Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Barat Ramai Beritakan Ketegangan Perbatasan Ukraina, Bagaimana di Rusia?

Kompas.com - 06/02/2022, 22:00 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

SAINT PETERSBURG, KOMPAS.com - Di media Barat dan Ukraina, penumpukan senjata di perbatasan Ukraina dilihat sebagai tanda agresi imperialis Rusia, di mana Moskwa mencoba menggertak tetangganya yang lebih kecil.

Kekuatan Barat khawatir bahwa Rusia, yang telah mengumpulkan ribuan tentara di perbatasan Ukraina, sedang merencanakan serangan.

Sementara Moskwa menyampaikan serangkaian ultimatum kepada anggota kunci NATO, Amerika Serikat (AS). Itu termasuk soal janji bahwa NATO tidak akan pernah mengizinkan Ukraina menjadi anggota. AS dan NATO telah menolak permintaan itu.

Namun di Rusia, situasinya dipandang agak berbeda, seperti dilansir Al Jazeera pada Rabu (2/2/2022).

Baca juga: Intelijen AS: Rusia Siapkan Invasi Skala Penuh ke Ukraina

Ekspansi NATO

NATO adalah "kanker", Sergey Karaganov, ilmuwan politik Rusia berpengaruh dan dianggap kerap melontarkan ‘kritik pedas’, mengakatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini.

Karaganov membandingkan kebuntuan dengan krisis rudal Kuba 1962. Menurutnya, lebih baik ketegangan meningkat sekarang daripada "membiarkan terulangnya 22 Juni 1941", mengacu pada invasi Nazi.

Dia melihat ekspansi NATO ke perbatasan Rusia sebagai ancaman eksistensial yang lebih baik ditangani lebih cepat daripada nanti.

Ukraina harus dibiarkan sendiri untuk menjadi “negara penyangga yang tepat”. Setelah mencapai pemahaman itu, Rusia dan Barat dapat menjadi teman, selama tidak diatur oleh “kultus LGBT” dan “ultra-feminisme”, tambahnya.

Baca juga: Ribuan Warga di Perbatasan Ukraina Turun ke Jalan Desak Rusia Hentikan Agresi

Tekanan pada kelompok Pro-Rusia

Berita utama baru-baru ini di tabloid Rusia, Komsomolskaya Pravda berbunyi: “Donetsk dikepung! Horlivka dipangkas! Pasukan siber Ukraina dan NATO memulai perang baru di Donbas,”

Sementara kantor berita TASS yang dikelola Kremlin melaporkan klaim dari separatis pro-Rusia, bahwa pasukan Ukraina sedang melakukan pengintaian terhadap posisi mereka, mempersiapkan serangan.

Sebagian besar orang Rusia masih mendapatkan berita dari televisi, tetapi aplikasi media sosial seperti Telegram semakin populer.

Ekonom dan analis politik Yevgeny Satanovsky baru-baru ini menulis di saluran Telegram-nya: “Suara latar belakang tentang invasi Rusia ke Ukraina, yang akan segera dimulai, tidak dimaksudkan untuk menyelamatkannya (Ukraina) dari pemerintah Moskwa yang jahat, tetapi untuk menyamarkan persiapannya sendiri untuk agresi.”

"Semuanya akan dimulai, tentu saja, dengan (wilayah) Krimea dan Donbas."

Baca juga: Ketegangan Rusia-Ukraina Tak Kunjung Reda, Jerman Pertimbangkan Tambah Pasukan di Lituania

Tekanan untuk Barat

Ilmuwan politik Ukraina Volodymyr Fesenko, Kepala Pusat Studi Politik Terapan PENTA di Keiv, mengatakan Ukraina berpikir Moskwa memobilisasi kekuatannya untuk membuat “Washington, Keiv, dan Eropa lemah secara psikologis”, bukan melancarkan invasi.

Dia pun meyakini kondisi mungkin akan mereda setelah Olimpiade Musim Dingin dimulai di Beijing pada Februari. Namun, dia memperingatkan jika lebih banyak senjata dikirim ke tangan separatis, perang lain lebih mungkin akan terjadi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com