Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal-usul Bom Molotov, Berasal dari Nama Pejabat Uni Soviet

Kompas.com - 21/03/2022, 15:31 WIB
BBC News Indonesia,
Danur Lambang Pristiandaru

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ribuan warga sipil di Ukraina memutuskan untuk bertempur bersama militer negaranya melawan invasi Rusia sejak 24 Februari lalu.

Pemerintah meminta rakyatnya untuk ikut angkat senjata karena militer Ukraina, meskipun salah satu yang terbesar di Eropa, jauh lebih kecil dari kekuatan Rusia.

Otoritas setempat lalu memberikan senjata kepada warga yang ingin membantu melindungi kota mereka, termasuk mengajari mereka cara membuat bom molotov.

Bom molotov adalah sejenis bom rakitan yang dibuat dengan menuangkan bensin atau bahan yang mudah terbakar lainnya ke dalam botol. Kemudian secarik kain dimasukkan ke dalam botol sebagai sumbu. Ketika disulut dan dilempar ke arah lawan, botol akan pecah saat benturan dan api pun menjalar.

Kementerian pertahanan Ukraina membagikan instruksi di media sosial tentang cara menggunakan bom molotov untuk melawan kendaraan militer Rusia.

Baca juga: Kisah Para Perempuan Ukraina Pembuat Bom Molotov untuk Lawan Invasi Rusia

Siapa Molotov?

Bom rakitan ini memiliki asal-usul yang tidak biasa.

Nama Molotov berasal dari Vyacheslav Mikhailovich Molotov, seorang mantan Menteri Luar Negeri Uni Soviet (USSR).

Molotov lahir pada 1890 di sebuah keluarga kelas menengah di Rusia.

Pada 1906, ia bergabung dengan faksi Bolshevik dalam Partai Buruh Demokrat Sosial Rusia (RSDLP).

Setelah revolusi yang menggulingkan tsar pada 1917, kelompok ini mengambil alih kekuasaan dan menjadi Partai Komunis Uni Soviet.

Molotov terus naik pangkat dan dua kali diangkat menjadi menteri luar negeri, antara 1939-1949 dan 1953-1956.

Baca juga: Saat Para Wanita di Ukraina Pilih Berkumpul Bikin Bom Molotov Bersama di Taman…

Pakta Molotov-Ribbentrop

Molotov juga terkenal karena pakta Molotov-Ribbentrop - pakta non agresi antara Uni Soviet dengan Jerman yang dikuasai Nazi pada 1939.

Perjanjian itu juga mengandung protokol rahasia yang baru diungkap setelah Nazi kalah pada 1945.

Menurut protokol ini, Uni Soviet dan Jerman akan membagi Polandia dan mendefinisikan lingkup pengaruh masing-masing di Eropa Timur, wilayah Baltik, dan Finlandia.

Pada September 1939, Jerman menginvasi Polandia, tahu bahwa langkah itu tidak akan memprovokasi Uni Soviet. Namun Inggris dan Perancis merespons dengan mendeklarasikan perang terhadap Jerman, yang memulai Perang Dunia II. Beberapa hari kemudian, Uni Soviet juga menginvasi Polandia.

Pada November, Uni Soviet lalu menyerbu Finlandia, sehingga memicu peristiwa yang dikenal sebagai Perang Musim Dingin.

Karena konflik inilah bom Molotov menjadi terkenal.

Baca juga: Warga Ukraina Diminta Bikin Bom Molotov di Tengah Ancaman Invasi Rusia

Perang Musim Dingin dan bom rakitan

Waktu itu, Molotov berkata kepada radio Soviet bahwa Moskwa tidak menjatuhkan bom ke Finlandia, namun mengantarkan makanan dan kebutuhan sehari-hari lewat udara kepada rakyat Finlandia yang kelaparan.

Orang Finlandia dengan nada sarkastis menyebut bom tandan yang digunakan Soviet untuk menyerang kota-kota di Finlandia itu sebagai "keranjang roti Molotov".

Dalam nada sarkastis yang sama, bom Molotov dinamakan demikian karena itu adalah 'minuman koktail' yang cocok dengan 'makanan' tersebut.

Mereka digunakan oleh rakyat Finlandia untuk menyerang kendaraan lapis baja Soviet.

Namun demikian, Perang Musim Dingin itu bukanlah konflik pertama ketika bom rakitan itu digunakan. Bom yang sama sebelumnya juga diandalkan saat Perang Saudara di Spanyol dari 1936 hingga 1939.

Dan sekarang, bom Molotov kembali jadi berita saat rakyat Ukraina menggunakan semua cara yang mereka bisa untuk memukul mundur pasukan Rusia.

Baca juga: Kedutaan Kuba di Paris Diserang Bom Molotov, Pejabat Salahkan AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com