MOSKWA, KOMPAS.com - Rusia telah bergerak untuk membatasi media independen setelah invasinya ke Ukraina.
Hal ini memungkinkan televisi negara mendominasi gelombang udara dengan penyiaran yang tanpa henti mempromosikan keberhasilan Rusia dan dengan hati-hati mengikuti garis pemerintah.
Dilansir AFP, bahkan dalam iklim yang terbatas di bawah Presiden Vladimir Putin, Rusia sebelum invasi masih memiliki lanskap yang relatif beragam di televisi, surat kabar, dan online.
Baca juga: Peringatan AS: Rusia Bisa Pakai Senjata Biologis di Ukraina
Tapi aturan baru nan kejam yang diperintahkan setelah operasi diluncurkan, membuat tindakan militer tak boleh disebut "invasi".
Hal ini bisa dianggap ilegal dan disebut menyebarkan berita "palsu". Suasana pun perlahan berubah.
Dua pilar media independen Rusia selama beberapa tahun terakhir, radio Echo of Moscow (Ekho Moskvy) dan saluran TV Rain (Dozhd), telah menghentikan siaran.
Akses juga telah diblokir ke situs berita online pro-oposisi dan jaringan media sosial utama.
Baca juga: Rusia Ajak AS Kembali ke “Kondisi Damai” Seperti pada Masa Perang Dingin
"Perubahan tersebut tidak memberikan ruang untuk kebebasan berbicara dan berpendapat tentang perang," kata Komisaris Dewan Eropa untuk Hak Asasi Manusia, Dunja Mijatovic.
Jeanne Cavelier, kepala Eropa Timur untuk kelompok kebebasan pers Reporters Without Borders (RSF), mengatakan perang informasi sedang "berjalan lancar" di Rusia.
"Presiden Vladimir Putin perlu menempatkan semua media pada pijakan pertempuran untuk membenarkan invasi Ukraina ke warga Rusia dengan menyembunyikan korban perang," tambahnya.
Hal ini membuat siaran berita televisi pemerintah Rusia yang apik tapi agresif mendominasi gelombang udara dan memberikan setiap kesempatan untuk membentuk opini publik.
Baca juga: Serangan Udara Rusia Hantam Rumah Sakit Bersalin Ukraina, 17 Terluka
Acara berita utama Channel One Vremya (Time), acara malam sejak era Soviet, dibuka setiap malam dengan memuji eksploitasi individu tentara Rusia yang telah menunjukkan "kepahlawanan dan keberanian" dalam pertempuran.
Moskwa mengatakan 498 tentara tewas tetapi Ukraina dan sumber-sumber Barat mengklaim jumlah itu jauh lebih tinggi.
Kemarahan Barat dikecam sebagai "histeria" dan "agresi" Ukraina dilakukan oleh "neo-Nazi".
Dengan dilarangnya kata "invasi", istilah "operasi militer khusus di Ukraina" terus digunakan oleh presenter dan reporter untuk menggiring opini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.