Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oposisi Salah Pencet Tombol Voting, RUU Kerja Pemerintah Lolos

Kompas.com - 05/02/2022, 17:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

MADRID, KOMPAS.com - Pemerintahan minoritas di Spanyol yang dipimpin Partai Sosialis sejak dua tahun berjuang meloloskan reformasi RUU Kerja, namun selalu gagal karena tidak punya mayoritas. Tetapi pada Kamis (3/2/2022) parlemen meloloskan RUU itu dengan suara 175-174.

Partai Rakyat atau Partido Popular (PP) yang beroposisi memrotes hasil voting itu dan mengatakan ada kesalahan komputer. Salah satu anggotanya mau memberi suara "tidak", tapi yang muncul di layar monitor adalah suara "ya".

Baca juga: Komite DPR Florida Loloskan RUU yang Melarang Diskusi LGBTQ di Sekolah

"Itu adalah anomali yang harus diperbaiki," tegas juru bicara partai PP Cuca Gamarra. Namun tidak ada anggota oposisi yang mengakui kesalahan itu.

Pemungutan suara di parlemen berlangsung sangat ketat, sehingga Ketua Parlemen Meritxell Batet awalnya mengatakan RUU itu telah ditolak, namun dia dengan cepat mengoreksi pengumumannya sendiri.

Spanyol tengah berjuang menghadapi dampak pandemi corona dan sedang berusaha memulihkan perekonomian.

Baca juga: China Godok RUU untuk Atasi Diskriminasi Perempuan di Tempat Kerja

Kesalahan mesin voting?

Ketua PP Pablo Casado mengatakan, partainya akan menggugat undang-undang tersebut di Mahkamah Konstitusi. Dia mengatakan sudah memperingatkan petugas parlemen tentang kesalahan itu, namun diabaikan.

Dia menyatakan akan mengajukan kasus itu kepada instansi yang berwenang agar kesalahan tersebut diakui.

Partai Sosialis yang berkuasa memang tidak memiliki suara mayoritas di parlemen dan selama dua tahun ini bergantung pada dukungan dari partai-partai kecil lain seperti Partai Separatis Catalan ERC.

Baca juga: DPR AS Setujui RUU Perangi Islamofobia

Namun kali ini ERC menentang RUU yang diajukan pemerintah. Pemerintahan Perdana Menteri Pedro Sanchez bisa bergembira setelah mendapat "dukungan tak terduga" dari kursi oposisi.

Reformasi perburuhan adalah komitmen dari Partai Sosialis dan mitra koalisi mereka Unidas Podemos.

Reformasi ini akan memberi lebih banyak hak kepada serikat pekerja dalam perundingan tentang perjanjian kerja dan tentang penyusutan tenaga kerja di satu perusahaan.

Baca juga: RUU Reformasi Polisi AS Usai Kematian George Floyd Gagal Disahkan

Parlemen terfragmentasi dan terpolarisasi

"Ini adalah undang-undang legislatif yang paling penting," kata Menteri Tenaga Kerja Yolanda Diaz kepada Parlemen sebelum pemungutan suara.

Dia menambahkan, undang-undang itu akan membantu menanggulangi masalah pengangguran kronis di Spanyol.

Pemerintahan PM Pedro Sanchez telah melakukan serangkaian perundingan dengan kalangan bisnis dan serikat pekerja sampai Desember lalu untuk mendapat dukungan atas RUU tersebut.

Namun gagal membangun mayoritas di parlemen, sampai pemungutan suara hari Kamis kemarin ketika usulan itu akhirnya lolos hanya dengan selisih satu suara mayoritas.

Parlemen Spanyol saat ini sangat terfragmentasi dan terpolarisasi, membuat pemerintahan harus bergantung pada partai-partai regional kecil untuk meloloskan undang-undang. Apakah pemungutan suara hari Kamis nantinya harus diulang atau tidak, masih harus ditunggu.

Baca juga: Bill Gates Janjikan 1,5 Miliar Dollar AS untuk Proyek Iklim dalam RUU Infrastruktur AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com