Rusia jelas-jelas belum mencapai tujuan mereka, bahkan mungkin tujuan itu tidak akan tercapai."

Lalu apa yang salah dengan strategi Rusia? BBC berbincang dengan para perwira militer senior dan pejabat-pejabat intelijen Barat mengenai kesalahan-kesalahan Rusia.

Baca juga: Rusia Tembakkan Rudal Hipersonik ke Ukraina, Diduga Ada Motif Tersembunyi

Asumsi yang salah

Perbandingan kekuatan militer Rusia dengan Ukraina.BBC INDONESIA Perbandingan kekuatan militer Rusia dengan Ukraina.

Kesalahan pertama Rusia adalah meremehkan kekuatan perlawanan dan kemampuan angkatan bersenjata Ukraina yang secara kapasitas lebih kecil.

Rusia memiliki anggaran pertahanan tahunan hingga lebih 60 miliar dollar AS (Rp 869,5 triliun), sedangkan pengeluaran Ukraina pada bidang pertahanan hanya sekitar 4 miliar dollar AS (Rp 57,4 miliar).

Pada saat yang sama, Rusia dan banyak pihak lainnya tampak melebih-lebihkan kekuatan militernya sendiri.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah memulai program modernisasi militer yang ambisius, dan Putin mungkin juga meyakini kekuatan militer Rusia yang dilebih-lebihkan itu.

Menurut seorang pejabat senior militer Inggris, sebagian besar investasi Rusia telah dihabiskan untuk persenjataan dan eksperimen nuklir yang luas, termasuk pengembangan senjata baru seperti rudal hipersonik.

Baca juga: Ukraina Terkini: Pergerakan Pasukan Rusia ke Kyiv Terhenti, Sebagian Besar Masih Berjarak 25 Kilometer

Rusia seharusnya telah membangun tank paling canggih di dunia, T-14 Armata. Meskipun tank itu pernah muncul pada Parade Hari Kemenangan di Moskwa, namun T-14 tak pernah nampak di medan tempur. Mayoritas yang dikerahkan Rusia adalah tank T-72 yang lebih tua, pengangkut pasukan lapis baja, artileri, dan peluncur roket.

Pada awal invasi, Rusia jelas lebih diuntungkan di udara, dengan pesawat tempur yang telah bergerak di dekat perbatasan melebihi jumlah milik angkatan udara Ukraina, dengan perbandingan tiga banding satu.

Sebagian besar analis militer berasumsi bahwa pasukan Rusia lebih mudah menguasai lewat udara, tapi ternyata tidak. Pertahanan udara Ukraina masih terbukti efektif, sehingga membatasi kemampuan Rusia untuk bermanuver.

Moskwa mungkin juga menganggap pasukan khususnya akan berperan penting serta membantu memberi pukulan yang cepat dan signifikan pada Ukraina.

Seorang pejabat senior intelijen Barat mengatakan kepada BBC bahwa Rusia berpikir mereka bisa mengerahkan unit-unit ujung tombak seperti Spetsnaz serta pasukan terjun payung VDV untuk melenyapkan sejumlah kecil perlawanan, lalu kemudian selesai.

Baca juga: Negara-negara Eropa Tak Sepenuhnya Dukung Sanksi AS atas Rusia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok Sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia Demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com