WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pentagon memperingatkan pemimpin baru ISIS akan maju dan bahkan bisa melancarkan serangan ke Amerika Serikat (AS), setelah pemimpin kelompok teroris Abu Ibrahim Al-Hashimi Al-Quraishi meledakkan diri dan keluarganya.
Sekretaris pers Pentagon John Kirby juga mengeklaim Pentagon berharap menangkap Al-Quraishi, yang juga dikenal sebagai Abdullah Qardash, hidup-hidup untuk menginterogasinya.
Baca juga: Begini Cara AS Temukan Rumah Pemimpin ISIS dan Strategi Serangan Pasukan Khusus
Tetapi rincian baru dari AS menunjukkan pemimpin ISIS itu memasang kabel di seluruh lantai tiga rumahnya, sehingga dia bisa meledakkan dirinya sendiri dan keluarganya segera, jika dia ditemukan oleh pasukan Barat.
"Kami akan berasumsi bahwa mereka (ISIS) akan mencoba menggantikannya," kata Kirby seperti dilansir Daily Mail pada Jumat (4/2/2022).
Al-Quraishi tidak memiliki penerus yang diketahui.
“Ini adalah organisasi yang ingin menyusun kembali (kekuatan). Mereka ingin tumbuh, mereka ingin kembali ke masa kejayaan yang mereka miliki di tahun 2014.”
“Mereka tentu telah mengindikasikan niat terus menyerang Barat, bahkan tanah air kita (AS). Jadi ini kelompok yang kita awasi dan kita asumsikan akan ada pemimpin lain yang maju mencoba memimpin kelompok ini,” lanjutnya.
Saat pasukan AS menyerbu, pimpinan ISIS meledakkan rompi bunuh diri, dan meledakkan bahan peledak di seluruh lantai rumahnya. Bom itu menewaskan Al-Quraishi, istri dan dua anaknya.
Baca juga: POPULER GLOBAL: Pemimpin ISIS Ledakkan Diri | WHO Minta Jangan Buru-buru Cabut Pembatasan
Pasukan AS meninggalkan tubuhnya di tempat kejadian, tidak seperti serangan 2011 ketika membunuh pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden.
“Dalam tindakan terakhir dari pengecut yang putus asa, tanpa memperhatikan kehidupan keluarganya sendiri atau orang lain di gedung itu, dia memilih untuk meledakkan dirinya sendiri—bukan hanya rompinya, tetapi juga untuk meledakkan lantai tiga (rumah) itu—daripada diadili karena kejahatan yang dia lakukan," kata Presiden Biden setelah serangan pagi hari.
Responden pertama mengatakan kepada AP bahwa 13 orang telah tewas, termasuk enam anak-anak dan empat wanita.
Pasukan AS dapat melakukan tes DNA untuk mengonfirmasi identitas Al-Quraishi, dan seorang pejabat Gedung Putih mengaku 'mengambil banyak informasi' yang dapat 'mengarah ke petunjuk lain.'
Biden mengatakan AS memilih serangan di lapangan yang lebih berisiko daripada serangan udara untuk meminimalkan korban sipil.
"Kami tahu bahwa Al-Quraishi dan yang lainnya di kompleksnya secara langsung menyebabkan kematian wanita dan anak-anak tadi malam," katanya.
“Tetapi, mengingat kerumitan misi ini, kami akan melihat kemungkinan tindakan kami juga mengakibatkan kerugian bagi orang-orang yang tidak bersalah.”
Baca juga: Komentari Pemimpin ISIS Tewas Ledakkan Diri, Biden: Pengecut yang Putus Asa
Petugas intelijen Amerika telah mendesak pemimpin ISIS ke atas sebuah rumah tiga lantai di antara kebun zaitun di luar Atmeh, sebuah kota Suriah dekat perbatasan dengan Turki.
Al-Quraishi adalah seorang yang ngotot untuk keamanan. Dia tidak pernah meninggalkan gedung, menjalankan kelompok terorisnya dengan pesan yang dikirim melalui seorang letnan yang tinggal di lantai bawah.
Para tetangga mengetahui operasi mematikan itu dengan awalan suara helikopter yang membangunkan mereka dari tidurnya.
Beberapa menit kemudian mereka mendengar suara melalui pengeras suara yang menyuruh penghuni gedung untuk menyerahkan diri.
"Mereka yang ingin ambil bagian dalam teror, keluarlah," kata suara itu, menurut seorang tetangga yang berbicara kepada New York Times.
“Semua orang akan aman jika kamu menyerah. Mereka yang diam di dalam akan mati.”
Pada waktu yang hampir bersamaan, tetangga lain mendengar ketukan di pintu rumahnya sendiri.
Menurut laporan awal yang belum terkonfirmasi, penduduk yang membuka pintu menemukan pasukan komando Amerika (anggota Delta Force) dan seorang penerjemah bahasa Arab. Mereka dengan cepat menyuruh warga meninggalkan rumahnya dan berlindung di belakang gedung lain.
Tempat persembunyian Al-Quraishi sudah dikepung.
Baca juga: Pemimpin ISIS Tewas Saat Diserang AS, Harga Kepalanya Rp 143 Miliar dan Berjuluk Destroyer
Pejabat Amerika, dalam akun mereka setelah serangan itu, mengatakan bahwa pasukan komando tahu ada keluarga sipil yang tinggal di lantai pertama yang berpotensi menghalangi serangan habis-habisan.
Tetapi ketika mereka mengulangi peringatan melalui pengeras suara, dilaporkan seorang pria, seorang wanita dan sejumlah anak-anak melarikan diri dari gedung itu.
Fase 'panggilan taktis' ini memakan waktu sekitar 45 menit, menurut satu akun. Video yang dibagikan di media sosial menangkap pesan lebih lanjut.
“Daerah ini dikepung darat dan udara,” kata satu pesan. “Anak-anak tidak bersalah. Jika ada anak-anak, mereka harus datang kepada saya.”
Kemudian mereka mengambil giliran yang lebih mengancam dengan peringatan bahwa pasukan Amerika akan melepaskan tembakan.
Baca juga: Profil Al-Quraishi, Pemimpin ISIS yang Ledakkan Diri saat Diserang Pasukan AS
Sepuluh orang kemudian meninggalkan gedung - seorang pria dan seorang wanita dari lantai pertama, yang menurut Kirby bahkan tidak mungkin tahu bahwa mereka berbagi tempat tinggal dengan komandan ISIS, dan sepuluh anak, dari lantai pertama dan kedua.
Dikepung dan kalah jumlah, dengan Black Hawks di atas kepala, pemimpin ISIS di lantai tiga hanya memiliki satu jalan keluar.
Adanya bahan peledak menjadi sinyal bagi pasukan komando untuk bergerak. Namun saat mereka mendekati gedung itu, mereka mendapat serangan dari lantai dua gedung.
Juru bicara Pentagon John Kirby mengonfirmasi bahwa letnan ISIS melepaskan tembakan - “sebenarnya salah satu letnannya dan istri letnannya menembak balik pasukan kami,” katanya. “Mereka dibunuh.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.