Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Pilot Rusia yang Tertangkap: Diperintah untuk Serang Target Sipil

Kompas.com - 13/03/2022, 20:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

KYIV, KOMPAS.com - Video seorang pilot Rusia yang tampak mengaku diperintahkan untuk menyerang target sipil tersebar di media Ukraina.

Selama konferensi pers yang disiarkan oleh Interfax Ukraina, pilot, yang menyebut namanya sebagai Maxim Krishtop, menjelaskan bagaimana dia mengetahui dan menjalankan perintahnya, sebelum ditembak jatuh pada 6 Maret dan ditangkap oleh pasukan Ukraina.

Baca juga: Aksi Mengharukan Ayah AS, Nekat Pergi ke Ukraina demi Jemput Putri dan Cucunya

"Dalam proses menyelesaikan tugas, saya menyadari bahwa targetnya bukan fasilitas militer musuh, tetapi bangunan tempat tinggal, orang-orang yang damai,” kata dia sebagaimana dilansir Newsweek pada Jumat (11/3/2022).

"Tapi saya melaksanakan perintah pidana," kata Krishtop, seorang letnan kolonel dan wakil komandan Resimen Penerbangan ke-47, menambahkan bahwa dia ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Ukraina dan ditawan.

Dia mengklaim melakukan tiga misi pengeboman di Ukraina. Beberapa di antaranya melibatkan FAB-500, bom yang dijatuhkan dari udara era Soviet dengan hulu ledak berdaya ledak tinggi.

Pilot Meminta Pengampunan

"Saya menyadari besarnya kejahatan yang dilakukan oleh saya. Saya ingin meminta maaf kepada seluruh rakyat Ukraina atas kemalangan yang kami bawa kepada mereka," katanya.

Dia pun mengeklaim akan akan melakukan segala daya untuk mengakhiri perang ini secepat mungkin, dan membawa mereka yang bertanggung jawab atas genosida Ukraina ke pengadilan.

Baca juga: Rusia Marah dengan Singapura atas Sanksi Invasi ke Ukraina

"Saya juga mendesak semua personel militer Federasi Rusia untuk berhenti melakukan kejahatan militer terhadap rakyat Ukraina yang damai."

Dia menyimpulkan dengan mengatakan: "Saya pikir kita telah kalah dalam perang ini."

Krishtop muncul dalam barisan tiga perwira Rusia yang diklaim Ukraina telah ditangkap dan dibawa untuk berbicara kepada media.

Moskwa menuduh Kyiv menganiaya tahanan, dan mengatakan bahwa personelnya yang secara terbuka menolak misi tersebut berbicara di bawah tekanan, klaim yang ditolak Ukraina.

Konferensi pers dilakukan di tengah banyak laporan tentang kemunduran moral di antara staf militer Rusia, dan anekdot tentang berapa banyak yang percaya bahwa mereka ditipu untuk berperang di Ukraina.

Pekan lalu, video yang belum terverifikasi menunjukkan seorang tawanan perang Rusia mengklaim bahwa militer Rusia menembak diri mereka sendiri yang terluka.

Baca juga: Warga Inggris Dibayar Rp 6,5 Juta Per Bulan Jika Mau Tampung Pengungsi Ukraina

Video lain yang diedarkan oleh pihak berwenang Ukraina tampaknya menunjukkan tentara Rusia menangis menyesali kehadiran mereka dalam konflik tersebut.

Rekaman dari media sosial lainnya menunjukkan seorang tentara Rusia mengeluh bahwa dia dan rekan-rekannya telah ditinggalkan sebagai "umpan meriam" oleh atasan mereka.

Beberapa video yang diunggah oleh Dinas Keamanan Ukraina ditujukan untuk meningkatkan perlawanan warga Rusia terhadap perang, publikasi mendapat sorotan terkait masalah etika.

"Anda tidak boleh mempublikasikan gambar tawanan perang di mana mereka dapat dikenali," kata Marco Sassoli, seorang profesor hukum internasional di Universitas Jenewa, kepada CBC.

Konvensi Jenewa mengatakan tahanan harus "diperlakukan dengan bermartabat dan tidak diekspos oleh rasa ingin tahu publik—seperti gambar yang beredar di media sosial."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com