"Tujuan dan prinsip Piagam PBB harus ditegakkan," kata Wang, menambahkan bahwa situasi saat ini di Ukraina "berkaitan erat dengan penundaan" dalam mengimplementasikan perjanjian Minsk.
Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi Pertama ke Donetsk dan Luhansk di Ukraina Usai Diakui Rusia
Penegasan itu menempatkan China dalam "posisi canggung" sehubungan dengan perkembangan terakhir Ukraina timur, menurut David Sacks, seorang peneliti di Dewan Hubungan Luar Negeri di New York.
"Hingga saat-saat terakhir, China menekankan perlunya kembali ke perjanjian Minsk, dan Putin secara terbuka merobeknya dan pada dasarnya mengabaikan proposal China untuk menangani krisis," katanya seperti dilansir CNN pada Selasa (22/2/2022).
Menurutnya, "kemungkinan ada perdebatan sengit yang terjadi di Beijing (di luar pengawasan publik) mengenai dampak jangka panjang dari upaya beraliansi dengan Rusia".
"Rangkulan China terhadap Rusia akan mengundang penolakan lebih lanjut dari Amerika Serikat dan Eropa, (konfrontasi) yang ingin dihindarinya."
Meskipun bukan sekutu militer, China dan Rusia telah memposisikan diri dalam pihak yang sama, dalam menghadapi apa yang mereka pandang sebagai campur tangan Barat ke dalam urusan dalam negeri mereka, menolak sanksi yang dipimpin AS, dan sering memilih sebagai satu blok di PBB.
Sikap keduanya ditekankan lagi dalam pernyataan bersama 4 Februari menjelang Olimpiade Musim Dingin. KTT berakhir dengan rilis pernyataan yang menyatakan "tidak ada batasan" untuk hubungan kedua negara dan "tidak ada bidang kerja sama 'terlarang'."
Baca juga: Putin Akui Kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, Separatis Pro-Rusia di Ukraina
Tanpa menyebutkan Ukraina, China saat itu juga mengisyaratkan dukungannya untuk Rusia, dengan kedua belah pihak "menentang perluasan lebih lanjut dari NATO".
Yu Bin, profesor ilmu politik di Universitas Wittenberg Ohio dan rekan senior di Pusat Studi Rusia di Universitas Normal China Timur di Shanghai, mengatakan China berbagi keprihatinan atas NATO mengingat peran yang berkembang dari blok tersebut di Indo-Pasifik.
“Oleh karena itu, ada konvergensi persepsi Rusia dan China tentang aliansi yang dipimpin AS di Eropa dan di Asia, sebagai akibat dari postur (aliansi) yang semakin proaktif,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.