Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Jebakan "Si Vis Pacem Para Belum" dan Perang Rusia vs Ukraina

Kompas.com - 21/03/2022, 11:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"SI vis pacem, para bellum!" Jika ingin damai, siap-siagakan perang. Ungkapan ini lahir dari karya tulis Publius Vegetius Renatus, De Re Militari, kira-kira abad 4-5 Masehi asal Kekaiseran Romawi. Bunyi lengkapnya adalah: Igitur qui desiderat pacem, præparet bellum atau karena itu, biarkan dia yang ingin damai, siap-siaga berperang. Ungkapan ini ibarat vocabolary-hidup di zona Eropa, hingga invasi Rusia ke Ukraina terjadi sejak 24 Februari 2022. Kalimat itu ditafsir, “If want peace, make war!

Perang Rusia versus Ukraina menyeret puluhan negara ke dalam episentrum konflik, integrasi, sanksi ekonomi, perang informasi, diplomasi, dan bencana-tragedi kemanusiaan.

This is how World War III begins!” tulis Bret Stephens dalam The New York Times edisi 15 Maret 2022. Amerika Serikat (AS) menempatkan 90.000 personel militer di Eropa, misalnya, merespons konflik Rusia dengan Ukraina itu.

Baca juga: Rusia Terkini: Ukraina Tolak Ultimatum Serahkan Mariupol meski Terkepung

Perang Dunia II bermula dari serangan pasukan Adolf Hitler (Jerman) ke Polandia 1 September 1939. Pemicu perang (casus belli) ialah pasukan khusus Jerman, berseragam Polandia, dipimpin Naujocks (Ailsbiy, 2001:112), merebut stasiun radio Gleiwitz milik Polandia, dan menyiarkan siaran singkat anti-Jerman di Polandia (Wirtz et al., 2002:100). Aksi sabotase ini –disebut false flag - menyeret negara-negara di Eropa dan dunia ke dalam perang selama enam tahun, sebuah bencana perang sangat mengerikan dalam sejarah umat manusia.

Hari-hari ini, eskalasi perang dan konflik Rusia vs Ukraina berimbas ke level sosial ekonomi dunia. Hingga 14 Maret 2022, sekitar 330 perusahan multinasional keluar atau tutup di Rusia. Menurut data migrasi dan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, sejak 24 Februari 2022 sekitar 2,8 juta warga Ukraina mengungsi dari negara itu.

Drone Orlan 10 (reconnaissance) nyasar ke Romania dan drone Tu-141 jatuh di Zagreb, Kroasia. Slovakia mengusir diplomat Rusia dari Bratislava karena dugaan spionase dan suap. Pada 2 Maret 2022, Majelis Umum PBB merilis resolusi yang mendesak Rusia mengakhiri operasi militer di Ukraina. Tiongkok dan sejumlah negara abstein terhadap resolusi ini.

Ancaman Perang Dunia III?

Apakah diplomasi gagal? Pada 5 November 2021, Presiden AS, Joe Biden, mengirim Direktur Badan Intelijen AS (CIA), William J Burns, ke Kremlin (Moskwa). Burns ungkap kekhawatiran AS ke pejabat Rusia yang terlibat operasi sekitar 100 ribu personel militer Rusia di perbatasan Rusia-Ukraina sejak Oktober 2021.

Pada 24 Februari 2022 di Moskwa, Presiden Putin menyebut pasukan Rusia masuk ke Ukraina adalah ‘special military operation’.

Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies pada hari Jumat, 18 Maret 2022 menunjukkan bangunan apartemen dan toko yang rusak dan terbakar di Mariupol, Ukraina. MAXAR via AP PHOTO Citra satelit yang disediakan oleh Maxar Technologies pada hari Jumat, 18 Maret 2022 menunjukkan bangunan apartemen dan toko yang rusak dan terbakar di Mariupol, Ukraina.
Apakah perang Rusia vs Ukraina dapat memicu Perang Dunia III? “Russia’s invasion of Ukraine on Feb. 24 was the beginning of a third world war,” tulis George Soros pada Project Syndicate dan The Japan Times edisi Selasa 15 Maret 2022.

Perang Rusia vs Ukraina ibarat awal ancaman Perang Dunia III. Namun, eskalasi konflik belum meluas di Eropa. Selain itu, Senin 14 Maret 2022, Rusia dan Tiongkok bantah dugaan bahwa Rusia minta bantuan senjata ke Tiongkok.

Soros baca tanda awal risiko Perang Dunia III dari pertemuan Presiden Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada 4 Februari 2022 saat selebrasi Chinese Lunar New Year dan Pembukaan Beijing Winter Olympic Games di Beijing, Tiongkok.

Baca juga: Warga Mariupol Ukraina Kubur Jenazah di Pinggir Jalan Usai Dibombardir Rusia

Pertemuan itu menghasilkan dokumen 5.000 kata kemitraan ‘no limits’ kedua negara. Namun, hingga 15 Maret 2022, AS menolak usul Ukraina menerapkan ‘no fly zone’ di Ukraina. Tujuannya, mencegah ruang Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), khususnya AS, terlibat konflik terbuka dengan Rusia (Singman, 2022).

Pentagon (Departemen Pertahanan AS) juga menolak proposal Polandia agar NATO memasok pesawat tempur MiG-29 ke Ukraina agar ekskalasi perang terkendali. Namun, Presiden Jo Biden menyetujui bantuan militer sebesar 1,2 miliar dollar AS tahun ini ke Ukraina (The White House, 2022; Singman, 2022).

Di Moskwa pada 3 Maret 2022, pada pertemuan virtual dengan Dewan Keamanan Nasional, Presiden Putin menyatakan: “The special military operation in Ukraine is going according to plan, in strict accordance with the schedule” (Hodge et al, 3/3/2022; Gorshkov, 2022).

Operasi militer khusus Rusia di Ukraina, sesuai skedul dan rencana. Pada 4 Maret 2022, Pentagon membuka komunikasi level-dekonflik-bilateral dengan Rusia. AS kelola komunikasi bilateral ini melalui pusat komando AS di Eropa guna mencegah ekskalasi perang, ‘military accident’, dan miskalkulasi tempur-perang di Ukraina.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com